Surat Terbuka untuk Para Adik-adik Perempuan
Lavida
Mei 22, 2019
1 Comments
Untuk kalian para malaikat mungil yang masih berumur 4 tahun, aku tahu. Kalian baru saja masuk sekolah di Taman Kanak-kanak. Pun ku sadari, kalian belum bisa membaca ini, adik-adik. Namun dengan harap-harap cemas, ku bersemoga agar tulisan ini tanpa sengaja dibaca oleh calon orangtua yang sebentar lagi mempunyai anak atau orangtua yang tepat baru saja merayakan ulang tahun anaknya yang ke-4. Di umur 4 tahun ini, anak-anak akan mulai mencapai tahap meniru (play stage). Mereka akan meniru apa saja yang diperbuat manusia di sekitarnya. Anak belum bisa memahami baik atau buruk. Orangtua bisa saja berkata, "Kamu harus seperti ini. Kamu harus seperti itu. Kamu tidak boleh seperti ini, tidak boleh seperti itu". Tapi anak belajar dari apa yang ia lihat, yaitu perilaku. Aksi-aksi yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Mereka meniru dari tindakan. Jadi, untuk para ayah/ibu, jika ingin memberi didikan moral pada anak, tunjukkan melalui tindakan kalian. Di tahap ini, anak juga akan bertemu dengan teman mainnya. Ia mulai belajar sosialisasi. Ia merasakan betapa bahagianya bertemu dengan teman sebaya, saling kejar-kejaran, sambil tertawa lepas. Jangan pernah memberi batasan pada anak. Jika kalian takut anak akan jatuh saat kejar-kejaran, biarkan dulu. Dia akan belajar dari jatuhnya. Kemudian dia akan belajar cara bangkit. Dan temannya mungkin juga akan belajar membantu anak anda yang jatuh. Biarkan otak mereka melakukan problem solving dengan cara mereka sendiri. Biarkan, namun jangan diamkan. Setelah anak jatuh, beri nasihat "Jika lari pelan-pelan ya, biar ga jatuh lagi". Jangan lupa juga, dengan senyuman. Karena kalian orangtua mereka, orang yang paling mereka percaya di dunia ini. Jika kalian menasehati dengan nada ketus, ekspresi marah, anak akan takut dan tidak percaya lagi. Ini berbahaya. Anak akan mulai mencari orang lain yang bisa digunakan sebagai pengganti.
Untuk adik perempuan yang sudah berumur 6 sampai umur 10 tahun, sedang duduk di Sekolah Dasar, lengkap dengan atribut merah-putih. Halo, adik-adik. Aku percaya kalian bisa membaca tulisanku. Nasihat kakak untukmu, kalian boleh kok main. Tapi ingat waktu, ya! Buatlah jadwal kalian masing-masing. Jangan sampai kalian lebih banyak menghabiskan waktu hanya untuk bermain. Kalian bisa bermain sambil belajar, 'kan? Banyak sekali aplikasi permainan penuh teka-teki seru untuk kalian pecahkan di PlayStore. Otak kalian terasah, hati kalian senang, semua bahagia, hehe. Ilmu adalah hal yang sangat penting. Kalian yang bisa bersekolah, jangan pernah lupa untuk bersyukur. Ada banyak teman-teman seumuran kalian yang setiap pagi harus mengamen di persimpangan jalan. Berjualan koran di bawah kolong jembatan karena tidak kuat panas. Atau sekedar menemani orangtua mereka mengambil rongsokan sampah.
