Follow Me @lavidaqalbi

7/30/2019

Lav (Cinta)

Juli 30, 2019 3 Comments
Terimakasih.
Untuk semua kasih sayang yang telah diberikan orang-orang sekitarku. Namun bahkan, seribu kali kulontarkan terimakasih pun, tak akan pernah cukup untuk membalas semua kasih sayang yang diberi oleh mereka semua. Tak akan pernah cukup untuk membayar kebodohanku di masa lalu atas segala hal yang kulakukan, yang telah membuat orang-orang yang sayang padaku harus melewati neraka atas perbuatanku di masa lalu.
Baru kusadari, betapa dicintainya diriku. Bahkan sejak aku masih kecil. Tapi hatiku terlalu dibutakan ambisi dan kontrol, menginginkan segala hal sesuai dengan yang standar yang kupegang. Tanpa bisa menghargai bahwa setiap orang punya caranya masing-masing untuk mengekspresikan rasa sayangnya. Bahkan, Tuhanku yang kuanggap membenci diriku karena memberiku bertubi-tubi masalah kehidupan pun ternyata manyayangiku. Ia menghajarku berkali-kali supaya aku tumbuh menjadi manusia yang kuat. Karena Ia tahu aku perlu ditempa supaya bisa survive dari hidup ini sendirian.
"But, after everything you've done
I can thank you for how strong I have become
'Cause you brought the flames and you put me through hell
I had to learn how to fight for myself
And we both know all the truth I could tell"
— Praying, Kesha.

