Follow Me @lavidaqalbi

7/25/2019

Vida (Hidup)


"Kita hidup di dunia ini hanya numpang minum air," - kata salah satu idiom Jawa.
Well, that's true. Pertama kali kudengar kalimat itu terlontar dari Ayahku. Saat itu aku sedang galau karena tidak diterima di universitas impianku. Ayahku bilang bahwa dunia ini hanya fana. Kesenangan-kesenangan dunia sebenarnya adalah jebakan untuk menyesatkan, supaya kita lupa akhirat. Padahal daripada mengejar dunia, kita seharusnya mengejar akhirat. Setelah hidup di dunia ini, jika kita mati (di agamaku) maka akan ditempatkan di kehidupan selanjutnya, akhirat. Hidup di akhirat akan lebih lama lagi daripada di dunia, diibaratkan dunia ini hanyalah numpang minum air.
Namun tentu saja, aku mengelak. Bagiku, akhirat memang penting tapi dunia ini juga sama pentingnya. Jika hidup hanya mengejar akhirat, bisa-bisa jadi tidak peduli dengan sesama karena sibuk memperkaya diri dengan shalat dan hanya i'tikaf di masjid (jika ditilik dari contoh agamaku).
Aku lebih memilih jika seorang individu seimbang, mengejar akhirat namun juga mengejar dunia. Misalnya, membantu orang yang membutuhkan. Lewat gelar sarjana, mendapatkan pendidikan, lalu ilmu dibagikan ke manusia lain, bukankah sama bagusnya?
"Tapi setidaknya punya harapan, lah, Pa. Punya cita-cita. Punya tujuan. Kalau ga gitu, hidup nanti rasanya ga berguna" kemudian diriku flashback ketika dulu berusaha bunuh diri berkali-kali. Sekarang bisa berubah karena aku menemukan tujuan hidupku. Akhirnya, aku menemukan jawabannya setelah 17 tahun berpikir bahwa aku tidak berharga dan tidak pantas hidup. Akhirnya.
Lalu Papa ku membalas, "Iya. Emang. Punya harapan itu penting. Allah juga suka sama hambaNya yang berharap. Tapi hidup ga melulu soal dunia. Kalau ga keterima universitas ya udah gapapa, cari kerja aja. Kamu ditawarin kerja **** sama ****, itu ambil. Les bahasa dulu setahun. Nanti setelah selesai kuliah juga yang dicari apa lagi? Kerja. Pasti ada jalan keluarnya. Dunia sama akhirat itu sama-sama penting. Tapi lebih penting akhirat. Yang penting kamu udah berusaha. Hasilnya bukan kamu yang menentukan, jangan keminter daripada Allah. Kamu sombong namanya, mendikte Allah. Ikhlas, Vid. Itu kunci supaya bahagia dunia dan akhirat. Kamu coba belajar ikhlas. Papa juga masih belajar, karena memang susah. Tapi harus,".
Segera saja, aku tertohok. Benar juga. Aku pun segera mengubah mindsetku. Aku percaya, ketentuanNya selalu yang terbaik. Aku harus ikhlas, yang penting sudah berusaha. Memang, ditolak universitas, ditolak kerja, segala hal yang berhubungan dengan penolakan itu sakit. Sedih? Sangat boleh. Wajar. Kita manusia, punya emosi (kecuali psikopat/sosiopat). Tapi, bangkit lagi adalah sebuah keharusan. Ikhlas. Yang penting sudah berusaha. Daripada tidak sama sekali berusaha? Itu baru boleh menyesal. Tapi jika sudah berusaha kemudian menyesal dan menyalahkan diri sendiri karena ditolak, kumohon berhenti. Jika begitu terus, sama saja kita menyiksa diri kita sendiri. Belajar ikhlas, mengkasihani diri. Cintai diri, sayangi diri.
Jika kamu punya keinginan yang sangat besar, lakukan (asal itu baik). Jangan biarkan keragu-raguan menghentikan. Karena rasa menyesal akibat tidak pernah mencoba lebih sakit, daripada sedih akibat semua tidak sesuai rencana. Lebih baik mencoba. Jangan pernah takut. Jika kita takut, sama saja kita membatasi potensi kita. "Padahal dalam diri kita mengalir emas", kata Rumi. Aku tidak lagi kesal karena tidak diterima di universitas yang kuimpikan, setidaknya aku sudah berani mencoba. Aku cukup mengapresiasi keberanianku walau ditolak. Setidaknya, aku berani mencoba. Dan aku paham, takdirku untuk tidak ditempatkan di universitas ini adalah pilihan Tuhanku. Aku pun bisa perlahan mencoba ikhlas.
Kemudian saat aku sudah mulai ikhlas dan percaya lagi pada Tuhanku, tiba-tiba ada pengumuman bahwa aku diterima di universitas keinginanku yang lain. Setidaknya, aku dapat sekolah. Itu sudah cukup. Langsung saja, saat aku shalat ketika sesi doa, air mataku tumpah tanpa bisa dicegah. Begitu deras. Tidak bisa berhenti. Tuhanku sungguh baik, setelah aku mendiktenya dan sombong, masih saja memaafkanku.
Padahal masa laluku juga begitu kelam. Aku suka keluar malam, merokok, mabuk, pernah berusaha bunuh diri berkali-kali, dan hal-hal bodoh lain yang kulakukan. Aku melakukan hal-hal bodoh itu karena aku ingin tenang. Tapi bodohnya aku, merokok atau mabuk sungguhlah hal buruk. Efek jangka panjangnya akan mematikan. Untungnya, Tuhan tidak meninggalkanku. Ia menuntunku lagi lewat orang-orang sekitarku dan akhirnya aku bisa lepas dari kecanduan hal-hal tersebut dengan susah payah. Padahal jika dipikir-pikir, saat berdoa dan curhat pada Tuhan itu juga bisa membuat tenang. Efek buruk jangka panjang pun tak ada. Memang sungguh bodoh diriku di masa lalu.
Tapi meski aku bodoh seperti itu, Tuhanku langsung menjawab doaku ketika aku bisa benar-benar ikhlas, pasrah dan mendekatkan diriku lagi padanya. Memang benar,
Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.”
Mempunyai harapan itu penting sekali. Manusia mengecewakan. Dan hanya kepada Tuhan aku bisa menangis ketika dirasa manusia tidak ada yang bisa menolongku (untuk atheist, maaf). Tapi, semoga kalian yang sedih karena dunia ini. Kumohon, ingatlah bahwa selalu ada harapan.
Aku bersyukur aku masih hidup sampai sekarang. Saat dulu aku berusaha bunuh diri, aku takut pada dunia. Aku belum siap menghadapi dunia ini, aku terlalu pengecut. Tapi aku lupa, aku punya Tuhan yang lebih besar daripada masalahku. Jadi begitulah, aku lebih memilih untuk bunuh diri saat itu.
Tapi Tuhanku tetap baik padaku, ia menggagalkan upaya bunuh diriku berkali-kali. Pasti ada alasannya. Dulu aku benci mengapa saat hidup aku disiksa, tapi saat ingin mati aku ditahan. Namun kini aku paham mengapa semua itu harus terjadi.
Namun kini aku paham, semua masalah yang diberi padaku adalah cara Tuhan untuk menempaku menjadi lebih kuat. Si Lavida bodoh, naif, takut sendiri kini berubah menjadi Lavida yang kuat, lebih hati-hati, dan mandiri. Sungguh perbedaan yang kontras. Seandainya aku berhasil bunuh diri di masa lalu, aku tidak akan merasakan kebahagiaan yang kurasakan di masa sekarang.
Cahaya akan datang, meski rasanya sekarang kamu sedang ada di dalam gua tergelap. Jangan diam saja mengutuk diri di dalam gua gelap itu, kita harus berjalan mencari jalan keluar. Jika kita hanya diam, kita tidak akan pernah menemukan jalan keluar. Ayolah, angkat kepalamu. Angkat tubuhmu. Langkahkan kakimu. Kamu pasti juga akan keluar dari gua itu. Aku pernah tersesat juga sepertimu. Jadi, ada harapan, kok. Kita nanti bertemu di luar gua, ya, dengan sinar mentari yang menghangatkan. We are our own heroes, let's save ourselves!

1 komentar:

  1. kelinci99
    Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
    HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
    NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
    Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
    Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
    segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
    yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
    yukk daftar di www.kelinci99.casino

    BalasHapus