Follow Me @lavidaqalbi

5/22/2019

Surat Terbuka untuk Para Adik-adik Perempuan

Mei 22, 2019 1 Comments
Untuk kalian para malaikat mungil yang masih berumur 4 tahun, aku tahu. Kalian baru saja masuk sekolah di Taman Kanak-kanak. Pun ku sadari, kalian belum bisa membaca ini, adik-adik. Namun dengan harap-harap cemas, ku bersemoga agar tulisan ini tanpa sengaja dibaca oleh calon orangtua yang sebentar lagi mempunyai anak atau orangtua yang tepat baru saja merayakan ulang tahun anaknya yang ke-4. Di umur 4 tahun ini, anak-anak akan mulai mencapai tahap meniru (play stage). Mereka akan meniru apa saja yang diperbuat manusia di sekitarnya. Anak belum bisa memahami baik atau buruk. Orangtua bisa saja berkata, "Kamu harus seperti ini. Kamu harus seperti itu. Kamu tidak boleh seperti ini, tidak boleh seperti itu". Tapi anak belajar dari apa yang ia lihat, yaitu perilaku. Aksi-aksi yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Mereka meniru dari tindakan. Jadi, untuk para ayah/ibu, jika ingin memberi didikan moral pada anak, tunjukkan melalui tindakan kalian. Di tahap ini, anak juga akan bertemu dengan teman mainnya. Ia mulai belajar sosialisasi. Ia merasakan betapa bahagianya bertemu dengan teman sebaya, saling kejar-kejaran, sambil tertawa lepas. Jangan pernah memberi batasan pada anak. Jika kalian takut anak akan jatuh saat kejar-kejaran, biarkan dulu. Dia akan belajar dari jatuhnya. Kemudian dia akan belajar cara bangkit. Dan temannya mungkin juga akan belajar membantu anak anda yang jatuh. Biarkan otak mereka melakukan problem solving dengan cara mereka sendiri. Biarkan, namun jangan diamkan. Setelah anak jatuh, beri nasihat "Jika lari pelan-pelan ya, biar ga jatuh lagi". Jangan lupa juga, dengan senyuman. Karena kalian orangtua mereka, orang yang paling mereka percaya di dunia ini. Jika kalian menasehati dengan nada ketus, ekspresi marah, anak akan takut dan tidak percaya lagi. Ini berbahaya. Anak akan mulai mencari orang lain yang bisa digunakan sebagai pengganti.
Untuk adik perempuan yang sudah berumur 6 sampai umur 10 tahun, sedang duduk di Sekolah Dasar, lengkap dengan atribut merah-putih. Halo, adik-adik. Aku percaya kalian bisa membaca tulisanku. Nasihat kakak untukmu, kalian boleh kok main. Tapi ingat waktu, ya! Buatlah jadwal kalian masing-masing. Jangan sampai kalian lebih banyak menghabiskan waktu hanya untuk bermain. Kalian bisa bermain sambil belajar, 'kan? Banyak sekali aplikasi permainan penuh teka-teki seru untuk kalian pecahkan di PlayStore. Otak kalian terasah, hati kalian senang, semua bahagia, hehe. Ilmu adalah hal yang sangat penting. Kalian yang bisa bersekolah, jangan pernah lupa untuk bersyukur. Ada banyak teman-teman seumuran kalian yang setiap pagi harus mengamen di persimpangan jalan. Berjualan koran di bawah kolong jembatan karena tidak kuat panas. Atau sekedar menemani orangtua mereka mengambil rongsokan sampah.
