Tadi di sekolah ada pelajaran olahraga. Pelajaran yang ku suka karena setidaknya membuatku terhindar dari stres. Seharusnya jadwal kelasku hari ini adalah penilaian lompat jauh. Namun dikarenakan hujan yang membuat tanah lembek, jadwal diganti. Guru olahraga menyuruh kelas kami untuk bersepeda pancal. Yang pastinya sukses membuat teman-teman sekelas perempuan berbinar, mereka berteriak senang. Sedangkan yang laki-laki, mereka biasa saja dan lebih memilih untuk bermain bola. Aku tersenyum pelan melihat tingkah teman sekelas perempuanku yang mendadak menjadi kekanak-kanakan.
Salah satu temanku mendekatiku. Ia merangkul bahuku, "Hey, Lav!" sapanya. Aku menoleh ke samping kananku, mendapati wajahnya yang tersenyum. Aku balas menyapanya, "Oy!" lalu merangkul bahunya. Kami saling berangkulan menuju ke tempat parkir sepeda pancal yang biasa digunakan siswa sekolahku. Kami saling berangkulan, sambil aku mendengarkan temanku yang memulai curhatnya tentang orang yang ia puja.
Sesampainya di tempat parkir sepeda pancal, kami segera memilih sepeda pancal. Aku merasa tidak enak, karena memakai sepeda pancal yang bukan milikku. Tapi temanku yang lain bilang, itu tidak apa, asalkan tidak kucuri. Lmao. What a good lame joke.
Aku memilih sepeda pancal berwarna biru, aku yakin pemiliknya laki-laki. Terlihat dari banyaknya goresan di sepeda pancalnya, mungkin bekas jatuh. Atau dari tempat duduk sepeda yang diatur sedemikian tinggi. Atau pedalnya yang begitu kotor. Bukannya aku memberi stigma bahwa laki-laki itu bar-bar dan kotor, aku hanya menebak hihi.
Aku dan teman-temanku pun bersepeda pancal bersama. Dari sekolah, kami menuju ke alun-alun kota. Di alun-alun kota, kami semua sepakat untuk berkeliling menggunakan sepeda nantinya. Lagipula guru olahraga kamipun berpesan seperti itu.
Tapi rencana tinggallah rencana. Salah satu temanku, tiba-tiba memberhentikan sepedanya. Membuat beberapa dari kami penasaran dan turut menghentikan sepeda. Ia mengajak kami masuk ke pendopo alun-alun, yang dimana sedang ada banyak orang bersenam ria. Aku heran, untuk apa temanku ini mengajak kami senam? Bukankah guru olahraga kami sudah berpesan untuk bersepeda pancal saja lalu kembali ke sekolah? Tapi aku mengurungkan pertanyaanku. Aku putuskan saja, untuk melihat kemana peristiwa ini akan membawaku daripada mengoceh. Nanti juga akan terjawab. Oh, ayolah. Aku sudah hapal dengan permainan hidup ini.
Mau tidak mau, siap tidak siap, sesuatu selalu akan terbongkar di akhir.Aku tidak mengerti apa yang terjadi. Tiba-tiba, seperti magnet, teman-temanku turut ikut senam itu. Mau tidak mau, akupun ikut senam. Aku melihati wajah temanku satu-persatu, binar di mata mereka menyambut teduh pandanganku. Hatiku merasa nyaman melihat orang-orang yang kusayangi bahagia. Lagu senam inipun sangat lucu, membuat kami berbagi tawa.
Lagupun terhenti, menandakan senam telah usai. Tiba-tiba, jantungku berhenti berdetak saking kagetnya. Karena salah satu peserta senam berteriak, yang dibalas teriakan oleh peserta yang lain. Mereka berkomunikasi dengan teriakan, ada yang aneh di sini. Aku berpikir keras. Lalu barisan di depanku perlahan mulai menghambur, membuatku bisa dengan jelas melihat bahwa dibalik kerumunan tadi, ternyata di depanku selama ini ada seseorang yang duduk di atas kursi roda. Ku amati dirinya yang sedang melihati sekitarnya.
Aku membulatkan mataku, telapak tanganku otomatis menutupi mulutku yang menganga. Aku baru saja tersadarkan sesuatu. Bahwa peserta senam ini bukan orang-orang biasa, mereka orang-orang spesial. Aku baru ingat bahwa temanku yang tadi memberhentikan sepedanya, ia punya Ibu yang berprofesi sebagai guru di salah satu sekolah luar biasa.
