Follow Me @lavidaqalbi

10/18/2019

Why is everything so heavy?

Oktober 18, 2019 1 Comments
Sudah lama sekali aku tak pernah membuka blog ini sampai sudah usang dan berdebu. Well, kini aku tinggal di Malang. Menjalani kehidupan sehari-hari sebagai mahasiswa baru di salah satu universitas di kota bunga tersebut. Hawa dingin tiap pagi yang membuat kulitku meremang. Membuatku ingin terus selalu menceruk di bawah selimut. Tapi dengan paksa, kucoba membangunkan diri sendiri dan pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap.
Kalender sudah memberiku peringatan bahwa ini bulan Oktober. Seharusnya hujan sudah datang sejak Agustus akhir, namun tidak juga kunjung datang. Aku rindu menangis di tengah hujan supaya tidak ada seorangpun yang tahu. Tapi sepertinya, aku hanya bisa menangis di kamar mandi sendirian untuk sementara waktu ini.
Beberapa teman SMAku bilang jam kuliah mereka hanya jam 10 pagi sampai jam 2 siang. Atau jam 3 sore sampai jam 5 sore. Sedangkan jam kuliahku bisa dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore. Sungguh tahun ajaran baru yang sibuk. Mungkin karena aku masuk di jurusan ilmu pendidikan, maka dari itu jam kuliahku lebih padat daripada jam kuliah teman-teman lain yang memiliki jurusan ilmu murni. Tapi tak apa, meski lelah, aku menjalani segalanya dengan bahagia. Karena aku bersyukur, aku punya kesempatan berkuliah. Itu sudah cukup untukku.
Di sini, Lavida yang suicidal benar-benar sudah berubah. Aku menjadi seseorang yang selalu tersenyum, tertawa, riang, dan melakukan hal-hal konyol untuk membuat teman-teman kuliahku tertawa. Aku memiliki begitu banyak teman di sini. Berbeda ketika aku di masa SMA, apalagi ketika dulu aku benar-benar di masa depresi dan semua orang meninggalkanku.
Aku merasa bahwa semua orang memang hanya ingin melihatku bahagia. Begitu banyak orang yang suka berada di dekatku sekarang, karena aku mempunyai energi positif yang terus melimpah ruah. Mereka ingin tertular positive vibe yang kumiliki.
Secara tiba-tiba dengan ajaib, aku bisa begitu mudahnya menjadi baik-baik saja, menjadi bahagia. Secara ajaib, tiba-tiba aku yang dulu depresi, tak memiliki harapan, dan sudah mencoba bunuh diri berkali-kali, menjadi seseorang yang selalu tersenyum dan hanya tertawa.
"Kamu kok selalu senyum sih Lav?"
"Lav, rahasia supaya selalu kuat senyum itu gimana? Kadang aku capek dan ngga bisa ngontrol ekspresi wajahku yang capek jadi keliatan dan orang ngira aku judes,"
"Di semua foto-foto candidmu yang diambil anak-anak, kamu selalu senyum ya"
"You're so positive, I like it"
"Aku pingin kayak kamu, Lav. Bahagia terus keliatannya"
Bagaimana bisa? Apa rahasianya?
Karena aku sudah mengalami dan merasakan kerasnya realita bahwa semua orang tak peduli pada alasan-alasan dibalik tindakanku, yang semua orang inginkan hanyalah supaya aku tersenyum. Bahkan ketika aku ada masalah, ketika fase depresiku kambuh, ketika beberapa menit yang lalu aku menangis, semua hanya ingin melihatku tersenyum. Jika aku menunjukkan sedikit saja gejala depresiku, orang akan menjauh lagi. Jujur, rasanya sangat menyakitkan. Aku benar-benar kesepian, seperti tidak ada yang peduli padaku. Kupikir aku sudah melawan mental illness yang kuderita. Ternyata tidak.
Saat kelas 12, aku didiagnosa psikiater bahwa aku terkena Bipolar Tipe 2. Dan psikiater tersebut bilang bahwa, "Bipolar akan selamanya ada di hidup penderitanya. Bipolar tidak bisa disembuhkan. Jika hanya depresi, dengan beberapa treatment bisa sembuh. Tapi bipolar tidak bisa," katanya begitu. Dalam hati, aku dongkol. Aku sudah benci didiagnosa bahwa aku mempunyai mental illness dan perkataan pesimis dari psikiaternya membuat moodku semakin hancur. Aku tidak suka psikiater tersebut, ia semakin membuatku tambah down. Dulu juga aku harus meminum obat bipolar untuk mood stabilizer, nama obatnya Depakote ER. Rasanya tidak pahit, namun ukurannya sangat besar. Mahal pula. Setiap hari sebelum berangkat sekolah dan saat mau tidur, ibuku selalu mengingatkanku untuk meminumnya. Namun aku tidak suka. Dulu aku sangat benci fakta bahwa aku begitu lemah karena mempunyai mental illness. Aku tidak rela, aku merasa aku tidak sakit. Begitu memalukan rasanya.
Saat meminum obat itu rasanya aku seperti zombie. Pikiranku begitu statis. Susah berkonsentrasi. Rasanya sangatlah kosong, hampa.
Akhirnya setelah obatnya habis, aku memutuskan untuk tidak mengkonsumsi obat-obatan tersebut dan berjanji pada diri sendiri bahwa aku bisa melawan penyakit ini dengan caraku sendiri. Juga, aku berusaha membuktikan bahwa bipolar bisa hilang.
Saat aku dalam fase depresi, aku akan  mengurung diriku sendiri di kamar dan menjauh dari orang-orang. Aku takut aku akan menyakiti diriku sendiri dan orang lain. Dalam fase depresi, perlu kalian tahu bahwa di fase inilah yang paling berbahaya karena pikiran-pikiran untuk bunuh diri sering muncul. Maka dari itu, aku mengurung diri dan memilih untuk tidur atau melihat video-video lucu di YouTube.
Saat aku dalam fase mania, aku begitu bahagia. Energiku seperti tidak pernah habis. Di pikiranku muncul ide-ide gila yang tidak berguna. Aku berbicara pada semua teman sekelas ku satu persatu. Aku jalan kaki dari gerbang depan sampai gerbang belakang bolak-balik 4x tanpa lelah. Aku boros dan tidak berpikir panjang saat menghabiskan uang (impulsif). Aku tidak butuh tidur, bahkan bisa belajar 2 hari terus-menerus tanpa tidur di meja belajar dengan kepala tertunduk karena hanya fokus dengan buku. Aku menyiasati fase ini dengan lari-lari keliling sampai aku lelah dan bisa tidur. Bagaimanapun caranya, aku harus tidur.
Di fase mania, aku begitu bahagia. Kupikir aku sudah mengalahkan bipolar. Aku sombong, berbangga diri.