Semenjak aku TK (sampai sekarang), sudah banyak sekali kejadian dimana aku harus dihadapkan dengan perpisahan. Membuatku akhirnya menelan pil pahit kejujuran sedari kecil, bahwa semua orang akan meninggalkanku. Sudah ketetapan pasti. Maka yang bisa kulakukan adalah menghargai orang-orang yang ada di hidupku selagi takdir mereka dan takdirku masih bersinggungan. Seharusnya aku menghargai mereka, seharusnya aku menyayangi mereka. Bukan malah menuntut dan menganggap mereka mainan boneka yang bisa kusuruh semauku. Aku bukan Tuhan. Begitu bodohnya aku. Aku telah menyakiti hati banyak orang yang menyayangiku. Aku minta maaf. Bagaimana bisa aku membalas kebaikan mereka semua? Aku harap aku masih punya banyak waktu untuk membalas kebaikan orang-orang ini. Mereka semua telah berkorban banyak sekali demi aku. Tapi aku malah sibuk memikirkan masalahku sendiri dan tanpa sadar mengajak mereka jatuh ke dalam nerakaku. I am just a stupid little girl who never learn. It's true, I am a slow learner. But I learn.
Aku paham dimana letak kesalahanku, aku bersyukur Tuhanku mengizinkan agar hatiku bisa melihat kesalahanku sendiri. Aku bersyukur atas semua masalahku. Akhirnya, aku bisa berkata terimakasih pula untuk masalah-masalahku. Bahkan aku tidak membenci diriku yang dulu. Aku menyayangi masa laluku, menghargainya. Aku paham bahwa aku dulu memang bodoh, tapi aku harus menerima masa laluku supaya aku bisa mencintai diriku yang sekarang seutuhnya. Akibat Lavida lama, Lavida baru belajar banyak sekali tentang kehidupan.
No one can protect me. No one can protect anyone from anyone. Only God and ourselves can help each one of us.
Bagi kalian, yang merasa hidup begitu tidak berguna. Rasanya kosong di dalam jiwa, seperti ada galaksi lubang hitam begitu besar, tak juga penuh meski sudah diisi apapun. Percayalah padaku, please pray. Curhatlah pada Tuhanmu. Aku paham, aku pernah ada di posisi kalian. Bagi kalian dan aku di masa lalu, berdoa hanyalah sia-sia. Masalah tidak akan selesai. Tapi kumohon, cobalah sekali saja. Percayalah, Dia sudah paham bahkan sebelum kamu mengeluarkan kalimat pertama. Isn't it beautiful, that God already know how you felt but still listening to you? Terkadang, aku hanya menangis tanpa bersuara saking sakitnya hatiku. Namun mengetahui bahwa Tuhanku paham apa yang kurasakan tanpa perlu aku bicara, membuatku sangat tenang mengetahui kenyataan itu. And that's what we all need, understanding.
"I hope you're somewhere, praying
I hope your soul is changing,
I hope you find your peace
Falling on your knees, praying"
— Praying, Kesha.
Aku paham rasanya. Saat dunia serasa mengutuk kita. Saat rasanya kita bergelantungan di jurang kehancuran, rasanya lebih baik menjatuhkan diri. Lebih mudah melepaskan tangan yang bergelantungan karena saat bergelantung terus-menerus, menunggu seseorang yang akan menjulurkan tangannya untuk membantu, menunggu seseorang untuk membantu serasa tidak mungkin dan semakin lama tangan semakin sakit. Rasanya lebih mudah untuk melepaskan tangan dan membiarkan diri jatuh saja biar jadi mayat yang membusuk lalu perlahan menghilang, rasanya tidak ada yang peduli pula. No, wrong. Orang-orang menyayangi kita. Mereka sedang mencari diri kita yang hilang, mereka tidak tahu bahwa kita sedang bergelantungan di jurang kehancuran. Maka bagaimana mereka bisa membantu? Maka dari itu, bangkit. Kerahkan segala tenaga untuk menaiki jurang itu. Kita harus berjuang untuk diri kita sendiri. Dan tentu saja, disaat segala hal terasa mustahil. Kita butuh harapan. Tempatkan harapan itu pada Tuhan kita masing-masing. Maka harapan kita tak akan pernah pudar meski ketika tiap akan bangkit, kita terjatuh kembali. Tuhan sedang melihat kita berjuang, ia berusaha membantu kita dengan memberi kita energi tambahan agar kita tetap bisa bertahan. Ia tersenyum dengan bangga di langit, melihat kita tidak menyerah meski ia beri banyak ujian. Ia menyayangi kita semua dan ia percaya kita bisa, makanya kita diberi ujian. Jika Tuhan tidak percaya, maka hidup kita akan dibuat terus baik-baik saja tanpa masalah dan akan lupa dengan Tuhan. Tuhan tahu, masalah akan membuat kita lebih kuat dan mendekatkan kita padaNya. Ia tidak butuh kita. Kita yang butuh Dia. Dan karena Ia begitu sayang dengan kita, Ia beri kita ujian supaya kita tidak salah jalur.
Aku sadar mengapa Nabiku menangis saat akan meninggal. Ia begitu menyesal karena ia tidak bisa hidup lebih lama. Just look at us. We are so lost. Saat ingin ketenangan, kita malah mencari ketenangan dunia fana yang perlahan menghancurkan (narkoba, mabuk, merokok, dan lain-lain). Padahal hanya dengan menangis lalu berdoa pada Tuhan, rasa ketenangan itu bisa dicapai. Tidak ada efek buruk jangka panjang dan gratis pula.
Dan aku bersyukur sekali, Tuhanku sangat menyayangiku. Doaku banyak sekali yang dikabulkan. Namun tentu saja, aku berusaha. Tidak hanya berdoa lalu diam saja. Aku berusaha semampuku, lalu berdoa, lalu berusaha lagi. Lalu Tuhanku mudahkan permasalahan duniaku. I am in love with My God, Allah. Dan dengan Tuhanku, aku punya Allah, aku yakin aku akan baik-baik saja. Aku percaya Tuhanku begitu dekat denganku. Ia selalu membantuku dengan segala kejutannya yang tiba-tiba. Terlalu banyak keajaiban yang terjadi saat aku berdoa, pasrah atau ikhlas, setelah semua yang kuusahakan tidak membuahkan hasil. Tiba-tiba Tuhanku memberi kejutan. Ia begitu baik. Setelah semua kebodohan yang kulakukan, Tuhanku memberi kesempatan padaku berkali-kali.
Kumohon, kalian yang masih merasa tersesat dalam hidup ini. Aku mohon, mintalah pertolongan pada siapapun jika kalian memang tidak punya Tuhan, pada orangtua, saudara, guru, teman, siapapun. Jika kalian punya Tuhan, berdoalah. Aku juga akan mendoakan kalian dari sini supaya kehidupan kalian bisa membaik. Namun juga, kumohon kalian juga berdoa dan coba mendekat dengan Tuhan kalian masing-masing. Aku sayang kalian. Kumohon, cobalah nasihatku.