Foto di atas kasihan, ya? Enggak, aku ga akan bilang "Kamu harus belajar biar sukses, dek. Biar ga jadi kayak anak itu, biar anakmu ga kayak gitu!". Itu kalimat yang mengerikan, aku paham. Dan aku juga merasakan kesal dengan teror-teror macam ini yang sering diutarakan oleh orang dewasa di sekitarku saat masih seumuran kalian. Tapi aku ingin beri kalian sedikit petunjuk yang lebih menantang, yaitu "Kamu belajar dengan baik, dek. Nilai baik tidak menjamin hidupmu sukses, tapi nilai baik akan mempermudah kamu menggapai yang kamu inginkan. Raih nilai baik, buat orangtua kalian senang. Lalu setelah kalian sudah SMP, SMA/SMK, lalu kuliah, kemudian kerja... Kalian bantu anak-anak ini. Kalian ajak mereka yang tidak mampu, untuk turut merasakan kebahagiaan kalian. Percayalah, dek. Membagikan suatu kebaikan pada orang lain itu lebih membahagiakan di sisi kita, daripada yang kita tolong." Jadi... Bagaimana jika kalian belajar, kalian kerjakan PR dari sekolah dengan serius mulai sekarang, lalu berusaha semampu kalian untuk tidak menyepelekan sekolah lagi? Aku tahu, kelihatannya susah dan berat. Tapi jangan hanya lihat banyaknya tangga yang harus kalian daki lalu sudah mengeluh, cukup ambil langkah pertama. Perlahan-lahan... Nanti akan sampai, kok. Lalu mulai biasakan menuliskan mimpi-mimpi kalian di atas secarik kertas. Apa saja. Meskipun mimpi kalian terasa begitu jauh, aku tidak peduli. Ataukah mimpi itu absurd, aku tidak peduli. Tulis saja, yang membuat semangat kalian terpacu. Setelah itu, tempelkan kertas-kertas itu di kamar kalian, atau dimana saja asal kalian bisa setiap hari melihat mimpi-mimpi kalian. Ini namanya, afirmasi. Jadi ya, kesimpulannya, lakukan afirmasi.
"Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang," - Presiden Pertama Negara Kita, Ir. Soekarno.
Jangan lupa setiap hari Jum'at, saat pulang lebih pagi dari sekolah, biasakan membaca buku ya, dek. Buku apa saja. Buku dongeng, fabel, legenda, mitos, bahkan novel, atau koran pun, terserah. Karena aku percaya, dari membaca buku-buku itu, akan selalu ada pelajaran hidup yang bisa kalian dapat yang mungkin jarang kalian dapatkan di sekolah. Kuberi tahu rahasia ya, dek. Kebanyakan masyarakat negara kita lebih peduli dengan nilai bagus, daripada sikap kalian yang bagus. Bukankah menyedihkan jika kalian anak-anak generasi bangsa yang pintar, tapi sayangnya tidak berbudi dan bertindak semena-mena? Aku akan sedih jika potensi hebat kalian menjadi tidak berguna karena kalian jahat dengan orang lain, mubazir. Jadi... Jangan lupa sering-sering baca buku, ya! Buku akan menyelamatkan kalian di kehidupan ini /ahzeg/. Percayalah, aku sudah merasakan, dek.
Untuk yang sedang dalam batas umur SMP-SMA, kalian akan merasakan keinginan besar untuk bebas dari segala kungkungan atau aturan-aturan orangtua. Rasanya kalian bukan anak kecil lagi, namun juga belum terlalu siap dengan kedewasaan. Rasanya, aneh. Setelah lama sekali berada di bawah tekanan orangtua, hanya bisa mengiyakan segala keinginan mereka, hanya bisa patuh tanpa bisa protes sedikitpun ketika kecil. Kini kalian sudah punya lingkup pergaulan sendiri, diperbolehkan main keluar rumah lebih lama. Bagaimana rasanya? Kebebasan adalah hal yang sangat seru, bukan? Membuat kalian ingin lebih, lebih, dan lebih lagi. Seperti candu. Kalian akan meminta kebebasan lebih pada kedua orangtua kalian. Akhirnya sampailah ke skenario dimana kalian akan sering beradu pendapat dengan mereka. Kalian merasa kalian sudah