Untuk adik perempuan yang sudah berumur 6 sampai umur 10 tahun, sedang duduk di Sekolah Dasar, lengkap dengan atribut merah-putih. Halo, adik-adik. Aku percaya kalian bisa membaca tulisanku. Nasihat kakak untukmu, kalian boleh kok main. Tapi ingat waktu, ya! Buatlah jadwal kalian masing-masing. Jangan sampai kalian lebih banyak menghabiskan waktu hanya untuk bermain. Kalian bisa bermain sambil belajar, 'kan? Banyak sekali aplikasi permainan penuh teka-teki seru untuk kalian pecahkan di PlayStore. Otak kalian terasah, hati kalian senang, semua bahagia, hehe. Ilmu adalah hal yang sangat penting. Kalian yang bisa bersekolah, jangan pernah lupa untuk bersyukur. Ada banyak teman-teman seumuran kalian yang setiap pagi harus mengamen di persimpangan jalan. Berjualan koran di bawah kolong jembatan karena tidak kuat panas. Atau sekedar menemani orangtua mereka mengambil rongsokan sampah.
Foto di atas kasihan, ya? Enggak, aku ga akan bilang "Kamu harus belajar biar sukses, dek. Biar ga jadi kayak anak itu, biar anakmu ga kayak gitu!". Itu kalimat yang mengerikan, aku paham. Dan aku juga merasakan kesal dengan teror-teror macam ini yang sering diutarakan oleh orang dewasa di sekitarku saat masih seumuran kalian. Tapi aku ingin beri kalian sedikit petunjuk yang lebih menantang, yaitu "Kamu belajar dengan baik, dek. Nilai baik tidak menjamin hidupmu sukses, tapi nilai baik akan mempermudah kamu menggapai yang kamu inginkan. Raih nilai baik, buat orangtua kalian senang. Lalu setelah kalian sudah SMP, SMA/SMK, lalu kuliah, kemudian kerja... Kalian bantu anak-anak ini. Kalian ajak mereka yang tidak mampu, untuk turut merasakan kebahagiaan kalian. Percayalah, dek. Membagikan suatu kebaikan pada orang lain itu lebih membahagiakan di sisi kita, daripada yang kita tolong." Jadi... Bagaimana jika kalian belajar, kalian kerjakan PR dari sekolah dengan serius mulai sekarang, lalu berusaha semampu kalian untuk tidak menyepelekan sekolah lagi? Aku tahu, kelihatannya susah dan berat. Tapi jangan hanya lihat banyaknya tangga yang harus kalian daki lalu sudah mengeluh, cukup ambil langkah pertama. Perlahan-lahan... Nanti akan sampai, kok. Lalu mulai biasakan menuliskan mimpi-mimpi kalian di atas secarik kertas. Apa saja. Meskipun mimpi kalian terasa begitu jauh, aku tidak peduli. Ataukah mimpi itu absurd, aku tidak peduli. Tulis saja, yang membuat semangat kalian terpacu. Setelah itu, tempelkan kertas-kertas itu di kamar kalian, atau dimana saja asal kalian bisa setiap hari melihat mimpi-mimpi kalian. Ini namanya, afirmasi. Jadi ya, kesimpulannya, lakukan afirmasi.
"Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang," - Presiden Pertama Negara Kita, Ir. Soekarno.
Jangan lupa setiap hari Jum'at, saat pulang lebih pagi dari sekolah, biasakan membaca buku ya, dek. Buku apa saja. Buku dongeng, fabel, legenda, mitos, bahkan novel, atau koran pun, terserah. Karena aku percaya, dari membaca buku-buku itu, akan selalu ada pelajaran hidup yang bisa kalian dapat yang mungkin jarang kalian dapatkan di sekolah. Kuberi tahu rahasia ya, dek. Kebanyakan masyarakat negara kita lebih peduli dengan nilai bagus, daripada sikap kalian yang bagus. Bukankah menyedihkan jika kalian anak-anak generasi bangsa yang pintar, tapi sayangnya tidak berbudi dan bertindak semena-mena? Aku akan sedih jika potensi hebat kalian menjadi tidak berguna karena kalian jahat dengan orang lain, mubazir. Jadi... Jangan lupa sering-sering baca buku, ya! Buku akan menyelamatkan kalian di kehidupan ini /ahzeg/. Percayalah, aku sudah merasakan, dek.