7/25/2019

Vida (Hidup)

Juli 25, 2019 1 Comments

"Kita hidup di dunia ini hanya numpang minum air," - kata salah satu idiom Jawa.
Well, that's true. Pertama kali kudengar kalimat itu terlontar dari Ayahku. Saat itu aku sedang galau karena tidak diterima di universitas impianku. Ayahku bilang bahwa dunia ini hanya fana. Kesenangan-kesenangan dunia sebenarnya adalah jebakan untuk menyesatkan, supaya kita lupa akhirat. Padahal daripada mengejar dunia, kita seharusnya mengejar akhirat. Setelah hidup di dunia ini, jika kita mati (di agamaku) maka akan ditempatkan di kehidupan selanjutnya, akhirat. Hidup di akhirat akan lebih lama lagi daripada di dunia, diibaratkan dunia ini hanyalah numpang minum air.
Namun tentu saja, aku mengelak. Bagiku, akhirat memang penting tapi dunia ini juga sama pentingnya. Jika hidup hanya mengejar akhirat, bisa-bisa jadi tidak peduli dengan sesama karena sibuk memperkaya diri dengan shalat dan hanya i'tikaf di masjid (jika ditilik dari contoh agamaku).
Aku lebih memilih jika seorang individu seimbang, mengejar akhirat namun juga mengejar dunia. Misalnya, membantu orang yang membutuhkan. Lewat gelar sarjana, mendapatkan pendidikan, lalu ilmu dibagikan ke manusia lain, bukankah sama bagusnya?
"Tapi setidaknya punya harapan, lah, Pa. Punya cita-cita. Punya tujuan. Kalau ga gitu, hidup nanti rasanya ga berguna" kemudian diriku flashback ketika dulu berusaha bunuh diri berkali-kali. Sekarang bisa berubah karena aku menemukan tujuan hidupku. Akhirnya, aku menemukan jawabannya setelah 17 tahun berpikir bahwa aku tidak berharga dan tidak pantas hidup. Akhirnya.
Lalu Papa ku membalas, "Iya. Emang. Punya harapan itu penting. Allah juga suka sama hambaNya yang berharap. Tapi hidup ga melulu soal dunia. Kalau ga keterima universitas ya udah gapapa, cari kerja aja. Kamu ditawarin kerja **** sama ****, itu ambil. Les bahasa dulu setahun. Nanti setelah selesai kuliah juga yang dicari apa lagi? Kerja. Pasti ada jalan keluarnya. Dunia sama akhirat itu sama-sama penting. Tapi lebih penting akhirat. Yang penting kamu udah berusaha. Hasilnya bukan kamu yang menentukan, jangan keminter daripada Allah. Kamu sombong namanya, mendikte Allah. Ikhlas, Vid. Itu kunci supaya bahagia dunia dan akhirat. Kamu coba belajar ikhlas. Papa juga masih belajar, karena memang susah. Tapi harus,".
Segera saja, aku tertohok. Benar juga. Aku pun segera mengubah mindsetku. Aku percaya, ketentuanNya selalu yang terbaik. Aku harus ikhlas, yang penting sudah berusaha. Memang, ditolak universitas, ditolak kerja, segala hal yang berhubungan dengan penolakan itu sakit. Sedih? Sangat boleh. Wajar. Kita manusia, punya emosi (kecuali psikopat/sosiopat). Tapi, bangkit lagi adalah sebuah keharusan. Ikhlas. Yang penting sudah berusaha. Daripada tidak sama sekali berusaha? Itu baru boleh menyesal. Tapi jika sudah berusaha kemudian menyesal dan menyalahkan diri sendiri karena ditolak, kumohon berhenti. Jika begitu terus, sama saja kita menyiksa diri kita sendiri. Belajar ikhlas, mengkasihani diri. Cintai diri, sayangi diri.