Tapi ternyata, aku salah. Kupikir aku sudah baik-baik saja. Ternyata saat itu aku hanya dalam mania. Ketika fase depresi muncul, semua pikiran negatif itu muncul lagi. Tiap detiknya begitu menyakitkan. Aku hanya ingin menangis.
Tapi tidak ada seorangpun yang tahu. Kini aku sudah menjadi aktor yang hebat. Aku sudah terbiasa menahan rasa sakit sendirian, menahan air mata supaya tidak jatuh, tersenyum bahkan ketika pikiran-pikiran bunuh diri itu menjerit.
Aku akan selalu tersenyum mulai sekarang. Dengan ajaibnya, seolah aku berhasil mengalahkan bipolar yang didaku penyakit seumur hidup itu. Aku akan menahan segalanya sendirian, aku tidak mau orang-orang meninggalkanku lagi jika mereka tahu.
Tentu, terkadang ada waktu dimana aku lelah berpura-pura. Beberapa pil obat sudah ada di genggamanku, namun segera kutepis pikiran anehku. Kubuang obat itu jauh-jauh. Kucoba tidur. Kucoba untuk mengerjakan tugas. Kucoba untuk memanipulasi otak bahwa aku baik-baik saja dengan tertawa dan melakukan pekerjaan sehari-hari.
Beberapa hari yang lalu, anggota f(x) bunuh diri dengan menggantung dirinya di apartemen. Aku segera melihat Instagramnya. Kuekspektasikan rasa bela sungkawa, namun yang kutemukan adalah cacian.
"Kamu harusnya mati lebih cepat"
"Ya, benar. Lebih baik kau mati daripada hanya menjadi sampah"
"Dia selalu ingin menjadi pusat perhatian. Bahkan saat mati. Dia bilang dia depresi kan? Dasar orang gila,"
"J*lang sepertinya memang pantas untuk mati."
Jahat sekali. Anehnya, aku membaca komentar-komentar itu seperti ditujukan pula padaku.
Kasus Sulli membuatku teringat diriku di masa lalu ketika berusaha melakukan bunuh diri. Sebenarnya, kasus-kasus seperti ini membuat orang-orang dengan mental illness jadi triggered.
Untuk orang-orang awam, biar kuberi perspektif ku tentang apa yang Sulli rasakan sebelum memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Memang kami bisa terlihat begitu bahagia ketika tadi pagi bersamamu. Tertawa tanpa beban. Melakukan hal-hal konyol dan terlihat begitu bahagia. Namun ketika sorenya, kami berpisah. Kembali ke rumah masing-masing. Ke kamar, sendirian.
Di waktu inilah, monster di pikiran kami akan menjerit-jerit. Mereka menyuruh kami untuk membunuh diri sendiri, menyakiti diri sendiri. Monster itu bilang tidak ada yang peduli pada kami, tidak ada yang sayang.
Pasti Sulli merasakan itu. Ia membuka ponselnya, semua notifikasi yang ia dapatkan adalah dari pembencinya. Ejekan-ejekan yang selamanya akan membekas dalam hatinya. Ia pernah mencoba meminta tolong. Dengan bilang pada agensinya, tapi tidak ada yang peduli. Sulli sering menangis di live Instagramnya tapi kebanyakan orang melabelinya attention seekers. Orang kira dia hanya mabuk. Padahal semua yang ia lakukan adalah a cry for help.
Kini apa yang dikatakan monster tersebut memang benar bagi Sulli. Yang dikatakan monster itu adalah fakta, bahwa semua orang membencinya. Semua orang lebih bahagia jika ia mati. Tidak ada yang peduli padanya. Ia sendirian, kesepian. Pikirannya kalut, sudah tidak bisa berpikir logis.
Maka saat itu, ia menggeret salah satu kursi di meja makannya. Ia mencari tali kemudian mentalinya di langit-langit rumah. Ia menangis seorang diri di apartemennya. Membenci dirinya sendiri. Kemudian ia naik ke kursi tersebut. Memasukkan kepalanya ke dalam tali, lalu mengeratkan tali itu di lehernya. Untuk terakhir kalinya, ia mengecek ponselnya. Notifikasinya hanya berisi komentar-komentar jahat. Sullipun mematikan ponselnya, dengan sekali hentakan, ia menendang kursi yang ia pijaki. Ikatan di lehernya semakin mengerat. Ia bergelantungan di langit-langit. Kedua kakinya berpencal tanpa arah. Lehernya begitu sakit. Ia butuh oksigen namun sudah terlambat. Tali itu hanya semakin berubah erat. Dan akhirnya tubuhnya melemas, kulitnya perlahan menjadi ungu. Sullipun meninggal, sendirian.
"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Aku bilang aku lelah, tapi tidak ada yang mendengarkan ku. Aku merasa aku sendirian," — Sulli.
Saat kasus tersebut muncul, ada salah satu teman yang menanyaiku tentang pendapatku. Ia menyuruhku berjanji untuk tidak melakukan apa yang Sulli lakukan. Maka aku pun berjanji, "Janji yang ingin kubuat adalah aku akan berada di sini, sampai waktu yang lama. Aku tidak akan pergi jauh dan aku akan membuat orang-orang yang kusayangi bahagia dan diriku bahagia".
Memang, bipolar ini akan selamanya menyiksaku. Dan rasa kesepian, rasa bahwa tiada yang peduli, akan selamanya menggerogoti jiwaku sampai nanti membusuk. Tapi biarlah, aku akan melawan sebisaku. Memang, tidak ada yang peduli. Memang, aku sendirian. Memang, jika orang tahu rahasia ini mereka akan meninggalkanku lagi.
Tapi biarlah, mungkin memang aku harus berjuang sendirian. Mungkin memang, di dunia ini tidak ada yang peduli padaku. Tapi aku peduli dengan diriku sendiri, itu cukup. Aku juga punya Allah. Sakit sekali rasanya, mengetahui bahwa tidak ada yang peduli. Orang-orang yang kupikir peduli, ternyata bisa begitu mudahnya pergi ketika aku menunjukkan bahwa aku butuh pertolongan.
Baiklah, memang meminta pertolongan tidak akan bisa kulakukan lagi. Orang akan pergi jika aku melakukannya.
Baiklah, aku akan menerima ini. Aku akan terus melawan bipolar ini, dengan caraku sendiri. Sendirian. Aku tidak akan berakhir seperti Sulli. Aku punya Allah.
Sungguh rasanya sakit. Tapi bagaimana lagi? Tidak ada yang peduli, kecuali Allah. Orang bilang peduli, namun aksinya menunjukkan sebaliknya. Sungguh sakit, aku ditampar realita lagi. Tapi baiklah, aku akan menerimanya. Aku akan selalu menyemangati diriku sendiri. Ketika aku jatuh, aku akan bangun sendiri. Ketika air mata ku jatuh, aku akan mengusapnya sendiri. Itu cukup bagiku.
Tiap monster itu muncul, aku akan balik berteriak padanya, "NOT TODAY, SATAN! I don't have enough time for this".