Ini berarti tepat di depanku, terdapat orang-orang spesial dan istimewa. Mereka tepat di depanku. Orang-orang yang sangat aku hormati, orang-orang yang selalu aku ingin temui. Mereka benar-benar berada di depanku. Aku tidak percaya ini,
I didn't deserve this. I didn't deserve this much amount of happiness.Aku benar-benar bahagia. Bahkan air mata sudah menggenangi kedua mataku. Tapi aku mencoba menahannya, aku benci menangis, walau itu air mata kebahagiaan. Dan akhirnya berhasil, air mata itu belum sempat terjatuh karena kembali masuk. Kemudian ku lihat salah satu temanku menangis, aku dan teman-temanku sekelas yang lain mencoba menenangkannya. Saat itu aku memanjatkan syukur berkali-kali pada Tuhanku, Allah SWT, karena memberikanku kesempatan untuk menggapai mimpiku. Yaitu untuk bertemu dengan orang-orang yang selalu aku ingin beri ucapan terima-kasih.
Terima-kasih karena mereka menjadi manusia yang begitu kuat.
Terima-kasih karena mereka mau tetap bertahan dikala badai berdatangan.
Terima-kasih karena tetap tersenyum walau lontaran kebencian menghampiri.
Terima-kasih karena, tanpa tersadar, membuatku bisa menghargai hidupku.
Terima-kasih karena, tanpa tersadar, membuatku belajar bahwa hidup layak untuk diperjuangkan.
Setelah senam, aku dan teman-temanku diajak bermain oleh guru-guru SLB. Dengan senang hati, kamipun turut memeriahkan permainan. Kami bermain hula-hop yang harus berjalan memutar, tapi tangan kami harus tetap berpegangan. Simpel dan sederhana, tapi membuatku bahagia. Itu semua benar-benar membuat hatiku menghangat. Aku melihat wajah orang-orang spesial itu, senyum mereka yang tulus, tawa mereka yang merdu saling bersahutan, atau kepolosan mereka yang sejenak kupikir adalah malaikat.
Untuk sementara, aku melupakan semua masalahku. Untuk sementara, pikiranku tidak dipenuhi oleh kata benci yang ditujukan untuk diriku sendiri. Untuk sementara, aku bisa tenang. Untuk sementara, aku merasakan kebahagiaan yang telah lama aku rindukan.Sejenak aku mencari dimanakah salah satu malaikat, berkursi roda, yang tadi kulihat. Akhirnya, aku menemukannya. Ia sedang terduduk manis di sudut kiri ruang. Tersenyum melihat teman-temannya dan kami yang bermain bersama. Aku mengamatinya. Dan tanpa tersadar dalam hatiku, aku berdoa semoga ia bisa senyum dengan tulus seperti itu selamanya.
Saat semua harus berakhir, aku merasakan kesedihan mendalam. Tapi masih ada secuil rasa bahagia, karena setidaknya aku bisa berinteraksi dengan orang-orang istimewa walau sementara. Akhirnya, salah satu mimpiku tercapai. Yaitu bisa mencoba memahami mereka dari jarak yang begitu dekat.
Waktu terus berjalan, membuat kami semua, mau tak mau harus berpamitan untuk kembali ke sekolah. Tapi beberapa dari temanku tidak langsung pulang. Mereka berfoto bersama. Aku tidak tertarik. Kebetulan salah satu temanku pun tidak tertarik.
"Lap (sebutannya untukku), ku ajak 'yuk!" ajaknya sambil menaiki sepeda pancalnya. Akupun mengikutinya dan segera menaiki sepeda, "Yuk! Tapi ke mana?".
Ia mulai memancal sepedanya, begitupun denganku. Kami bersepeda beriringan, "Aku mendengar dari temanku bahwa akan ada makanan gratis!". Aku tertawa, "Haha... Yang benar saja,". Ia menanggapiku santai, "Ya.. Kamu tahu 'lah... Pelajar kan uangnya menipis. Harus hemat,". Lagi-lagi aku tertawa mendengar ocehannya.