Jika kamu punya keinginan yang sangat besar, lakukan (asal itu baik). Jangan biarkan keragu-raguan menghentikan. Karena rasa menyesal akibat tidak pernah mencoba lebih sakit, daripada sedih akibat semua tidak sesuai rencana. Lebih baik mencoba. Jangan pernah takut. Jika kita takut, sama saja kita membatasi potensi kita. "Padahal dalam diri kita mengalir emas", kata Rumi. Aku tidak lagi kesal karena tidak diterima di universitas yang kuimpikan, setidaknya aku sudah berani mencoba. Aku cukup mengapresiasi keberanianku walau ditolak. Setidaknya, aku berani mencoba. Dan aku paham, takdirku untuk tidak ditempatkan di universitas ini adalah pilihan Tuhanku. Aku pun bisa perlahan mencoba ikhlas.
Kemudian saat aku sudah mulai ikhlas dan percaya lagi pada Tuhanku, tiba-tiba ada pengumuman bahwa aku diterima di universitas keinginanku yang lain. Setidaknya, aku dapat sekolah. Itu sudah cukup. Langsung saja, saat aku shalat ketika sesi doa, air mataku tumpah tanpa bisa dicegah. Begitu deras. Tidak bisa berhenti. Tuhanku sungguh baik, setelah aku mendiktenya dan sombong, masih saja memaafkanku.
Padahal masa laluku juga begitu kelam. Aku suka keluar malam, merokok, mabuk, pernah berusaha bunuh diri berkali-kali, dan hal-hal bodoh lain yang kulakukan. Aku melakukan hal-hal bodoh itu karena aku ingin tenang. Tapi bodohnya aku, merokok atau mabuk sungguhlah hal buruk. Efek jangka panjangnya akan mematikan. Untungnya, Tuhan tidak meninggalkanku. Ia menuntunku lagi lewat orang-orang sekitarku dan akhirnya aku bisa lepas dari kecanduan hal-hal tersebut dengan susah payah. Padahal jika dipikir-pikir, saat berdoa dan curhat pada Tuhan itu juga bisa membuat tenang. Efek buruk jangka panjang pun tak ada. Memang sungguh bodoh diriku di masa lalu.
Tapi meski aku bodoh seperti itu, Tuhanku langsung menjawab doaku ketika aku bisa benar-benar ikhlas, pasrah dan mendekatkan diriku lagi padanya. Memang benar,
Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.”
Mempunyai harapan itu penting sekali. Manusia mengecewakan. Dan hanya kepada Tuhan aku bisa menangis ketika dirasa manusia tidak ada yang bisa menolongku (untuk atheist, maaf). Tapi, semoga kalian yang sedih karena dunia ini. Kumohon, ingatlah bahwa selalu ada harapan.
Aku bersyukur aku masih hidup sampai sekarang. Saat dulu aku berusaha bunuh diri, aku takut pada dunia. Aku belum siap menghadapi dunia ini, aku terlalu pengecut. Tapi aku lupa, aku punya Tuhan yang lebih besar daripada masalahku. Jadi begitulah, aku lebih memilih untuk bunuh diri saat itu.
Tapi Tuhanku tetap baik padaku, ia menggagalkan upaya bunuh diriku berkali-kali. Pasti ada alasannya. Dulu aku benci mengapa saat hidup aku disiksa, tapi saat ingin mati aku ditahan. Namun kini aku paham mengapa semua itu harus terjadi.
Namun kini aku paham, semua masalah yang diberi padaku adalah cara Tuhan untuk menempaku menjadi lebih kuat. Si Lavida bodoh, naif, takut sendiri kini berubah menjadi Lavida yang kuat, lebih hati-hati, dan mandiri. Sungguh perbedaan yang kontras. Seandainya aku berhasil bunuh diri di masa lalu, aku tidak akan merasakan kebahagiaan yang kurasakan di masa sekarang.
Cahaya akan datang, meski rasanya sekarang kamu sedang ada di dalam gua tergelap. Jangan diam saja mengutuk diri di dalam gua gelap itu, kita harus berjalan mencari jalan keluar. Jika kita hanya diam, kita tidak akan pernah menemukan jalan keluar. Ayolah, angkat kepalamu. Angkat tubuhmu. Langkahkan kakimu. Kamu pasti juga akan keluar dari gua itu. Aku pernah tersesat juga sepertimu. Jadi, ada harapan, kok. Kita nanti bertemu di luar gua, ya, dengan sinar mentari yang menghangatkan. We are our own heroes, let's save ourselves!