7/30/2019

Lav (Cinta)

Juli 30, 2019 3 Comments
Terimakasih.
Untuk semua kasih sayang yang telah diberikan orang-orang sekitarku. Namun bahkan, seribu kali kulontarkan terimakasih pun, tak akan pernah cukup untuk membalas semua kasih sayang yang diberi oleh mereka semua. Tak akan pernah cukup untuk membayar kebodohanku di masa lalu atas segala hal yang kulakukan, yang telah membuat orang-orang yang sayang padaku harus melewati neraka atas perbuatanku di masa lalu.
Baru kusadari, betapa dicintainya diriku. Bahkan sejak aku masih kecil. Tapi hatiku terlalu dibutakan ambisi dan kontrol, menginginkan segala hal sesuai dengan yang standar yang kupegang. Tanpa bisa menghargai bahwa setiap orang punya caranya masing-masing untuk mengekspresikan rasa sayangnya. Bahkan, Tuhanku yang kuanggap membenci diriku karena memberiku bertubi-tubi masalah kehidupan pun ternyata manyayangiku. Ia menghajarku berkali-kali supaya aku tumbuh menjadi manusia yang kuat. Karena Ia tahu aku perlu ditempa supaya bisa survive dari hidup ini sendirian.
"But, after everything you've done
I can thank you for how strong I have become
'Cause you brought the flames and you put me through hell
I had to learn how to fight for myself
And we both know all the truth I could tell"
— Praying, Kesha.

Semenjak aku TK (sampai sekarang), sudah banyak sekali kejadian dimana aku harus dihadapkan dengan perpisahan. Membuatku akhirnya menelan pil pahit kejujuran sedari kecil, bahwa semua orang akan meninggalkanku. Sudah ketetapan pasti. Maka yang bisa kulakukan adalah menghargai orang-orang yang ada di hidupku selagi takdir mereka dan takdirku masih bersinggungan. Seharusnya aku menghargai mereka, seharusnya aku menyayangi mereka. Bukan malah menuntut dan menganggap mereka mainan boneka yang bisa kusuruh semauku. Aku bukan Tuhan. Begitu bodohnya aku. Aku telah menyakiti hati banyak orang yang menyayangiku. Aku minta maaf. Bagaimana bisa aku membalas kebaikan mereka semua? Aku harap aku masih punya banyak waktu untuk membalas kebaikan orang-orang ini. Mereka semua telah berkorban banyak sekali demi aku. Tapi aku malah sibuk memikirkan masalahku sendiri dan tanpa sadar mengajak mereka jatuh ke dalam nerakaku. I am just a stupid little girl who never learn. It's true, I am a slow learner. But I learn.
Aku paham dimana letak kesalahanku, aku bersyukur Tuhanku mengizinkan agar hatiku bisa melihat kesalahanku sendiri. Aku bersyukur atas semua masalahku. Akhirnya, aku bisa berkata terimakasih pula untuk masalah-masalahku. Bahkan aku tidak membenci diriku yang dulu. Aku menyayangi masa laluku, menghargainya. Aku paham bahwa aku dulu memang bodoh, tapi aku harus menerima masa laluku supaya aku bisa mencintai diriku yang sekarang seutuhnya. Akibat Lavida lama, Lavida baru belajar banyak sekali tentang kehidupan.
No one can protect me. No one can protect anyone from anyone. Only God and ourselves can help each one of us.
Bagi kalian, yang merasa hidup begitu tidak berguna. Rasanya kosong di dalam jiwa, seperti ada galaksi lubang hitam begitu besar, tak juga penuh meski sudah diisi apapun. Percayalah padaku, please pray. Curhatlah pada Tuhanmu. Aku paham, aku pernah ada di posisi kalian. Bagi kalian dan aku di masa lalu, berdoa hanyalah sia-sia. Masalah tidak akan selesai. Tapi kumohon, cobalah sekali saja. Percayalah, Dia sudah paham bahkan sebelum kamu mengeluarkan kalimat pertama. Isn't it beautiful, that God already know how you felt but still listening to you? Terkadang, aku hanya menangis tanpa bersuara saking sakitnya hatiku. Namun mengetahui bahwa Tuhanku paham apa yang kurasakan tanpa perlu aku bicara, membuatku sangat tenang mengetahui kenyataan itu. And that's what we all need, understanding.
"I hope you're somewhere, praying
I hope your soul is changing,
I hope you find your peace
Falling on your knees, praying"
— Praying, Kesha.
Aku paham rasanya. Saat dunia serasa mengutuk kita. Saat rasanya kita bergelantungan di jurang kehancuran, rasanya lebih baik menjatuhkan diri. Lebih mudah melepaskan tangan yang bergelantungan karena saat bergelantung terus-menerus, menunggu seseorang yang akan menjulurkan tangannya untuk membantu, menunggu seseorang untuk membantu serasa tidak mungkin dan semakin lama tangan semakin sakit. Rasanya lebih mudah untuk melepaskan tangan dan membiarkan diri jatuh saja biar jadi mayat yang membusuk lalu perlahan menghilang, rasanya tidak ada yang peduli pula. No, wrong. Orang-orang menyayangi kita. Mereka sedang mencari diri kita yang hilang, mereka tidak tahu bahwa kita sedang bergelantungan di jurang kehancuran. Maka bagaimana mereka bisa membantu? Maka dari itu, bangkit. Kerahkan segala tenaga untuk menaiki jurang itu. Kita harus berjuang untuk diri kita sendiri. Dan tentu saja, disaat segala hal terasa mustahil. Kita butuh harapan. Tempatkan harapan itu pada Tuhan kita masing-masing. Maka harapan kita tak akan pernah pudar meski ketika tiap akan bangkit, kita terjatuh kembali. Tuhan sedang melihat kita berjuang, ia berusaha membantu kita dengan memberi kita energi tambahan agar kita tetap bisa bertahan. Ia tersenyum dengan bangga di langit, melihat kita tidak menyerah meski ia beri banyak ujian. Ia menyayangi kita semua dan ia percaya kita bisa, makanya kita diberi ujian. Jika Tuhan tidak percaya, maka hidup kita akan dibuat terus baik-baik saja tanpa masalah dan akan lupa dengan Tuhan. Tuhan tahu, masalah akan membuat kita lebih kuat dan mendekatkan kita padaNya. Ia tidak butuh kita. Kita yang butuh Dia. Dan karena Ia begitu sayang dengan kita, Ia beri kita ujian supaya kita tidak salah jalur.
Aku sadar mengapa Nabiku menangis saat akan meninggal. Ia begitu menyesal karena ia tidak bisa hidup lebih lama. Just look at us. We are so lost. Saat ingin ketenangan, kita malah mencari ketenangan dunia fana yang perlahan menghancurkan (narkoba, mabuk, merokok, dan lain-lain). Padahal hanya dengan menangis lalu berdoa pada Tuhan, rasa ketenangan itu bisa dicapai. Tidak ada efek buruk jangka panjang dan gratis pula.
Dan aku bersyukur sekali, Tuhanku sangat menyayangiku. Doaku banyak sekali yang dikabulkan. Namun tentu saja, aku berusaha. Tidak hanya berdoa lalu diam saja. Aku berusaha semampuku, lalu berdoa, lalu berusaha lagi. Lalu Tuhanku mudahkan permasalahan duniaku. I am in love with My God, Allah. Dan dengan Tuhanku, aku punya Allah, aku yakin aku akan baik-baik saja. Aku percaya Tuhanku begitu dekat denganku. Ia selalu membantuku dengan segala kejutannya yang tiba-tiba. Terlalu banyak keajaiban yang terjadi saat aku berdoa, pasrah atau ikhlas, setelah semua yang kuusahakan tidak membuahkan hasil. Tiba-tiba Tuhanku memberi kejutan. Ia begitu baik. Setelah semua kebodohan yang kulakukan, Tuhanku memberi kesempatan padaku berkali-kali.
Kumohon, kalian yang masih merasa tersesat dalam hidup ini. Aku mohon, mintalah pertolongan pada siapapun jika kalian memang tidak punya Tuhan, pada orangtua, saudara, guru, teman, siapapun. Jika kalian punya Tuhan, berdoalah. Aku juga akan mendoakan kalian dari sini supaya kehidupan kalian bisa membaik. Namun juga, kumohon kalian juga berdoa dan coba mendekat dengan Tuhan kalian masing-masing. Aku sayang kalian. Kumohon, cobalah nasihatku.