Kami bersepeda saling beriringan. Sampai-sampai tiba-tiba kami membahas tentang orang spesial yang tadi kami temui. Ia bilang bahwa ia kasihan pada mereka. Hatinya memang tulus. Aku jadi bingung bagaimana harus membuat suasana menjadi ceria. Jadi ku tanggapi dengan, "Kenapa? Aku malah ingin menjadi mereka". Ia sedikit kaget, tapi segera kupotong, "Tadi kamu lihat tidak, bagaimana wajah mereka yang dengan hal kecil saja bahagia? Bagaimana mereka bisa dengan mudah menertawakan hal-hal bodoh? Mereka mudah bahagia. Aku ingin seperti itu,". Lalu kudapati ia terdiam. Ada sedikit jeda, mungkin ia masih mencerna ucapanku. Baru setelah itu kami berbincang lagi.
Tentang temanku yang satu ini, ia memang humoris. Berbeda sekali denganku yang kaku. Sekilas orang yang melihat kami akan berpikir, "Bagaimana bisa dua orang berbeda kepribadian itu berteman?".
Akupun juga heran bagaimana dia yang sangat seru bisa berteman dengan orang yang membosankan sepertiku. Akupun juga heran bagaimana bisa dia tahan dengan sikapku yang masih tertutup dan kadang terkesan dingin?
Apakah mungkin karena kami memiliki pola pikir yang sama? Dewasa sebelum waktunya.
Sebenarnya temanku yang satu itu punya pemikiran yang amat dewasa dibalik umurnya yang masih remaja, dibalik sifat humorisnya yang dianggap tidak bisa serius, dan dibalik tubuhnya yang pendek seperti anak kecil (Kuharap dia tidak membaca ini, kalau sampai dibaca... Hue, matilah aku. Nanti aku malu. Kekeke~ Oh ya, anak kecil itu maksudnya imut ya :)...).
Sebenarnya dia memiliki pemikiran yang begitu luas. Bahkan kupikir levelnya sudah mengalahi para pertapa budha karena kebijakannya. Dia benar-benar kontradiksi. Saat pertama kali mengenal temanku itu, adalah pertama kalinya aku menemukan seseorang seunik dia. Di luar, ia bisa terlihat humoris dan tidak bisa diajak serius. Tapi ternyata dibalik itu semua, dia punya keseriusan dan pemikiran yang begitu matang. Dibalik tawanya dan candanya yang membuat orang sekitarnya bahagia, ia punya banyak masalah. Tapi dia mencoba untuk tidak menunjukannya pada dunia, dia menyembunyikannya rapat-rapat. Dan aku... Ku temukan serpihan kecil bagian dari diriku di dalam dirinya.
Aku melihat kesamaan pada dirinya. Bagaikan melihat pantulan refleksi kaca. Rasanya seperti lagu Justin Timberlake - Mirror dibuat untuk ini.
Bagaikan Yin dan Yang, berbeda. Tetapi sama. Mungkin itulah yang membuatku respect dengannya, because I can relate to her so much.
Dia orang dengan hati yang begitu baik dan tulus. Aku masih heran, bagaimana bisa masih ada manusia sebaik dia di dunia yang penuh kotoran ini? Dia tidak pantas berada di sini. Setiap kali dia curhat tentang masalahnya, hatiku turut merasa perih. Tapi tidak kutunjukkan. Jika ku tunjukkan rasa sedihku, aku takut nanti dia malah lebih terpuruk. Jadi aku hanya akan mendengarkan curhatannya dengan sabar, lalu kuberi nasihat semampuku.
Walau kami memiliki kesamaan, namun kami juga memiliki perbedaan. Perbedaan yang begitu kontras adalah;
Layaknya bunga,Ia memiliki begitu banyak harapan. Sedangkan harapanku selalu mati dan hilang terbawa angin entah kemana. Ia menggantungkan harapannya setinggi langit, disaat harapanku telah rusak ku injak-injak dengan sepatu lusuhku, kuanggap sampah.
Aku selalu merindukan kelayuan.
Sedangkan ia selalu menginginkan kemekaran.
Pernah saat itu kami berbincang. Kemekaran matanya menyadari kelayuan di sorot mataku. Dengan ekspresi khawatir tapi masih ia balut dengan senyuman manis, ia bertanya "Hey, kamu kenapa? Kalau ada masalah bilang saja. Jangan dipendam, nanti tambah sakit". Seandainya dia tahu, akupun ingin mengeluarkan keluh-kesahku. Tapi tidak akan kubiarkan orang sepertinya, orang seberharga dia untuk memikirkan masalahku. Aku tidak mau membuat orang lain turut repot karena masalahku. Terlebih lagi jika kunci masalahnya adalah... terletak di aku sendiri. Jika aku sendiri yang memang tidak mau ditolong, itu akan percuma. Jadi lebih baik, biarkan saja aku yang menanggung masalahku tapi masih kulihat orang-orang disekitarku bahagia. Itu lebih baik daripada aku menanggung masalahku tapi kulihat mereka ikut repot dan sedih.