7/22/2019

Is it important to express your love for someone?

Juli 22, 2019 1 Comments
Mark and Lexie
"You think you broke me, Little Grey?"
"Yeah..."
"You are the one who put me back together."
"But they don't know us,
They think we're ugly.
But I know that we're beautiful"
"Would you want if you move in,
I mean, go to my house,
and live together with me?"
"Excuse me? Hahaha. Are you asking me,
to marry you?"
"Ahaha, why would you?"
"I can't. I am so sorry, I am...
Let me think about it,"
"Okay."
"You brought about moving in together,
in marriage. And I put it off. And now,
you're embarassed and won't make
eye contact with me, because you feel that
I have the power in relationship,"
"I don't want to force you.
I just, don't take it seriously.
I just have buy a house and...
Why not invite someone, right?"
"You're buying a house?"
"Yeah...?"
"The only reasons you're talking about house,
is to make me feel bad. You're trying to prove
that you're moving on without me. So then,
I'll regret my decision and change my mind."
"Maybe it's clear,
I am moving on. Well,
with a better woman than you."
"He died... George, he died."
"Come here, let me hug you.
And you can sleep warmly here,
under my arms. I'll protect you,"
"Me and Lexie.
We lived together now.
We decided any little things together"
"It's turned out Sloan was right,
I am her dad. So, Sloan here is gonna
move in with us for a little while"
"I was barely ready to move in
with you. Never minding your
pregnant daughter and a grandbaby.
And, I don't want this."
"I went enough to give liver
to your dad. This is what you do
for family, right?"
"I understand why you're doing it.
I just don't understand why I am
doing it,"
"Don't make me choose between
you and my daughter,"
"Why? Because you choose her?"
 "Yeah, I choose her..."
"I think our relationship just dead,"
"I am in love with Mark. But I am
scared that I can't handle it.
The daughter and the baby. And Mark
is gonna be a grandpa."
"I mean, we're just kind of
cancelled each other out,"
"You are in relationship with Karev, now?"
"Yeah..."
"While I was hurting?"
"You're hurting? You're dating
with Maddison,"
"You broke up with me. Left me.
Just, wow. I can't even look at you

"She dumped me. For wanting
to step up and be responsible
with my old daughter."
"Mark is moving on.
Without me... That's good, isn't it?
It's great. It's... It's perfect,
It's just, I-I love him. But, I can't"
"She's with Karev, but
I don't want 50 years to go by,
and then realize that I let
the love of my life get away. I'll try."

"Lex, I am still in love
with you. I try not to be,
but it didn't work. I want
another chance. I am in love,
with you"
"Mark, I... I have...
I have a boyfriend. You know it, right?"
"I know... I am saying,
you could have a husband"
"Karev is died, Mark. And I,
I am feeling so hopeless, I don't know,"
"I am here for you, Lexie"
"I am... I am okay. Really."
"If she's going through her worse
right now, I want to go through with her,"
"People think I am taking advantage
of you. Can you please, just, leave me.
Just leave me alone"
"Got it,"
"I miss her,"
"I miss you,"
"What?"
"What? You don't miss me?"
"Pretty much what I am saying,"
"Let's hang out tonight,
After work?"
"Mark! You're unbelievable!"
"I am unbelievable,
that's why you love me"
"Mark... You and I, don't work.
Okay? We've been through this."
"Hey, you're here"
"Yeah, I know I cancelled your
plan. But, I know that was unfair"
"Okay..."
"All I wanted to do,
is to love you for the rest of my life.
I love you, so... Take your time.
I'll wait,"
"Lex, I need to tell you something.
I have a kid. I... I met a woman,
and this woman's kid is my kid"
"How the hell,
did you get me in this position,
TWICE?
It's... unbelievable.
I hate you, Mark. I am leaving."