7/25/2019

Vida (Hidup)

Juli 25, 2019 1 Comments

"Kita hidup di dunia ini hanya numpang minum air," - kata salah satu idiom Jawa.
Well, that's true. Pertama kali kudengar kalimat itu terlontar dari Ayahku. Saat itu aku sedang galau karena tidak diterima di universitas impianku. Ayahku bilang bahwa dunia ini hanya fana. Kesenangan-kesenangan dunia sebenarnya adalah jebakan untuk menyesatkan, supaya kita lupa akhirat. Padahal daripada mengejar dunia, kita seharusnya mengejar akhirat. Setelah hidup di dunia ini, jika kita mati (di agamaku) maka akan ditempatkan di kehidupan selanjutnya, akhirat. Hidup di akhirat akan lebih lama lagi daripada di dunia, diibaratkan dunia ini hanyalah numpang minum air.
Namun tentu saja, aku mengelak. Bagiku, akhirat memang penting tapi dunia ini juga sama pentingnya. Jika hidup hanya mengejar akhirat, bisa-bisa jadi tidak peduli dengan sesama karena sibuk memperkaya diri dengan shalat dan hanya i'tikaf di masjid (jika ditilik dari contoh agamaku).
Aku lebih memilih jika seorang individu seimbang, mengejar akhirat namun juga mengejar dunia. Misalnya, membantu orang yang membutuhkan. Lewat gelar sarjana, mendapatkan pendidikan, lalu ilmu dibagikan ke manusia lain, bukankah sama bagusnya?
"Tapi setidaknya punya harapan, lah, Pa. Punya cita-cita. Punya tujuan. Kalau ga gitu, hidup nanti rasanya ga berguna" kemudian diriku flashback ketika dulu berusaha bunuh diri berkali-kali. Sekarang bisa berubah karena aku menemukan tujuan hidupku. Akhirnya, aku menemukan jawabannya setelah 17 tahun berpikir bahwa aku tidak berharga dan tidak pantas hidup. Akhirnya.
Lalu Papa ku membalas, "Iya. Emang. Punya harapan itu penting. Allah juga suka sama hambaNya yang berharap. Tapi hidup ga melulu soal dunia. Kalau ga keterima universitas ya udah gapapa, cari kerja aja. Kamu ditawarin kerja **** sama ****, itu ambil. Les bahasa dulu setahun. Nanti setelah selesai kuliah juga yang dicari apa lagi? Kerja. Pasti ada jalan keluarnya. Dunia sama akhirat itu sama-sama penting. Tapi lebih penting akhirat. Yang penting kamu udah berusaha. Hasilnya bukan kamu yang menentukan, jangan keminter daripada Allah. Kamu sombong namanya, mendikte Allah. Ikhlas, Vid. Itu kunci supaya bahagia dunia dan akhirat. Kamu coba belajar ikhlas. Papa juga masih belajar, karena memang susah. Tapi harus,".
Segera saja, aku tertohok. Benar juga. Aku pun segera mengubah mindsetku. Aku percaya, ketentuanNya selalu yang terbaik. Aku harus ikhlas, yang penting sudah berusaha. Memang, ditolak universitas, ditolak kerja, segala hal yang berhubungan dengan penolakan itu sakit. Sedih? Sangat boleh. Wajar. Kita manusia, punya emosi (kecuali psikopat/sosiopat). Tapi, bangkit lagi adalah sebuah keharusan. Ikhlas. Yang penting sudah berusaha. Daripada tidak sama sekali berusaha? Itu baru boleh menyesal. Tapi jika sudah berusaha kemudian menyesal dan menyalahkan diri sendiri karena ditolak, kumohon berhenti. Jika begitu terus, sama saja kita menyiksa diri kita sendiri. Belajar ikhlas, mengkasihani diri. Cintai diri, sayangi diri.
Jika kamu punya keinginan yang sangat besar, lakukan (asal itu baik). Jangan biarkan keragu-raguan menghentikan. Karena rasa menyesal akibat tidak pernah mencoba lebih sakit, daripada sedih akibat semua tidak sesuai rencana. Lebih baik mencoba. Jangan pernah takut. Jika kita takut, sama saja kita membatasi potensi kita. "Padahal dalam diri kita mengalir emas", kata Rumi. Aku tidak lagi kesal karena tidak diterima di universitas yang kuimpikan, setidaknya aku sudah berani mencoba. Aku cukup mengapresiasi keberanianku walau ditolak. Setidaknya, aku berani mencoba. Dan aku paham, takdirku untuk tidak ditempatkan di universitas ini adalah pilihan Tuhanku. Aku pun bisa perlahan mencoba ikhlas.
Kemudian saat aku sudah mulai ikhlas dan percaya lagi pada Tuhanku, tiba-tiba ada pengumuman bahwa aku diterima di universitas keinginanku yang lain. Setidaknya, aku dapat sekolah. Itu sudah cukup. Langsung saja, saat aku shalat ketika sesi doa, air mataku tumpah tanpa bisa dicegah. Begitu deras. Tidak bisa berhenti. Tuhanku sungguh baik, setelah aku mendiktenya dan sombong, masih saja memaafkanku.
Padahal masa laluku juga begitu kelam. Aku suka keluar malam, merokok, mabuk, pernah berusaha bunuh diri berkali-kali, dan hal-hal bodoh lain yang kulakukan. Aku melakukan hal-hal bodoh itu karena aku ingin tenang. Tapi bodohnya aku, merokok atau mabuk sungguhlah hal buruk. Efek jangka panjangnya akan mematikan. Untungnya, Tuhan tidak meninggalkanku. Ia menuntunku lagi lewat orang-orang sekitarku dan akhirnya aku bisa lepas dari kecanduan hal-hal tersebut dengan susah payah. Padahal jika dipikir-pikir, saat berdoa dan curhat pada Tuhan itu juga bisa membuat tenang. Efek buruk jangka panjang pun tak ada. Memang sungguh bodoh diriku di masa lalu.
Tapi meski aku bodoh seperti itu, Tuhanku langsung menjawab doaku ketika aku bisa benar-benar ikhlas, pasrah dan mendekatkan diriku lagi padanya. Memang benar,
Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.”
Mempunyai harapan itu penting sekali. Manusia mengecewakan. Dan hanya kepada Tuhan aku bisa menangis ketika dirasa manusia tidak ada yang bisa menolongku (untuk atheist, maaf). Tapi, semoga kalian yang sedih karena dunia ini. Kumohon, ingatlah bahwa selalu ada harapan.
Aku bersyukur aku masih hidup sampai sekarang. Saat dulu aku berusaha bunuh diri, aku takut pada dunia. Aku belum siap menghadapi dunia ini, aku terlalu pengecut. Tapi aku lupa, aku punya Tuhan yang lebih besar daripada masalahku. Jadi begitulah, aku lebih memilih untuk bunuh diri saat itu.
Tapi Tuhanku tetap baik padaku, ia menggagalkan upaya bunuh diriku berkali-kali. Pasti ada alasannya. Dulu aku benci mengapa saat hidup aku disiksa, tapi saat ingin mati aku ditahan. Namun kini aku paham mengapa semua itu harus terjadi.
Namun kini aku paham, semua masalah yang diberi padaku adalah cara Tuhan untuk menempaku menjadi lebih kuat. Si Lavida bodoh, naif, takut sendiri kini berubah menjadi Lavida yang kuat, lebih hati-hati, dan mandiri. Sungguh perbedaan yang kontras. Seandainya aku berhasil bunuh diri di masa lalu, aku tidak akan merasakan kebahagiaan yang kurasakan di masa sekarang.
Cahaya akan datang, meski rasanya sekarang kamu sedang ada di dalam gua tergelap. Jangan diam saja mengutuk diri di dalam gua gelap itu, kita harus berjalan mencari jalan keluar. Jika kita hanya diam, kita tidak akan pernah menemukan jalan keluar. Ayolah, angkat kepalamu. Angkat tubuhmu. Langkahkan kakimu. Kamu pasti juga akan keluar dari gua itu. Aku pernah tersesat juga sepertimu. Jadi, ada harapan, kok. Kita nanti bertemu di luar gua, ya, dengan sinar mentari yang menghangatkan. We are our own heroes, let's save ourselves!