Untuk yang sedang dalam batas umur SMP-SMA, kalian akan merasakan keinginan besar untuk bebas dari segala kungkungan atau aturan-aturan orangtua. Rasanya kalian bukan anak kecil lagi, namun juga belum terlalu siap dengan kedewasaan. Rasanya, aneh. Setelah lama sekali berada di bawah tekanan orangtua, hanya bisa mengiyakan segala keinginan mereka, hanya bisa patuh tanpa bisa protes sedikitpun ketika kecil. Kini kalian sudah punya lingkup pergaulan sendiri, diperbolehkan main keluar rumah lebih lama. Bagaimana rasanya? Kebebasan adalah hal yang sangat seru, bukan? Membuat kalian ingin lebih, lebih, dan lebih lagi. Seperti candu. Kalian akan meminta kebebasan lebih pada kedua orangtua kalian. Akhirnya sampailah ke skenario dimana kalian akan sering beradu pendapat dengan mereka. Kalian merasa kalian sudah siap dengan dunia ini. Kalian punya pemikiran sendiri. Kalian punya teori sendiri. Kalian merasa kalian sudah cukup pintar untuk menaklukkan dunia ini. Tapi satu hal yang belum kalian punya, yang hanya dipunyai orangtua kalian masing-masing; pengalaman. Ekspektasi kalian akan dunia ini begitu besar. Tapi realita selalu berbicara lain, adik-adik. Dan orangtua kalian sudah hidup di planet ini lebih lama daripada kalian. Mereka sangat tahu hal tidak mengenakkan macam apa yang bisa terjadi pada kalian. Hidup itu penuh dengan kejutan. Kita tidak pernah tahu kejutan macam apa yang akan kita dapat, sebuah kue ulang tahun atau sebuah feses kuda. Orangtua kita hanya ingin melindungi kita dari hal-hal macam feses kuda. Bagi orangtua, meski kita sudah berumur, di matanya kita masih bayi. Yang perlu dituntun saat berjalan supaya tidak jatuh kemudian menyakiti diri lalu menangis. Mereka lakukan itu karena sayang kita. Tapi tetap saja, kita membandel. Kita sangat ingin kebebasan, kita jadi lalai bahwa orangtua kita sebenarnya hanya ingin yang terbaik untuk kita. Perbedaan pendapat akan sering terjadi, saranku adalah cobalah mengerti darimana dasar orangtuamu beropini. Lalu pikirkan opinimu, jelaskan pada mereka secara mendetail. Jangan lupa, dengan senyum. Jika mereka meninggikan suara mereka, kamu lembutkan suaramu. Jangan balas api dengan api, percuma. Jelaskan dengan pelan-pelan. Bilang juga bahwa, "Sekarang aku sudah mau dewasa. Aku harus mulai belajar menentukan pilihan hidupku sendiri. Aku juga akan belajar untuk bertanggung-jawab dengan pilihanku. Mama sama Papa ga usah khawatir, aku sudah menimbang pro dan kontra pilihanku ini. Lebih banyak manfaatnya daripada ruginya. Aku tidak merugikan siapapun jika aku melakukan ini. Jika aku gagal, aku akan belajar dari kegagalanku. Jika kalian terus mengkungkungku, aku tidak akan pernah belajar dari kesalahan. Padahal itulah kunci penting dalam hidup,". Jika memang tidak bisa juga, maka ikuti permintaan orangtuamu saja. Mungkin mereka lebih tahu daripada dirimu. Aku tahu rasanya kesal, tapi itu yang terbaik daripada orangtuamu kecewa dan tidak pernah menganggapmu anak lagi.