"Mark's having a baby.
He didn't even ask my opinion.
He just clobbered me, with it, again!
And he's leaving me behind... again!
We're done, you know?
We have to be,"
"She just need someone to talk."
"How about the baby? She's having my kid,
My kid is inside her. How about my baby?
They all die?"

"How the hell is the one I love always leave?"

"Hey, Jackson. I heard you and Lexie
are together. I'll stay out of your way.
Please take care of her,"
"You have to stop talking to me.
Checking out on me. Talking to
my boyfriend."
"..."
"I... love you. And I am always
gonna love you. But I don't want
to love you. I want to be happy.
And Jackson makes me happy.
But if you keep... pulling at me,
I'll come back to you."
"You're right. I am letting you go, Lexie.
That means you got to walk away,"
"Hey. I heard you're getting engaged,
Congratulation, Mark."
"Hey... I need you, Lex"
"What?"
"I need you. I miss talking to you.
I miss you."
"I miss you too."
"Somebody told me you're breaking
up with Jackson."
"Yeah, it is."
"If you're not over him,
you should tell him."
"Mark said that he misses me.
But I miss him.
I really miss him.
He still think that I love Jackson.
I try to tell him that I don't.
Try to tell him that I still love him.
But, when I opened my mouth...
And nothing comes out!"
"Hey, Lex. Why you comes
to my house, in a time like these?
It's so cold outside. Come in,"
"Mark, I... I love you!
Oh God, oh my God!
That just come flying out
of my face. I.. I am just. I,
I love you. Agh! I did it again!
I love you... I... I just. I love you.
And I have been trying not to say it,
trying so hard to just mash it down and
ignore it and not say it and Jackson is
a great guy. And he likes me, you know?
He really likes me! But it was never gonna
work out because I... I. Love... You...
I am so in love with you...
You are in me. It is like, you are a disease.
It's like I am infected by Mark Sloan. And I,
I just can't think about anything or anybody.
And I can't sleep. I can't breathe. I can't eat.
And I love you. I just love you, all the time.
Every minute. Every day. And I... I, I love...
You."
"Lexie, I am engaged with Julia.
I am getting married,"
"Julia wants to give me everything
I want but I am in love with Lexie,
who doesn't want anything I want."
"Mark... Help."
"You... Are gonna be fine!
Stop! You'll be fine!
Just a few minutes okay...?"
"Mark... I am dying."
"No! You're not gonna!"
"Hold my hand...?"
"I am not gonna holding your hand,
because you are not dying!"
"Hold... My... Hand..."
"No!"
"Please... Just,"
"...Okay, Lexie.
I love you..."
"No... You don't have to say it,
just because I said it."
"No, I love you... I am always been
in love with you,
I will be always in love with you.
Which is why you have to stay alive!
We gonna get married!
We're gonna be happy, Lex.
We're supposed to end up together.
We're meant to be."
"Meant... to... b-"
"I love you. I love you. I love you."
"I said that I love her.
But she didn't believe,"

"I think she knew,"

"She didn't know.
She didn't know...
And she died.
I should've told her."


"Well, they say people come...
The say people go.
This particular diamond was extra special.
And though you might be gone, and the world may not know.
Still I see you, celestial.
And I should but I can't let you go.
But when I'm cold,
There's a light that you give me when I'm in shadow.
There's a feeling within me, an everglow.
Like brothers in blood, or sisters who ride.
Yeah we swore on that night we'd be friends 'til we die/
But the changing of winds, and the way waters flow,
Life is short as the falling of snow.
And I'm gonna miss you, I know.
And I know that you're with me and the way you will show.
And you're with me wherever I go.
And you give me this feeling, this everglow.
What I wouldn't give for just a moment to hold,
Because, I live for this feeling, this everglow.
So if you love someone, you should let them know.
Oh, the light that you left me will everglow."
— Everglow, Coldplay.