7/22/2019

Is it important to express your love for someone?

Juli 22, 2019 1 Comments
Mark and Lexie
"You think you broke me, Little Grey?"
"Yeah..."
"You are the one who put me back together."
"But they don't know us,
They think we're ugly.
But I know that we're beautiful"
"Would you want if you move in,
I mean, go to my house,
and live together with me?"
"Excuse me? Hahaha. Are you asking me,
to marry you?"
"Ahaha, why would you?"
"I can't. I am so sorry, I am...
Let me think about it,"
"Okay."
"You brought about moving in together,
in marriage. And I put it off. And now,
you're embarassed and won't make
eye contact with me, because you feel that
I have the power in relationship,"
"I don't want to force you.
I just, don't take it seriously.
I just have buy a house and...
Why not invite someone, right?"
"You're buying a house?"
"Yeah...?"
"The only reasons you're talking about house,
is to make me feel bad. You're trying to prove
that you're moving on without me. So then,
I'll regret my decision and change my mind."
"Maybe it's clear,
I am moving on. Well,
with a better woman than you."
"He died... George, he died."
"Come here, let me hug you.
And you can sleep warmly here,
under my arms. I'll protect you,"
"Me and Lexie.
We lived together now.
We decided any little things together"
"It's turned out Sloan was right,
I am her dad. So, Sloan here is gonna
move in with us for a little while"
"I was barely ready to move in
with you. Never minding your
pregnant daughter and a grandbaby.
And, I don't want this."
"I went enough to give liver
to your dad. This is what you do
for family, right?"
"I understand why you're doing it.
I just don't understand why I am
doing it,"
"Don't make me choose between
you and my daughter,"
"Why? Because you choose her?"
 "Yeah, I choose her..."
"I think our relationship just dead,"
"I am in love with Mark. But I am
scared that I can't handle it.
The daughter and the baby. And Mark
is gonna be a grandpa."
"I mean, we're just kind of
cancelled each other out,"
"You are in relationship with Karev, now?"
"Yeah..."
"While I was hurting?"
"You're hurting? You're dating
with Maddison,"
"You broke up with me. Left me.
Just, wow. I can't even look at you

"She dumped me. For wanting
to step up and be responsible
with my old daughter."
"Mark is moving on.
Without me... That's good, isn't it?
It's great. It's... It's perfect,
It's just, I-I love him. But, I can't"
"She's with Karev, but
I don't want 50 years to go by,
and then realize that I let
the love of my life get away. I'll try."

"Lex, I am still in love
with you. I try not to be,
but it didn't work. I want
another chance. I am in love,
with you"
"Mark, I... I have...
I have a boyfriend. You know it, right?"
"I know... I am saying,
you could have a husband"
"Karev is died, Mark. And I,
I am feeling so hopeless, I don't know,"
"I am here for you, Lexie"
"I am... I am okay. Really."
"If she's going through her worse
right now, I want to go through with her,"
"People think I am taking advantage
of you. Can you please, just, leave me.
Just leave me alone"
"Got it,"
"I miss her,"
"I miss you,"
"What?"
"What? You don't miss me?"
"Pretty much what I am saying,"
"Let's hang out tonight,
After work?"
"Mark! You're unbelievable!"
"I am unbelievable,
that's why you love me"
"Mark... You and I, don't work.
Okay? We've been through this."
"Hey, you're here"
"Yeah, I know I cancelled your
plan. But, I know that was unfair"
"Okay..."
"All I wanted to do,
is to love you for the rest of my life.
I love you, so... Take your time.
I'll wait,"
"Lex, I need to tell you something.
I have a kid. I... I met a woman,
and this woman's kid is my kid"
"How the hell,
did you get me in this position,
TWICE?
It's... unbelievable.
I hate you, Mark. I am leaving."

"Mark's having a baby.
He didn't even ask my opinion.
He just clobbered me, with it, again!
And he's leaving me behind... again!
We're done, you know?
We have to be,"
"She just need someone to talk."
"How about the baby? She's having my kid,
My kid is inside her. How about my baby?
They all die?"

"How the hell is the one I love always leave?"

"Hey, Jackson. I heard you and Lexie
are together. I'll stay out of your way.
Please take care of her,"
"You have to stop talking to me.
Checking out on me. Talking to
my boyfriend."
"..."
"I... love you. And I am always
gonna love you. But I don't want
to love you. I want to be happy.
And Jackson makes me happy.
But if you keep... pulling at me,
I'll come back to you."
"You're right. I am letting you go, Lexie.
That means you got to walk away,"
"Hey. I heard you're getting engaged,
Congratulation, Mark."
"Hey... I need you, Lex"
"What?"
"I need you. I miss talking to you.
I miss you."
"I miss you too."
"Somebody told me you're breaking
up with Jackson."
"Yeah, it is."
"If you're not over him,
you should tell him."
"Mark said that he misses me.
But I miss him.
I really miss him.
He still think that I love Jackson.
I try to tell him that I don't.
Try to tell him that I still love him.
But, when I opened my mouth...
And nothing comes out!"
"Hey, Lex. Why you comes
to my house, in a time like these?
It's so cold outside. Come in,"
"Mark, I... I love you!
Oh God, oh my God!
That just come flying out
of my face. I.. I am just. I,
I love you. Agh! I did it again!
I love you... I... I just. I love you.
And I have been trying not to say it,
trying so hard to just mash it down and
ignore it and not say it and Jackson is
a great guy. And he likes me, you know?
He really likes me! But it was never gonna
work out because I... I. Love... You...
I am so in love with you...
You are in me. It is like, you are a disease.
It's like I am infected by Mark Sloan. And I,
I just can't think about anything or anybody.
And I can't sleep. I can't breathe. I can't eat.
And I love you. I just love you, all the time.
Every minute. Every day. And I... I, I love...
You."
"Lexie, I am engaged with Julia.
I am getting married,"
"Julia wants to give me everything
I want but I am in love with Lexie,
who doesn't want anything I want."
"Mark... Help."
"You... Are gonna be fine!
Stop! You'll be fine!
Just a few minutes okay...?"
"Mark... I am dying."
"No! You're not gonna!"
"Hold my hand...?"
"I am not gonna holding your hand,
because you are not dying!"
"Hold... My... Hand..."
"No!"
"Please... Just,"
"...Okay, Lexie.
I love you..."
"No... You don't have to say it,
just because I said it."
"No, I love you... I am always been
in love with you,
I will be always in love with you.
Which is why you have to stay alive!
We gonna get married!
We're gonna be happy, Lex.
We're supposed to end up together.
We're meant to be."
"Meant... to... b-"
"I love you. I love you. I love you."
"I said that I love her.
But she didn't believe,"

"I think she knew,"

"She didn't know.
She didn't know...
And she died.
I should've told her."


"Well, they say people come...
The say people go.
This particular diamond was extra special.
And though you might be gone, and the world may not know.
Still I see you, celestial.
And I should but I can't let you go.
But when I'm cold,
There's a light that you give me when I'm in shadow.
There's a feeling within me, an everglow.
Like brothers in blood, or sisters who ride.
Yeah we swore on that night we'd be friends 'til we die/
But the changing of winds, and the way waters flow,
Life is short as the falling of snow.
And I'm gonna miss you, I know.
And I know that you're with me and the way you will show.
And you're with me wherever I go.
And you give me this feeling, this everglow.
What I wouldn't give for just a moment to hold,
Because, I live for this feeling, this everglow.
So if you love someone, you should let them know.
Oh, the light that you left me will everglow."
— Everglow, Coldplay.

5/22/2019

Surat Terbuka untuk Para Adik-adik Perempuan

Mei 22, 2019 1 Comments
Untuk kalian para malaikat mungil yang masih berumur 4 tahun, aku tahu. Kalian baru saja masuk sekolah di Taman Kanak-kanak. Pun ku sadari, kalian belum bisa membaca ini, adik-adik. Namun dengan harap-harap cemas, ku bersemoga agar tulisan ini tanpa sengaja dibaca oleh calon orangtua yang sebentar lagi mempunyai anak atau orangtua yang tepat baru saja merayakan ulang tahun anaknya yang ke-4. Di umur 4 tahun ini, anak-anak akan mulai mencapai tahap meniru (play stage). Mereka akan meniru apa saja yang diperbuat manusia di sekitarnya. Anak belum bisa memahami baik atau buruk. Orangtua bisa saja berkata, "Kamu harus seperti ini. Kamu harus seperti itu. Kamu tidak boleh seperti ini, tidak boleh seperti itu". Tapi anak belajar dari apa yang ia lihat, yaitu perilaku. Aksi-aksi yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Mereka meniru dari tindakan. Jadi, untuk para ayah/ibu, jika ingin memberi didikan moral pada anak, tunjukkan melalui tindakan kalian. Di tahap ini, anak juga akan bertemu dengan teman mainnya. Ia mulai belajar sosialisasi. Ia merasakan betapa bahagianya bertemu dengan teman sebaya, saling kejar-kejaran, sambil tertawa lepas. Jangan pernah memberi batasan pada anak. Jika kalian takut anak akan jatuh saat kejar-kejaran, biarkan dulu. Dia akan belajar dari jatuhnya. Kemudian dia akan belajar cara bangkit. Dan temannya mungkin juga akan belajar membantu anak anda yang jatuh. Biarkan otak mereka melakukan problem solving dengan cara mereka sendiri. Biarkan, namun jangan diamkan. Setelah anak jatuh, beri nasihat "Jika lari pelan-pelan ya, biar ga jatuh lagi". Jangan lupa juga, dengan senyuman. Karena kalian orangtua mereka, orang yang paling mereka percaya di dunia ini. Jika kalian menasehati dengan nada ketus, ekspresi marah, anak akan takut dan tidak percaya lagi. Ini berbahaya. Anak akan mulai mencari orang lain yang bisa digunakan sebagai pengganti.
Untuk adik perempuan yang sudah berumur 6 sampai umur 10 tahun, sedang duduk di Sekolah Dasar, lengkap dengan atribut merah-putih. Halo, adik-adik. Aku percaya kalian bisa membaca tulisanku. Nasihat kakak untukmu, kalian boleh kok main. Tapi ingat waktu, ya! Buatlah jadwal kalian masing-masing. Jangan sampai kalian lebih banyak menghabiskan waktu hanya untuk bermain. Kalian bisa bermain sambil belajar, 'kan? Banyak sekali aplikasi permainan penuh teka-teki seru untuk kalian pecahkan di PlayStore. Otak kalian terasah, hati kalian senang, semua bahagia, hehe. Ilmu adalah hal yang sangat penting. Kalian yang bisa bersekolah, jangan pernah lupa untuk bersyukur. Ada banyak teman-teman seumuran kalian yang setiap pagi harus mengamen di persimpangan jalan. Berjualan koran di bawah kolong jembatan karena tidak kuat panas. Atau sekedar menemani orangtua mereka mengambil rongsokan sampah.
Foto di atas kasihan, ya? Enggak, aku ga akan bilang "Kamu harus belajar biar sukses, dek. Biar ga jadi kayak anak itu, biar anakmu ga kayak gitu!". Itu kalimat yang mengerikan, aku paham. Dan aku juga merasakan kesal dengan teror-teror macam ini yang sering diutarakan oleh orang dewasa di sekitarku saat masih seumuran kalian. Tapi aku ingin beri kalian sedikit petunjuk yang lebih menantang, yaitu "Kamu belajar dengan baik, dek. Nilai baik tidak menjamin hidupmu sukses, tapi nilai baik akan mempermudah kamu menggapai yang kamu inginkan. Raih nilai baik, buat orangtua kalian senang. Lalu setelah kalian sudah SMP, SMA/SMK, lalu kuliah, kemudian kerja... Kalian bantu anak-anak ini. Kalian ajak mereka yang tidak mampu, untuk turut merasakan kebahagiaan kalian. Percayalah, dek. Membagikan suatu kebaikan pada orang lain itu lebih membahagiakan di sisi kita, daripada yang kita tolong." Jadi... Bagaimana jika kalian belajar, kalian kerjakan PR dari sekolah dengan serius mulai sekarang, lalu berusaha semampu kalian untuk tidak menyepelekan sekolah lagi? Aku tahu, kelihatannya susah dan berat. Tapi jangan hanya lihat banyaknya tangga yang harus kalian daki lalu sudah mengeluh, cukup ambil langkah pertama. Perlahan-lahan... Nanti akan sampai, kok. Lalu mulai biasakan menuliskan mimpi-mimpi kalian di atas secarik kertas. Apa saja. Meskipun mimpi kalian terasa begitu jauh, aku tidak peduli. Ataukah mimpi itu absurd, aku tidak peduli. Tulis saja, yang membuat semangat kalian terpacu. Setelah itu, tempelkan kertas-kertas itu di kamar kalian, atau dimana saja asal kalian bisa setiap hari melihat mimpi-mimpi kalian. Ini namanya, afirmasi. Jadi ya, kesimpulannya, lakukan afirmasi.
"Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang," - Presiden Pertama Negara Kita, Ir. Soekarno.
Jangan lupa setiap hari Jum'at, saat pulang lebih pagi dari sekolah, biasakan membaca buku ya, dek. Buku apa saja. Buku dongeng, fabel, legenda, mitos, bahkan novel, atau koran pun, terserah. Karena aku percaya, dari membaca buku-buku itu, akan selalu ada pelajaran hidup yang bisa kalian dapat yang mungkin jarang kalian dapatkan di sekolah. Kuberi tahu rahasia ya, dek. Kebanyakan masyarakat negara kita lebih peduli dengan nilai bagus, daripada sikap kalian yang bagus. Bukankah menyedihkan jika kalian anak-anak generasi bangsa yang pintar, tapi sayangnya tidak berbudi dan bertindak semena-mena? Aku akan sedih jika potensi hebat kalian menjadi tidak berguna karena kalian jahat dengan orang lain, mubazir. Jadi... Jangan lupa sering-sering baca buku, ya! Buku akan menyelamatkan kalian di kehidupan ini /ahzeg/. Percayalah, aku sudah merasakan, dek.
Untuk yang sedang dalam batas umur SMP-SMA, kalian akan merasakan keinginan besar untuk bebas dari segala kungkungan atau aturan-aturan orangtua. Rasanya kalian bukan anak kecil lagi, namun juga belum terlalu siap dengan kedewasaan. Rasanya, aneh. Setelah lama sekali berada di bawah tekanan orangtua, hanya bisa mengiyakan segala keinginan mereka, hanya bisa patuh tanpa bisa protes sedikitpun ketika kecil. Kini kalian sudah punya lingkup pergaulan sendiri, diperbolehkan main keluar rumah lebih lama. Bagaimana rasanya? Kebebasan adalah hal yang sangat seru, bukan? Membuat kalian ingin lebih, lebih, dan lebih lagi. Seperti candu. Kalian akan meminta kebebasan lebih pada kedua orangtua kalian. Akhirnya sampailah ke skenario dimana kalian akan sering beradu pendapat dengan mereka. Kalian merasa kalian sudah siap dengan dunia ini. Kalian punya pemikiran sendiri. Kalian punya teori sendiri. Kalian merasa kalian sudah cukup pintar untuk menaklukkan dunia ini. Tapi satu hal yang belum kalian punya, yang hanya dipunyai orangtua kalian masing-masing; pengalaman. Ekspektasi kalian akan dunia ini begitu besar. Tapi realita selalu berbicara