Jangan pernah lalai dengan sekolah juga, ya, adek-adekku yang cantik. Di masa ini, kalian akan mengenal yang namanya cinta. Well, bukan cinta juga, sih. Teman sebaya kalian akan sebut ini cinta, tapi sebenarnya yang sedang kalian rasakan pada lawan jenis ini disebut hasrat. Rasanya begitu menggelitik di perut, seperti ada kupu-kupu berterbangan setiap tanpa sengaja melihat kakak kelas yang kita kagumi lewat depan kelas kita. Senyumannya membuat kita merasa berada di tengah musim semi, bunga-bunga bermekaran dengan cantiknya. Warna-warni dan beragam. Tidak apa-apa. Ini wajar. Ini bukanlah sihir atau apapun itu. Aku tahu, rasanya sangat aneh dan tidak jelas. Tapi rasanya sangat membahagiakan juga, 'kan? Campur aduk. Semua kebingungan, rasa ingin tahu, kagum bergabung jadi satu. Seperti ada pelangi yang cahayanya mengisi tiap ruang di hati kita. Untuk sementara waktu, pikiran kalian akan selalu memikirkan satu orang yang kalian kagumi ini. Sampai di poin dimana kalian akan merasa jengkel. Padahal hati dan pikiran ini milik kita, tapi susah sekali dikendalikan supaya tidak memikirkan orang itu. Bahagialah, dek. Pertama kali merasakan hasrat atau cinta-cintaan ini, adalah bagian yang paling susah dilupa. Setelah ini, jika kalian jatuh cinta lagi, rasanya tidak akan sama lagi. Tidak seseru di awal lagi.
Di masa ini, kalian harus berhati-hati. Kalian banyak baca berita tentang hamil di luar nikah, 'kan? Akhirnya banyak yang harus nikah dini. Padahal secara umur biologis maupun usia mental, belum siap. Kalian sebagai perempuan harus benar-benar menjaga diri kalian. Jaga mahkota kalian. Kalian sudah dibiayai mahal-mahal sekolah oleh orangtua supaya kalian sukses, mereka banting tulang, kerja siang malam bercucuh keringat supaya masa depan kalian bagus. Bukankah jika kalian menikah dini dan sudah tidak punya mahkota semua pengorbanan kerja mereka dan pengorbananmu belajar sia-sia? Mimpi kalian akan terhambat. Tentu kalian tidak mau 'kan? Kalian masih ingin membantu anak-anak jalanan, kan? Kalian masih ingin jadi relawan UNICEF, kan? Kalian masih ingin jadi HRD profesional, 'kan? Kalian masih ingin jadi dokter, kan? Kalian masih ingin masuk parlemen dan memperbaiki negara yang bobrok ini, kan? Bagaimana itu bisa dilakukan jika kalian di rumah sudah ada pekerjaan sendiri? Kecuali jika pilihan kalian hanya ingin menjadi ibu rumah tangga, ya tidak apa-apa. Pekerjaan ibu rumah tangga juga tidak kalah mulia dari dokter :)
Tapi alangkah lebih baik jika kalian punya profesi tetap. Karena, misal, jika kalian bercerai dengan suami kalian karena suami kalian selingkuh, kalian tidak akan merasa begitu putus asa. Kalian masih bisa membiayai hidup kalian sendiri. Kalian tidak perlu terus-terusan bertahan, berada di dalam pernikahan, merasa sakit hati tiap jam/menit/detik karena kalian takut jika tanpa suami kalian tidak punya seseorang yang bisa dijadikan pegangan. Kembali pada orangtua? Kalian hanya akan jadi beban bagi mereka yang sudah tua, kedua orangtua kalian yang seharusnya istirahat menikmati masa tua. Kalian tidak kasian? Profesi sangatlah penting. Itulah kenapa dari awal aku selalu mewanti-wanti agar kalian sekolah dengan benar. Pekerjaan kalian juga akan membantu meringankan pekerjaan suami kalian. Kalian juga bisa bekerja sambil mengurus anak di zaman sekarang. Tidak ada yang tidak mungkin.
Perempuan itu istimewa. Jangan rusak diri kalian, ya. Kalian spesial. Mungkin juga di masa SMP/SMP ini, kalian akan selalu merasa kurang. Kurang cantik, kurang kurus, kurang gemuk, kurang berisi. Selalu mengeluh, "kurang,". Jika kalian merasa seperti itu kalian tidak sendiri. Teman-teman perempuanku, bahkan aku sendiripun selalu merasa kurang. Tapi aku selalu heran dengan teman-temanku yang berkata "Aku gendut banget, yak?", karena yang kulihat dia kurus. Atau berkata, "wajahku jelek banget sih, gak proporsional" padahal dia cantik. Atau aku yang selalu mengeluh, "Astagfirullah, ini hidung apa semut? Pesek amat sampe kalo ngeliat butuh mikroskop". Tapi temanku bilang aku cantik. Setiap ada orang yang bilang aku cantik, aku selalu mengelak, "Halah, you're just trying to be nice. Thanks though, aamiin". Sampai ada seorang temanku yang membalas elakanku sampai aku seolah merasa tertampar, "Kamu terlalu sering melihat wajahmu, Lav. Kamu ga tau betapa cantiknya kamu di mata orang asing,". Aku jadi mikir, apa iya? Lalu aku teringat teman-temanku yang lain, yang juga mengeluh. Di mata mereka, mereka selalu kurang. Tapi ketika aku lihat mereka, mereka sudah cukup seperti apa adanya mereka. Dan I love my friends just the way they are. Mereka cantik-cantik banget, tapi mereka tidak percaya. Jadi, ya... You are so used to your features, dek. You don't know how beautiful you look to a stranger. Selalu berpikiran positif juga, ya! Itu akan bantu kamu banget dalam menyikapi semua hal yang terjadi di hidupmu.
Jangan pernah lalai dengan sekolah juga, ya, adek-adekku yang cantik. Di masa ini, kalian akan mengenal yang namanya cinta. Well, bukan cinta juga, sih. Teman sebaya kalian akan sebut ini cinta, tapi sebenarnya yang sedang kalian rasakan pada lawan jenis ini disebut hasrat. Rasanya begitu menggelitik di perut, seperti ada kupu-kupu berterbangan setiap tanpa sengaja melihat kakak kelas yang kita kagumi lewat depan kelas kita. Senyumannya membuat kita merasa berada di tengah musim semi, bunga-bunga bermekaran dengan cantiknya. Warna-warni dan beragam. Tidak apa-apa. Ini wajar. Ini bukanlah sihir atau apapun itu. Aku tahu, rasanya sangat aneh dan tidak jelas. Tapi rasanya sangat membahagiakan juga, 'kan? Campur aduk. Semua kebingungan, rasa ingin tahu, kagum bergabung jadi satu. Seperti ada pelangi yang cahayanya mengisi tiap ruang di hati kita. Untuk sementara waktu, pikiran kalian akan selalu memikirkan satu orang yang kalian kagumi ini. Sampai di poin dimana kalian akan merasa jengkel. Padahal hati dan pikiran ini milik kita, tapi susah sekali dikendalikan supaya tidak memikirkan orang itu. Bahagialah, dek. Pertama kali merasakan hasrat atau cinta-cintaan ini, adalah bagian yang paling susah dilupa. Setelah ini, jika kalian jatuh cinta lagi, rasanya tidak akan sama lagi. Tidak seseru di awal lagi.