siap dengan dunia ini. Kalian punya pemikiran sendiri. Kalian punya teori sendiri. Kalian merasa kalian sudah cukup pintar untuk menaklukkan dunia ini. Tapi satu hal yang belum kalian punya, yang hanya dipunyai orangtua kalian masing-masing; pengalaman. Ekspektasi kalian akan dunia ini begitu besar. Tapi realita selalu berbicara lain, adik-adik. Dan orangtua kalian sudah hidup di planet ini lebih lama daripada kalian. Mereka sangat tahu hal tidak mengenakkan macam apa yang bisa terjadi pada kalian. Hidup itu penuh dengan kejutan. Kita tidak pernah tahu kejutan macam apa yang akan kita dapat, sebuah kue ulang tahun atau sebuah feses kuda. Orangtua kita hanya ingin melindungi kita dari hal-hal macam feses kuda. Bagi orangtua, meski kita sudah berumur, di matanya kita masih bayi. Yang perlu dituntun saat berjalan supaya tidak jatuh kemudian menyakiti diri lalu menangis. Mereka lakukan itu karena sayang kita. Tapi tetap saja, kita membandel. Kita sangat ingin kebebasan, kita jadi lalai bahwa orangtua kita sebenarnya hanya ingin yang terbaik untuk kita. Perbedaan pendapat akan sering terjadi, saranku adalah cobalah mengerti darimana dasar orangtuamu beropini. Lalu pikirkan opinimu, jelaskan pada mereka secara mendetail. Jangan lupa, dengan senyum. Jika mereka meninggikan suara mereka, kamu lembutkan suaramu. Jangan balas api dengan api, percuma. Jelaskan dengan pelan-pelan. Bilang juga bahwa, "Sekarang aku sudah mau dewasa. Aku harus mulai belajar menentukan pilihan hidupku sendiri. Aku juga akan belajar untuk bertanggung-jawab dengan pilihanku. Mama sama Papa ga usah khawatir, aku sudah menimbang pro dan kontra pilihanku ini. Lebih banyak manfaatnya daripada ruginya. Aku tidak merugikan siapapun jika aku melakukan ini. Jika aku gagal, aku akan belajar dari kegagalanku. Jika kalian terus mengkungkungku, aku tidak akan pernah belajar dari kesalahan. Padahal itulah kunci penting dalam hidup,". Jika memang tidak bisa juga, maka ikuti permintaan orangtuamu saja. Mungkin mereka lebih tahu daripada dirimu. Aku tahu rasanya kesal, tapi itu yang terbaik daripada orangtuamu kecewa dan tidak pernah menganggapmu anak lagi.
Jangan pernah lalai dengan sekolah juga, ya, adek-adekku yang cantik. Di masa ini, kalian akan mengenal yang namanya cinta. Well, bukan cinta juga, sih. Teman sebaya kalian akan sebut ini cinta, tapi sebenarnya yang sedang kalian rasakan pada lawan jenis ini disebut hasrat. Rasanya begitu menggelitik di perut, seperti ada kupu-kupu berterbangan setiap tanpa sengaja melihat kakak kelas yang kita kagumi lewat depan kelas kita. Senyumannya membuat kita merasa berada di tengah musim semi, bunga-bunga bermekaran dengan cantiknya. Warna-warni dan beragam. Tidak apa-apa. Ini wajar. Ini bukanlah sihir atau apapun itu. Aku tahu, rasanya sangat aneh dan tidak jelas. Tapi rasanya sangat membahagiakan juga, 'kan? Campur aduk. Semua kebingungan, rasa ingin tahu, kagum bergabung jadi satu. Seperti ada pelangi yang cahayanya mengisi tiap ruang di hati kita. Untuk sementara waktu, pikiran kalian akan selalu memikirkan satu orang yang kalian kagumi ini. Sampai di poin dimana kalian akan merasa jengkel. Padahal hati dan pikiran ini milik kita, tapi susah sekali dikendalikan supaya tidak memikirkan orang itu. Bahagialah, dek. Pertama kali merasakan hasrat atau cinta-cintaan ini, adalah bagian yang paling susah dilupa. Setelah ini, jika kalian jatuh cinta lagi, rasanya tidak akan sama lagi. Tidak seseru di awal lagi.