lain, adik-adik. Dan orangtua kalian sudah hidup di planet ini lebih lama daripada kalian. Mereka sangat tahu hal tidak mengenakkan macam apa yang bisa terjadi pada kalian. Hidup itu penuh dengan kejutan. Kita tidak pernah tahu kejutan macam apa yang akan kita dapat, sebuah kue ulang tahun atau sebuah feses kuda. Orangtua kita hanya ingin melindungi kita dari hal-hal macam feses kuda. Bagi orangtua, meski kita sudah berumur, di matanya kita masih bayi. Yang perlu dituntun saat berjalan supaya tidak jatuh kemudian menyakiti diri lalu menangis. Mereka lakukan itu karena sayang kita. Tapi tetap saja, kita membandel. Kita sangat ingin kebebasan, kita jadi lalai bahwa orangtua kita sebenarnya hanya ingin yang terbaik untuk kita. Perbedaan pendapat akan sering terjadi, saranku adalah cobalah mengerti darimana dasar orangtuamu beropini. Lalu pikirkan opinimu, jelaskan pada mereka secara mendetail. Jangan lupa, dengan senyum. Jika mereka meninggikan suara mereka, kamu lembutkan suaramu. Jangan balas api dengan api, percuma. Jelaskan dengan pelan-pelan. Bilang juga bahwa, "Sekarang aku sudah mau dewasa. Aku harus mulai belajar menentukan pilihan hidupku sendiri. Aku juga akan belajar untuk bertanggung-jawab dengan pilihanku. Mama sama Papa ga usah khawatir, aku sudah menimbang pro dan kontra pilihanku ini. Lebih banyak manfaatnya daripada ruginya. Aku tidak merugikan siapapun jika aku melakukan ini. Jika aku gagal, aku akan belajar dari kegagalanku. Jika kalian terus mengkungkungku, aku tidak akan pernah belajar dari kesalahan. Padahal itulah kunci penting dalam hidup,". Jika memang tidak bisa juga, maka ikuti permintaan orangtuamu saja. Mungkin mereka lebih tahu daripada dirimu. Aku tahu rasanya kesal, tapi itu yang terbaik daripada orangtuamu kecewa dan tidak pernah menganggapmu anak lagi.
Jangan pernah lalai dengan sekolah juga, ya, adek-adekku yang cantik. Di masa ini, kalian akan mengenal yang namanya cinta. Well, bukan cinta juga, sih. Teman sebaya kalian akan sebut ini cinta, tapi sebenarnya yang sedang kalian rasakan pada lawan jenis ini disebut hasrat. Rasanya begitu menggelitik di perut, seperti ada kupu-kupu berterbangan setiap tanpa sengaja melihat kakak kelas yang kita kagumi lewat depan kelas kita. Senyumannya membuat kita merasa berada di tengah musim semi, bunga-bunga bermekaran dengan cantiknya. Warna-warni dan beragam. Tidak apa-apa. Ini wajar. Ini bukanlah sihir atau apapun itu. Aku tahu, rasanya sangat aneh dan tidak jelas. Tapi rasanya sangat membahagiakan juga, 'kan? Campur aduk. Semua kebingungan, rasa ingin tahu, kagum bergabung jadi satu. Seperti ada pelangi yang cahayanya mengisi tiap ruang di hati kita. Untuk sementara waktu, pikiran kalian akan selalu memikirkan satu orang yang kalian kagumi ini. Sampai di poin dimana kalian akan merasa jengkel. Padahal hati dan pikiran ini milik kita, tapi susah sekali dikendalikan supaya tidak memikirkan orang itu. Bahagialah, dek. Pertama kali merasakan hasrat atau cinta-cintaan ini, adalah bagian yang paling susah dilupa. Setelah ini, jika kalian jatuh cinta lagi, rasanya tidak akan sama lagi. Tidak seseru di awal lagi.
Di masa ini, kalian harus berhati-hati. Kalian banyak baca berita tentang hamil di luar nikah, 'kan? Akhirnya banyak yang harus nikah dini. Padahal secara umur biologis maupun usia mental, belum siap. Kalian sebagai perempuan harus benar-benar menjaga diri kalian. Jaga mahkota kalian. Kalian sudah dibiayai mahal-mahal sekolah oleh orangtua supaya kalian sukses, mereka banting tulang, kerja siang malam bercucuh keringat supaya masa depan kalian bagus. Bukankah jika kalian menikah dini dan sudah tidak punya mahkota semua pengorbanan kerja mereka dan pengorbananmu belajar sia-sia? Mimpi kalian akan terhambat. Tentu kalian tidak mau 'kan? Kalian masih ingin membantu anak-anak jalanan, kan? Kalian masih ingin jadi relawan UNICEF, kan? Kalian masih ingin jadi HRD profesional, 'kan? Kalian masih ingin jadi dokter, kan? Kalian masih ingin masuk parlemen dan memperbaiki negara yang bobrok ini, kan? Bagaimana itu bisa dilakukan jika kalian di rumah sudah ada pekerjaan sendiri? Kecuali jika pilihan kalian hanya ingin menjadi ibu rumah tangga, ya tidak apa-apa. Pekerjaan ibu rumah tangga juga tidak kalah mulia dari dokter :)
Tapi alangkah lebih baik jika kalian punya profesi tetap. Karena, misal, jika kalian bercerai dengan suami kalian karena suami kalian selingkuh, kalian tidak akan merasa begitu putus asa. Kalian masih bisa membiayai hidup kalian sendiri. Kalian tidak perlu terus-terusan bertahan, berada di dalam pernikahan, merasa sakit hati tiap jam/menit/detik karena kalian takut jika tanpa suami kalian tidak punya seseorang yang bisa dijadikan pegangan. Kembali pada orangtua? Kalian hanya akan jadi beban bagi mereka yang sudah tua, kedua orangtua kalian yang seharusnya istirahat menikmati masa tua. Kalian tidak kasian? Profesi sangatlah penting. Itulah kenapa dari awal aku selalu mewanti-wanti agar kalian sekolah dengan benar. Pekerjaan kalian juga akan membantu meringankan pekerjaan suami kalian. Kalian juga bisa bekerja sambil mengurus anak di zaman sekarang. Tidak ada yang tidak mungkin.
Perempuan itu istimewa. Jangan rusak diri kalian, ya. Kalian spesial. Mungkin juga di masa SMP/SMP ini, kalian akan selalu merasa kurang. Kurang cantik, kurang kurus, kurang gemuk, kurang berisi. Selalu mengeluh, "kurang,". Jika kalian merasa seperti itu kalian tidak sendiri. Teman-teman perempuanku, bahkan aku sendiripun selalu merasa kurang. Tapi aku selalu heran dengan teman-temanku yang berkata "Aku gendut banget, yak?", karena yang kulihat dia kurus. Atau berkata, "wajahku jelek banget sih, gak proporsional" padahal dia cantik. Atau aku yang selalu mengeluh, "Astagfirullah, ini hidung apa semut? Pesek amat sampe kalo ngeliat butuh mikroskop". Tapi temanku bilang aku cantik. Setiap ada orang yang bilang aku cantik, aku selalu mengelak, "Halah, you're just trying to be nice. Thanks though, aamiin". Sampai ada seorang temanku yang membalas elakanku sampai aku seolah merasa tertampar, "Kamu terlalu sering melihat wajahmu, Lav. Kamu ga tau betapa cantiknya kamu di mata orang asing,". Aku jadi mikir, apa iya? Lalu aku teringat teman-temanku yang lain, yang juga mengeluh. Di mata mereka, mereka selalu kurang. Tapi ketika aku lihat mereka, mereka sudah cukup seperti apa adanya mereka. Dan I love my friends just the way they are. Mereka cantik-cantik banget, tapi mereka tidak percaya. Jadi, ya... You are so used to your features, dek. You don't know how beautiful you look to a stranger. Selalu berpikiran positif juga, ya! Itu akan bantu kamu banget dalam menyikapi semua hal yang terjadi di hidupmu.
- Salam, xoxo
Lavida