Di masa ini, kalian harus berhati-hati. Kalian banyak baca berita tentang hamil di luar nikah, 'kan? Akhirnya banyak yang harus nikah dini. Padahal secara umur biologis maupun usia mental, belum siap. Kalian sebagai perempuan harus benar-benar menjaga diri kalian. Jaga mahkota kalian. Kalian sudah dibiayai mahal-mahal sekolah oleh orangtua supaya kalian sukses, mereka banting tulang, kerja siang malam bercucuh keringat supaya masa depan kalian bagus. Bukankah jika kalian menikah dini dan sudah tidak punya mahkota semua pengorbanan kerja mereka dan pengorbananmu belajar sia-sia? Mimpi kalian akan terhambat. Tentu kalian tidak mau 'kan? Kalian masih ingin membantu anak-anak jalanan, kan? Kalian masih ingin jadi relawan UNICEF, kan? Kalian masih ingin jadi HRD profesional, 'kan? Kalian masih ingin jadi dokter, kan? Kalian masih ingin masuk parlemen dan memperbaiki negara yang bobrok ini, kan? Bagaimana itu bisa dilakukan jika kalian di rumah sudah ada pekerjaan sendiri? Kecuali jika pilihan kalian hanya ingin menjadi ibu rumah tangga, ya tidak apa-apa. Pekerjaan ibu rumah tangga juga tidak kalah mulia dari dokter :)
Tapi alangkah lebih baik jika kalian punya profesi tetap. Karena, misal, jika kalian bercerai dengan suami kalian karena suami kalian selingkuh, kalian tidak akan merasa begitu putus asa. Kalian masih bisa membiayai hidup kalian sendiri. Kalian tidak perlu terus-terusan bertahan, berada di dalam pernikahan, merasa sakit hati tiap jam/menit/detik karena kalian takut jika tanpa suami kalian tidak punya seseorang yang bisa dijadikan pegangan. Kembali pada orangtua? Kalian hanya akan jadi beban bagi mereka yang sudah tua, kedua orangtua kalian yang seharusnya istirahat menikmati masa tua. Kalian tidak kasian? Profesi sangatlah penting. Itulah kenapa dari awal aku selalu mewanti-wanti agar kalian sekolah dengan benar. Pekerjaan kalian juga akan membantu meringankan pekerjaan suami kalian. Kalian juga bisa bekerja sambil mengurus anak di zaman sekarang. Tidak ada yang tidak mungkin.
Perempuan itu istimewa. Jangan rusak diri kalian, ya. Kalian spesial. Mungkin juga di masa SMP/SMP ini, kalian akan selalu merasa kurang. Kurang cantik, kurang kurus, kurang gemuk, kurang berisi. Selalu mengeluh, "kurang,". Jika kalian merasa seperti itu kalian tidak sendiri. Teman-teman perempuanku, bahkan aku sendiripun selalu merasa kurang. Tapi aku selalu heran dengan teman-temanku yang berkata "Aku gendut banget, yak?", karena yang kulihat dia kurus. Atau berkata, "wajahku jelek banget sih, gak proporsional" padahal dia cantik. Atau aku yang selalu mengeluh, "Astagfirullah, ini hidung apa semut? Pesek amat sampe kalo ngeliat butuh mikroskop". Tapi temanku bilang aku cantik. Setiap ada orang yang bilang aku cantik, aku selalu mengelak, "Halah, you're just trying to be nice. Thanks though, aamiin". Sampai ada seorang temanku yang membalas elakanku sampai aku seolah merasa tertampar, "Kamu terlalu sering melihat wajahmu, Lav. Kamu ga tau betapa cantiknya kamu di mata orang asing,". Aku jadi mikir, apa iya? Lalu aku teringat teman-temanku yang lain, yang juga mengeluh. Di mata mereka, mereka selalu kurang. Tapi ketika aku lihat mereka, mereka sudah cukup seperti apa adanya mereka. Dan I love my friends just the way they are. Mereka cantik-cantik banget, tapi mereka tidak percaya. Jadi, ya... You are so used to your features, dek. You don't know how beautiful you look to a stranger. Selalu berpikiran positif juga, ya! Itu akan bantu kamu banget dalam menyikapi semua hal yang terjadi di hidupmu.
- Salam, xoxo
Lavida