Satu lagi hal yang juga ingin ku keluarkan untuk temanku itu... Hey, kamu bilang kalau ada masalah jangan dipendam. Tapi kamu sendiripun memendam masalahmu... dengan senyum dan tawa itu. Kamu juga, jika ada masalah... Jangan dipendam ya. Banyak yang peduli padamu, aku peduli.
Jika kamu membaca ini, kumohon maafkan semua salahku, ya. Maaf karena belum bisa menjadi teman yang baik. Maaf karena tidak bisa membantu masalahmu dengan baik. Maaf karena kadang aku terlalu pesimis dengan hidup dan membuatmu jengkel. Maaf karena harus selalu kamu dulu yang menghampiriku, baru aku mau berbicara denganmu. Kumohon mengertilah bahwa aku masih menutup diri dari orang yang belum terlalu dekat denganku. Aku pernah dikhianati seseorang di masa lalu. Yang membuatku takut untuk terlalu dekat dengan orang baru. Aku hanya mencoba untuk berhati-hati agar aku tidak terluka. Tapi satu hal yang harus kamu tahu, aku peduli juga padamu. Meski aku tidak bisa mengekspresikannya dengan baik. Kebanyakan kepedulianku dalam bentuk tersirat, entah kamu menyadarinya atau tidak. Yang penting sekarang ini, aku berdoa dengan tulus agar kamu bisa bahagia selamanya dan mendapatkan apapun yang kamu inginkan.
Oh ya, tolong sadarlah. Kamu itu sangat hebat. Orang-orang yang mencoba menjatuhkanmu, itu karena mereka ada di bawahmu. Kamu adalah orang paling baik yang pernah kutemui. Setiap kamu berbicara, kalimat kepedulian yang terlontar darimu, disaat itu yang kulihat bukan lagi manusia. Yang kulihat adalah malaikat. Kamu berharga.
If your wings are broken, borrow mine so yours can open too. 'Cause I'm gonna stand by you.:)
P.S : Untuk siapapun yang membaca ini, salah satu dari nasihat terbaik yang pernah kupikirkan adalah, "Kapanpun sesuatu membuatmu tertekan dan membuatmu stres, pikirkanlah tentang itu. Pikirkan tentang hal terburuk yang akan terjadi. Kamu akan menyadari bahwa hal terburuk terkadang tidak semengerikan seperti apa yang kamu bayangkan."
P.S.S : Suatu waktu ketika aku merasa hidup begitu susah, aku mendengar seseorang bilang, "Tapi hidup tetap berjalan,". Dan ketika aku memikirkannya, itu benar! Walau hal terburuk terjadi, hidup tetap berjalan. Kemudian hal baik atau hal buruk akan datang bersamanya. Jadi apa manfaatnya merasa stres? Tolong jangan merusak dirimu sendiri karena sesuatu yang telah terjadi padamu. Kamu masih punya banyak waktu untuk berbahagia. Meski kadang kebahagiaan datang di saat yang kamu paling tidak harapkan atau duga. Lihatlah dirimu di kaca. Lihatlah bagaimana mata berhias bulu mata itu mengerjap indah. Lihatlah bagaimana hebatnya dirimu. Jika kamu memiliki hari yang berat, aku akan memberimu pelukan sekarang *peluk lewat laptop* hehehe. Semua akan baik-baik saja. Ingatlah bahwa kamu itu kuat dan pasti bisa melewati segala cobaan hidup ini. Aku percaya padamu! '-')7 Membuat perencanaan itu bagus, tetapi menjalani hidup dengan bahagia sekarang ini adalah hal yang paling penting.
P.S.S.S : Jika hari ini kamu disakiti seseorang/sesuatu, aku minta maaf atas yang terjadi padamu. Kamu tidak pantas mendapatkannya. Kamu akan menjadi lebih baik dari hari kemarin, tapi aku yakin kamu sekarang ini sudah cukup hebat. SEMANGAT! :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar