Follow Me @lavidaqalbi

11/14/2018

Aku Rindu Kamu, Wahai Kawan Lamaku

November 14, 2018 1 Comments
Selamat datang kembali, oh hujan. Aku menyambutmu dengan pelukan, ketika semua orang berusaha mengusirmu jauh-jauh. Aku merindukanmu sejak waktu yang lama, akhirnya kini kamu datang. Ingatkah kamu bahwa dulu kita memiliki banyak sekali kenangan? Kamu membuat hidupku yang hampa bak cangkir kosong, menjadi penuh dengan air kehidupan. Terimakasih, hujan.
Bahkan kini, akupun masih tidak jenuh akan hadirmu di hidupku. Angin dingin yang memelukku erat, juga tangisan langit yang menemaniku menangis. Terimakasih karena selalu mengusir rasa kesepian yang menggerogoti jiwaku.
Dear Hujan... Bolehkah aku menumpahkan segala kepahitan hidupku padamu? Banyak sekali yang telah terjadi ketika kamu tidak di sisiku. Tolong, guyur aku, bersihkan aku dari segala kemalangan yang menempel pada tubuhku ini. Kemarin aku beradu api dengan mereka lagi. Mereka, yang membuatku menjadi manusia paling tidak berguna di muka bumi. Umpatan dan cacian yang mereka keluarkan telah menarik pelatuk di pistol pikiranku. Aku tidak kuat lagi, hujan. Jadi kuputuskan untuk pergi dari rumah neraka itu lewat pintu belakang, aku kabur. Dan kemudian kamu segera menyambutku.
Rintikan air yang perlahan memelukku, membuat pakaian dan rambutku seketika basah kuyup. Aku memeluk diriku sendiri lebih erat, berusaha menetralisir angin yang juga ikut datang untuk menemaniku. Aku berjalan mengelilingi desa, sembari menahan rasa sakit di telapak kaki karena tidak menggunakan alas kaki. Saat itu sore hari menjelang maghrib, semua orang telah masuk ke rumah mereka masing-masing. Aku sendirian, tapi kamu datang menemaniku. Kamu juga membilas air mataku yang jatuh terus-menerus. Terimakasih.
Begitu jauh aku berjalan, sampai tak terasa mataku melihat hamparan sawah di sekitar. Sambil tetap berjalan perlahan, aku menangis di hadapanmu. Aku tidak tahu aku harus kemana, tapi kedua kakiku terus bergerak maju meski tak tahu arah. Aku bingung. Tapi setidaknya, kamu berada di sisiku, hujan... ketika semua orang pergi meninggalkanku.
Awan gelap nan mendung bernyanyi untukku, nada keras petir yang marah mewakilkan hatiku yang terbakar. Namun lagi-lagi, kamu menyiram api di hatiku dengan sabar. Mendinginkan hatiku yang panas.
Kemarin kamu yang menemaniku, tadipun kamu yang menemaniku. Ketika itu, jam di ponselku menunjukkan pukul setengah delapan malam. Aku sedang terduduk manis di tengah areal tempat anak muda menghabiskan waktu. Kulihat sepasang kekasih yang bercanda tawa, kulihat kedua orangtua bergandengan tangan sambil melahap gorengan ditemani anak mereka yang bermain layang-layang. Sedangkan aku sendirian di sini, menatap layar ponsel dengan tatapan kosong. Ku cek satu-persatu pesan yang masuk. Ada dari si A, si B, si C, si D. Hanya pesan klise seperti, "sudah makan belum?", "lagi ngapain?", "Vid? Oy? Bales Oy! *lalu dia menelponku 100x*", "besok jadi kan ketemuan?",  "hey cantik, nanti aku telpon kamu ya". Ya, mereka semua laki-laki. Sudah menembakku pula. Namun tidak sedikitpun aku menggubris mereka. Hatiku sedang dalam perasaan yang kacau. Dan aku menunggu pesan dari seseorang, tapi sayang sekali, orang yang kutunggu malah orang yang tidak peduli padaku. Kelihatannya mungkin seolah aku pamer karena disukai beberapa lelaki, ya? Bukan itu maksudku. Aku juga bukannya tidak bersyukur atau apa. Tapi hal-hal percintaan menurutku hanyalah kesenangan di awal berujung penyesalan di akhir. Dan aku tidak ingin penyesalan. Hidupku sudah mempunyai banyak penyesalan, aku tidak mau menambah beban.
Jadi, kukeluarkan alat bahagia sementaraku beserta sahabatnya (pemantik) dari tas. Aku memberinya nyawa lalu kumasukkan ia ke dalam paru-paru sampai seluruh hatiku terisi hangatnya untuk sementara waktu. Kupejamkan mata, menikmati sementara di dalam tubuhku yang terasa hangat. Lalu perlahan-lahan ku keluarkan ia dari bibirku, memberinya raga abu yang terlihat namun juga hanya untuk sementara. Aku tenang, rasa sedih di hatiku menghilang. Dan akupun bahagia, untuk sementara waktu.
Kemudian kamu pun datang kembali, hujan. Menjemputku yang main dengan teman lainku sampai lupa waktu, berusaha mengingatkanku, seolah seperti ibu. Airmu membuat alat bahagia sementaraku mati. Dan mau tak mau aku harus berhenti kemudian berteduh jika tak ingin terkena amarah airmu yang bisa membuatku menggigil kedinginan. Aku berpindah ke bawah pohon rindang yang tenang, yang melindungiku saat kamu marah. Maaf membuatmu kecewa, hujan. Kumohon maafkan aku. Aku tidak akan mengulanginya lagi, aku janji. Tapi jangan pergi. Tetaplah di sisiku, menemaniku dikala sepi—bukannya memberi badai parah kepada hatiku yang telah porak-poranda. Aku mencintaimu, hujan. Terimakasih sudah menjagaku. Aku akan berubah, jadi tolong jangan tinggalkan aku.

11/06/2018

r a n d o m

November 06, 2018 0 Comments
I love my life now, that's all.
Smile for every little things that happened to me. Good or bad, they will pass.
Let's be a better person, you and me. Yeah, you! You who read this, let's be grateful from now on. No ranting, no whining, just show gratitude.
Life's too short to just waste it in sadness or grudges or drama.
Take it easy, and sing "Let It Go" by Idiana Menzel 💜
Whatever people say, just be you. You'll be judged as being fake anyway. You'll be judged for every little thing that you do, so just do whatever you want that will makes you and people happy.
I am thankful for them, all of the people who did hurt me in the past. Without them I won't have a chance to grow up. So thank you. And anyway, by leaving me and abandons me, you didn't make my trauma more bigger. In facts, now I can deal with people who is going to leave me. I am not scared of being in relationship with someone anymore.
Yeah. I was upset and crying every night whenever I remember all the memories that we shared. But it doesn't matter anymore. I am happy now. And I think you guys must be happy too, right? We're all happy with our own path we choose
You guys taught me a very hard lessons, and I think it's because Allah loves me so much. So, I let you go. I won't take any grudges to you all, the people who left me. I will take this as a lesson.
Whatever, if I smile to you in the hallways of school, and you don't smile back... Whatever.
Whatever, if I greet you when we accidently pass each other, and you don't greet me back but act like you don't know me... Whatever.
I will keep doing what I think is the right things to do. I want to grow up. I want to be happy. So I'll think so much positivity, including thoughts about you—the people who have left me. I'll keep being nice to you, it's your problem now. Not mine. But if I can give you some advice, grow up. Be mature. Don't take any grudges towards people, and you will be happy. The end.

8/25/2018

Damn was this taken when I get drunk?

Agustus 25, 2018 0 Comments
I am heart broken. Kalian tahu nggak sih rasanya nggak yakin dengan orang yang bilang bahwa mereka sayang pada kalian? Akhir-akhir ini pikiranku penuh dengan hal-hal negatif, sumpah.
Pikiranku bilang, bahwa orang-orang nggak ada yang sayang sama aku. Mereka cuma kasian sama aku, karena aku punya mental ilness & suicidal thought. Rasa kasihan dan rasa sayang. "Dua hal yang berbeda, tapi bedanya tipis sekali", kata guru BK di sekolahku.
Kalian pasti tahu lah, rasanya nggak berharga dan menjadi beban untuk orang lain. Perasaan-perasaan seperti itu yang membuatku rasanya ingin bunuh diri aja. 
Aku merasa seperti monster. Aku tidak kenal lagi siapa diriku yang sesungguhnya. Ada sesuatu yang meracuni pikiranku, sesosok monster yang kejam, manipulatif, dan penuh kontrol.
Monster ini selalu membisikku bahwa aku sendirian, bahwa tidak ada orang yang sayang dengan tulus padaku. Dan bodohnya lagi, aku percaya. Aku seolah jadi buta dengan curahan kasih sayang yang orang lain beri padaku. Karena monster itu bilang; bahwa orang-orang sekitarku hanya akting peduli padaku, bahwa mereka sebenarnya lelah denganku yang menyusahkan tapi mereka tetap mentolerirku, bahwa aku hanyalah beban untuk sekitarku, bahwa aku harusnya segera sadar diri dan berhenti merepotkan sekitarku dengan membunuh diriku.
Setiap hari, jam, menit, detik... Monster itu selalu berada di sisiku, menemaniku tanpa lelah. Bisikan monster itu semakin menjadi-jadi. Apalagi ketika malam tiba, bisikan jahat itu berubah menjadi jeritan yang sungguh membuatku sakit. Rasanya aku tak tahan, jadi aku mulai 'berteman' dengan benda-benda tajam untuk menenangkan diri.
Aku jadi mempunyai pola pikir yang sempit, gara-gara monster itu aku berasumsi bahwa tidak ada yang sayang padaku. Bahwa aku sendirian. Bahwa tidak penting apakah aku hadir di dunia ini atau hilang. Bahwa kematian terlihat lebih menjanjikan, daripada hidup yang tak pasti arah tujuannya.
Rasanya aku akan gila. Aku mulai melakukan hal-hal kejam kepada diriku sendiri karena pikiranku yang teracuni. Aku ingin monster ini pergi. Sudah kucoba ribuan kali untuk mengusirnya, tapi ia masih saja melekat padaku. Dan tanpa sadar akhirnya menjadi bagian dari identitasku. Yang membuatku jadi tidak ingin monster ini pergi, karena jika monster ini pergi maka hilanglah identitasku. Terdengar gila, ya? Orang normal tidak akan tahu maksudku. Karena banyak peribahasa yang kugunakan, yang hanya akan bisa dimengerti oleh orang yang hatinya sudah ditusuki ribuan pedang.
Aku terlalu sibuk memikirkan bahwa yang orang-orang lakukan untukku, hanyalah karena mereka kasihan (bukan sayang). Dan rasa kasihan hanya akan bertahan sementara, bukan? Aku takut mereka tidak lagi peduli padaku lalu meninggalkanku. Jadi aku menyakiti diriku. Dengan tidak makan berhari-hari sampai maagku kumat, hanya agar mereka tidak meninggalkanku. Sungguh kacau. Aku tahu aku salah, dan seharusnya aku berhenti. Namun aku tidak bisa, rasanya seperti candu. Melihat dan merasakan rasa khawatir mereka padaku, aku merasakan sayang dari situ. Padahal itu hanya rasa kasihan (mungkin).
Sungguh, sebenarnya orang-orang benar-benar sayang padaku atau hanya kasihan sih? Seseorang, tolong katakan padaku yang sesungguhnya! Aku lelah menerka-nerka dan ketakutan sendiri seperti ini.
Kenapa aku menjadi monster seperti ini? Yang manipulatif dan egois? Setiap orang pasti punya kesibukan dan kehidupan masing-masing. Tidak seharusnya aku merasa dilupakan, lalu protes pada mereka dengan tidak makan berhari-hari agar mereka peduli lagi padaku. They have their own shit to do. Dan tanpa sadar, aku mengontrol mereka. Kenapa aku begitu kejam? Aku seorang pendosa.
Aku minta maaf. Aku akan menjauh dari kalian semua. Atau aku akan mengacaukan kalian. Aku adalah orang yang kacau. Dan jangan pernah berpikir untuk membantuku dengan merubahku. Itu tidak akan berhasil.
Aku takut kalian pergi meninggalkanku. Jadi sebelum kalian pergi, aku yang akan pergi terlebih dahulu. Nobody breaks my heart.

6/05/2018

Surat Terakhir

Juni 05, 2018 0 Comments

Aku minta maaf.
Terima kasih.
Dua kata itu, mengapa sulit sekali mengeluarkannya dari kalbu?
Mengapa sulit sekali saat aku ingin menunjukkan dua kata itu?
Mengapa sulit sekali bagiku untuk meminta uluran tangan ketika aku butuh bantuan?
Mengapa semakin ku lakukan itu, semakin aku merasa sulit bernapas?
Mengapa rasanya seperti aku malah menghancurkan diriku sendiri?
Karena itu aku membenci diriku.
Dan aku tidak tahan lagi.
Aku minta maaf dan terimakasih.
Selamat tinggal.

5/25/2018

Dear School, I hate you.

Mei 25, 2018 0 Comments

Help.
School should be a place for kids to be happy, right?
I don't know where did all go wrong, but school make me feel like a worthless piece of shit who can't do anything.
School makes me feel stupid.
School makes me feel useless.
School makes me anxious.
School makes me depressed.
School makes me hates myself.
School makes me wanting to die.
School makes me want to commit suicide.
I freaking hate school!
I don't freaking care about my score on test!
I know all the teachers who read this, probably would think like; "Idiot suicidal girl, you're going to be fail later! Study is a must!"
Oh, shut the F up!
I know that very well.
But I am only human.
I am no robot.
There's so much problem I should deal at home.
"But adult dealt with so much problem than you!", what? Seriously? I am kids, a teenager. I have a problem. And the difference between your problem and my problem is... Nothing. No difference.
I can't memory all the text in each book for test because my mind is in a freaking hurricane!
I am trying to memorize all the text, I've tried!
But I just can't.
My mind won't cooperate with me.
Negative thought are haunting me like crazy.
And the teacher wouldn't even bat an eye to see one of their student collapsing under the pressure that they put on.
Teacher would just judge, and hate the the student who fail at their class.
They don't give a shit about what actually happened to their student, who become lazy studying and fail at the test.
They just judge, hates, and kill you slowly.
Until you die by suicide,
And then they suddenly care about the truth.