Di masa ini, kalian harus berhati-hati. Kalian banyak baca berita tentang hamil di luar nikah, 'kan? Akhirnya banyak yang harus nikah dini. Padahal secara umur biologis maupun usia mental, belum siap. Kalian sebagai perempuan harus benar-benar menjaga diri kalian. Jaga mahkota kalian. Kalian sudah dibiayai mahal-mahal sekolah oleh orangtua supaya kalian sukses, mereka banting tulang, kerja siang malam bercucuh keringat supaya masa depan kalian bagus. Bukankah jika kalian menikah dini dan sudah tidak punya mahkota semua pengorbanan kerja mereka dan pengorbananmu belajar sia-sia? Mimpi kalian akan terhambat. Tentu kalian tidak mau 'kan? Kalian masih ingin membantu anak-anak jalanan, kan? Kalian masih ingin jadi relawan UNICEF, kan? Kalian masih ingin jadi HRD profesional, 'kan? Kalian masih ingin jadi dokter, kan? Kalian masih ingin masuk parlemen dan memperbaiki negara yang bobrok ini, kan? Bagaimana itu bisa dilakukan jika kalian di rumah sudah ada pekerjaan sendiri? Kecuali jika pilihan kalian hanya ingin menjadi ibu rumah tangga, ya tidak apa-apa. Pekerjaan ibu rumah tangga juga tidak kalah mulia dari dokter :)
Tapi alangkah lebih baik jika kalian punya profesi tetap. Karena, misal, jika kalian bercerai dengan suami kalian karena suami kalian selingkuh, kalian tidak akan merasa begitu putus asa. Kalian masih bisa membiayai hidup kalian sendiri. Kalian tidak perlu terus-terusan bertahan, berada di dalam pernikahan, merasa sakit hati tiap jam/menit/detik karena kalian takut jika tanpa suami kalian tidak punya seseorang yang bisa dijadikan pegangan. Kembali pada orangtua? Kalian hanya akan jadi beban bagi mereka yang sudah tua, kedua orangtua kalian yang seharusnya istirahat menikmati masa tua. Kalian tidak kasian? Profesi sangatlah penting. Itulah kenapa dari awal aku selalu mewanti-wanti agar kalian sekolah dengan benar. Pekerjaan kalian juga akan membantu meringankan pekerjaan suami kalian. Kalian juga bisa bekerja sambil mengurus anak di zaman sekarang. Tidak ada yang tidak mungkin.
Perempuan itu istimewa. Jangan rusak diri kalian, ya. Kalian spesial. Mungkin juga di masa SMP/SMP ini, kalian akan selalu merasa kurang. Kurang cantik, kurang kurus, kurang gemuk, kurang berisi. Selalu mengeluh, "kurang,". Jika kalian merasa seperti itu kalian tidak sendiri. Teman-teman perempuanku, bahkan aku sendiripun selalu merasa kurang. Tapi aku selalu heran dengan teman-temanku yang berkata "Aku gendut banget, yak?", karena yang kulihat dia kurus. Atau berkata, "wajahku jelek banget sih, gak proporsional" padahal dia cantik. Atau aku yang selalu mengeluh, "Astagfirullah, ini hidung apa semut? Pesek amat sampe kalo ngeliat butuh mikroskop". Tapi temanku bilang aku cantik. Setiap ada orang yang bilang aku cantik, aku selalu mengelak, "Halah, you're just trying to be nice. Thanks though, aamiin". Sampai ada seorang temanku yang membalas elakanku sampai aku seolah merasa tertampar, "Kamu terlalu sering melihat wajahmu, Lav. Kamu ga tau betapa cantiknya kamu di mata orang asing,". Aku jadi mikir, apa iya? Lalu aku teringat teman-temanku yang lain, yang juga mengeluh. Di mata mereka, mereka selalu kurang. Tapi ketika aku lihat mereka, mereka sudah cukup seperti apa adanya mereka. Dan I love my friends just the way they are. Mereka cantik-cantik banget, tapi mereka tidak percaya. Jadi, ya... You are so used to your features, dek. You don't know how beautiful you look to a stranger. Selalu berpikiran positif juga, ya! Itu akan bantu kamu banget dalam menyikapi semua hal yang terjadi di hidupmu.
- Salam, xoxo
Lavida

5/08/2019

Pembalasan Dendam dengan Metode Manipulasi Emosi

Mei 08, 2019 3 Comments

I've always thought I could commit the perfect murder. People who get caught, it's because they don't have the patience; they refuse to plan.
Malam ini, tanggal delapan bulan Mei tahun dua ribu sembilan belas, baru saja aku melihat wawancara terakhir dari psikopat terkenal bernama Ted Bundy yang sudah dieksekusi mati dengan kursi listrik tahun 1989. Laki-laki ini begitu tampan, mempesona, tutur bicaranya berwibawa, dan dia pintar. Siapa sangka bahwa dia telah membunuh kurang lebih 100 perempuan muda dan mengkoleksi tiap kepala korbannya bagai barang antik di museum? Bagaimana bisa dia melakukan pembunuhan terus-menerus tanpa tertangkap? Mudah saja. Karena dia memikirkan rencana, dan sedikit taktik licik bernama manipulasi emosi.
Ted tahu ia berkharisma, ia tahu ia tampan dan perempuan akan memujanya. Tipikal psikopat, tidak punya emosi dan rasa bersalah. Ia membunuh para korbannya dengan cara berpura-pura memakai gips di tangannya supaya terlihat dia sedang dalam kondisi lemah, lalu dia meminta para korbannya untuk memindahkan barang-barangnya supaya dimasukkan ke mobilnya. Tentu saja perempuan yang tidak tahu apa-apa akan membantunya. Ada seorang lelaki tampan yang butuh bantuan, apalagi tangannya sedang lumpuh, bagaimana bisa kamu tidak simpatik? Maka para perempuan itupun membantu membawakan barang dan meletakkan di mobil. Namun yang mereka tidak tahu, saat mereka meletakkan di mobil, Ted langsung memukul kepala korbannya dengan benda tumpul, si korban tidak sadar, lalu Tedpun membawa korban ke tempat eksekusinya.
Metode yang dilakukan Ted dinamakan dengan manipulasi emosi. Lalu kunci penting dari manipulasi emosi adalah dengan memainkan sebuah persepsi. Para psikopat di luar sana sangat ahli dalam hal ini. Bahkan tokoh villain favoritku, Joker, juga sering sekali menggunakan metode ini untuk melemahkan emosi Batman, nama taktiknya adalah aporia. Namun ini akan dijelaskan di artikel berbeda.
Persepsi adalah tindakan menyusun informasi-informasi untuk menggambarkan suatu hal. Mudah saja bagi psikopat untuk melakukan ini. Mereka tidak punya emosi, berdarah dingin, dan tidak mudah gugup. Sering kali, psikopat begitu mudah melewati tes alat deteksi kebohongan milik para detektif karena saking tenangnya mereka saat berbohong.
Kita bisa membuat persepsi supaya seseorang membenci satu sama lain, dengan taktik manipulasi emosi. Buatlah sebuah kebohongan-kebohongan kecil, tapi penting untuk diingat, buatlah kebohongan dengan beberapa bukti kecil.
"Tunggu, bagaimana bisa kita memberi bukti saat kita berbohong? Berbohong tidak bisa ada bukti," sahut seseorang di ujung lautan /buset/. Baiklah, supaya lebih gampang, biar kuberi contoh sebuah kasus :
Perkenalkan semuanya. Aku adalah seorang anak SMA, umur 16 tahun. Seorang perempuan, panggil saja Cool Girl. Aku memiliki seorang kekasih, sebut saja hujan. Aku sangat mencintainya, aku rela mati untuknya. Hubungan kami sudah berjalan selama 2 tahun. Begitu banyak yang telah kukorbankan untuknya, segala hal yang kupunya adalah miliknya. Maka segala hal miliknya adalah milikku.
Suatu pagi kutemukan ponselnya tergeletak begitu saja. Ada sebuah pesan masuk. Dengan santai kubuka lalu kubaca pesan itu, "Hujan, tidak sabar rasanya untuk kita bertemu sebentar lagi. Jangan lupa pakai hadiah jam tangan yang kuberi ya! Love u," dari cinta. Cinta? Siapa Cinta? Aku bingung untuk sementara waktu, sampai kemudian kudengar kenop pintu kamar mandi diputar. Segera kuletakkan ponsel hujan di tempat asal dan aku berpura-pura membaca novel.
Hujan yang tidak tahu apapun segera duduk di sampingku dan mengambil ponselnya. Dengan kening berkerut lalu tersenyum, kulihat ia membaca pesan itu. Aku bertanya, "Dari siapa? Sepertinya kamu begitu senang,". Senyumnya langsung memudar, "bukan urusanmu," jawabnya dingin lalu beranjak. "Aku akan menjenguk ibuku di rumah sakit. Jaga rumahku, will you?" ujarnya lagi. "Is it so? Tidak bisakah aku ikut? Aku rindu ibumu," aku berusaha membujuk, dibalik itu, aku tahu dia berbohong. "Aku hanya sebentar. Percayalah, di rumah sakit akan membuatmu bosan. Aku pergi dulu," ia beranjak lalu memutar kenop pintu menuju ke luar rumah, dengan jelas kulihat jam tangan hitam asing bertengger di lengannya.
Diam-diam aku membuntuti hujan. Ia masuk ke sebuah cafe. Aku hanya bisa mengamati dari luar, kulihat seorang perempuan menyambutnya, memberinya sebuah pelukan hangat. Itukah cinta? Cantik sekali. Dan aku benci bagaimana ia bersikap sok manis dengan senyum palsunya berusaha menarik kekasihku dalam jebakannya. Setengah jam kemudian, merekapun keluar dari cafe itu. Di luar cafe mereka memberi salam perpisahan sebentar. Kudapati kekasihku mencium kening perempuan itu dan mengusak rambutnya, hal manis yang dulu sering ia lakukan padaku. Namun sekarang, hujan begitu dingin. Sepertinya aku sudah digantikan. Tidak akan kubiarkan. Hanya aku yang berhak dicintai hujan dan hanya aku yang berhak mencintai hujan. Aku harus melakukan sesuatu.
Akupun mempersiapkan sebuah skenario drama, sebuah cerita dengan persepsi baru yang sesungguhnya tidak benar. Aku memiliki sebuah keluarga yang tercerai-berai. Ayah monster dan ibu cacat mental. Aku tinggal dengan ibuku sekarang, ayah entah kemana, aku tidak peduli. Ibuku cacat mental, setiap hari aku harus mengurusinya. Aku tidak merasa terbebani, ibuku adalah aset berhargaku. Aku bisa melakukan apapun yang kumau, dengan ia kujadikan alasan alibi segala drama yang kubuat. Dengan ia yang tidak akan bisa protes karena ia cacat, bukankah ini sempurna?
Malam itu, aku menelpon hujan yang tidak segera pulang. "Hujan, kamu dimana? Cepatlah pulang. Aku membutuhkanmu,". Awalnya ia bersikeras menolak, namun dengan nada rendah dan seperti sesenggukan, aku mencoba membujuknya. Tak lama kemudian, akhirnya aku dapati hujan pulang. Ia begitu saja melewatiku seolah tidak melihatku, menuju ke kamarnya begitu saja. Akupun mengikutinya, kemudian dengan tiba-tiba memeluknya. Seperti biasa, ia segera menepisku. Rasa cintanya sudah pudar, aku sadar, dan hal ini tidak bisa dibiarkan. Akupun menangis, hampir meraung-raung begitu keras. Jeritanku seolah bisa membelah malam. Tangisku bercucuran. Dan tentu saja, si simpatik hujan dengan jiwa ksatrianya segera mendatangiku. Ia hampir berteriak padaku, "What the f*ck is wrong with you? Tenanglah, ada apa? Ceritakan padaku."
Aku tersenyum dalam hati, berhasil. Begitu mudahnya memanipulasi orang bodoh macam dia, seseorang yang lemah hanya karena melihat kesedihan orang lain. Dengan sesenggukan, akupun bercerita, "Tadi aku pulang sebentar dan ibu memukuliku. Sakit sekali, hujan... Aku takut. Ibu menjadi mengerikan sekarang. Tolong aku, aku takut... Jangan tinggalkan aku lagi." bohongku sembari menunjukkan luka-luka memar keunguan di tubuhku. Hujan mengiba, ia memelukku dan menenangkanku. Aku bercerita banyak skenario lagi, semua hanyalah kebohongan. Dan malam itu, hujan yang seharusnya kencan dengan cinta selingkuhannya, memilih untuk menemaniku.
Fakta yang sebenarnya adalah luka-luka memar di tubuhku akibat diriku sendiri. Kutemukan palu di garasinya. Lalu aku ke kamar mandi. Kujejalkan kain ke mulutku. Lalu kuhantamkan palu itu ke lututku, ke keningku, ke sekitar bibirku, ke buku-buku jariku. Aku menjerit namun suaraku teredam kain yang ada di mulutku. Sakit sekali, namun bukankah untuk segala hal yang diinginkan, harus ada pengorbanan yang dilakukan? Lalu aku mengambil laptop yang ada di tasku. Aku baringkan diriku di atas kasur, kemudian kuangkat tinggi-tinggi laptopku, lalu kulepaskan peganganku dari laptop dan kubiarkan laptop itu jatuh ke wajahku begitu saja. Kulihat benjolan di sekitar pelipisku. Bukti kebohongan untuk memperkuat alibiku selesai, persepsi hujan dari aku yang merupakan kekasih tidak berguna yang akan ia damprat telah berubah menjadi kekasih yang harus dilindungi dan dikasihani. Kelemahannya adalah melihat orang lain sengsara, maka itu adalah senjataku.
Setiap hujan akan menemui selingkuhannya, aku akan selalu menciptakan skenario baru. Aku sudah mempunyai rencana lagi, yaitu membunuh ibuku dan membuat seolah ibuku overdosis karena terlalu bodoh menelan pil cacat mentalnya yang dianggap permen. Maka dengan itu, hujan tidak akan pernah sanggup meninggalkanku. Selamanya ia akan berada di bawah kontrolku. Dia pikir dia bisa dengan mudahnya mengkhianatiku kemudian berbahagia selamanya dengan selingkuhannya? No f*cking way.
Orang-orang seperti Cool Girl tidak punya perasaan. Mereka melakukan sesuatu karena mereka merasa puas saat mendapatkan sebuah kontrol. Rasanya seperti mereka adalah Tuhan, bisa mengatur takdir atau sebuah jalan cerita. Untuk mereka, rasanya sangat memuaskan, mereka kecanduan. Mereka tidak akan segan-segan membunuh diri mereka sendiri, lalu menulis surat wasiat yang isinya bahwa ia mencintaimu. Lalu di surat itu, ia tuliskan bahwa alasannya memutuskan bunuh diri dikarenakan kamu memukulinya dan telah memperkosanya, mungkin. Padahal kamu hanya selingkuh. Ia akan membuatmu manusia paling buruk, membuatmu mendekam di penjara dan membuatnya seolah manusia tidak tahu apapun yang telah disakiti olehmu. Mereka menikmati dimana mereka membuat skenario untuk menghukummu, seorang hambanya yang tidak taat dan memujanya seperti dulu.
Yup, crazy. Aku pernah menemukan seseorang seperti si Cool Girl di dunia nyata. Dia gila. Dia membuat orang-orang di sekitarnya seperti sebuah boneka wayang yang bisa ia suruh sesuai keinginannya, dengan membuat sebuah persepi bahwa dia begitu menyedihkan dan lemah. Gilanya lagi, tidak banyak orang yang sadar bahwa mereka dikendalikan olehnya. Karena Cool Girl sangat kharismatik. Dia cantik. Dan dia pintar. Tapi dia gila. Jadi, hati-hati untuk kalian, para pembaca di luar sana. Stay safe!