Follow Me @lavidaqalbi

12/28/2020

Doa Mustahil

Desember 28, 2020 0 Comments

Sudah dua harian ini, seringkali aku susah tidur. Semalaman suntuk hingga subuh memikirkan segala macam hal. Setelah subuh baru aku tidur, namun itupun hanya tidur sekitar 2 jam.
Saat itu aku duduk di atas kasur, menyenderkan punggungku di dinding. Menatapi kosong ke depan. Hingga tiba-tiba pikiranku ini membawa Lavida ke satu setengah tahun yang lalu.
Saat itu aku sedang duduk di kelas, memperhatikan pelajaran Biologi di kelas 12, tentang materi genetika. Lebih tepatnya, pembahasan hereditas manusia. Ilmu yang menjelaskan dengan detail bagaimana sifat orangtua diturunkan pada anaknya. 
Sejujurnya, materi itu adalah materi yang sangat kubenci. Aku lebih ingin percaya bahwa meski anak memiliki sifat yang diturunkan orangtuanya, namun ia masih memiliki kendali penuh dirinya akan jadi orang yang memiliki sifat seperti apa. Dan lebih bagus jika lebih baik dari orangtuanya.
Lalu kembali ke malam dimana aku melamun. Memikirkan masalahku belakangan ini. Aku sadar bahwa DNA yang mengalir pada tubuhku ini memang benar adanya.
Aku pikir aku bisa merubah takdir, merubah segalanya. Namun saat itu, aku lepas kontrol. Karena rasa amarah dan frustrasi yang kupendam selama ini, tiba-tiba meledak bagai gunung meletus. Aku kesal dengan hal yang bisa dibilang kecil, sebenarnya itu semua akibat overthinkingku yang berlebihan. Aku menuduh seseorang, memojokkannya, dan ketika ia tidak mau mengakui, seketika saja aku melayangkan tinjuku ke dinding berkali-kali. Yang akhirnya membuat buku-buku jariku memar lalu membengkak dan kulitnya sedikit terkelupas. Rasanya memang sakit, tapi entah kenapa rasa sakit itu membuatku lega. Dan perlu diketahui bahwa orang yang kutuduh tersebut sama sekali tidak bersalah, ini semua tentang aku dan ketidak-percayaanku pada orang lain.
Aku sangat takut dengan diriku, aku menjadi seseorang yang temperamental. Jika saja, ada keluarga inti yang membaca artikel ini. Pasti mereka bisa langsung paham bahwa kelakuanku yang temperamental tersebut mengingatkan mereka kepada seseorang.
Lalu juga, jika aku ada masalah dengan seseorang yang kusayangi, aku bukannya menyelesaikannya secara baik-baik. Namun malah pergi dari orang itu tanpa menjelaskan apapun dan mencari kesenangan pada orang lain. What a bitch, right? 
Tiap aku shalat, aku selalu berdoa pada Allah. Aku tahu bahwa doaku sangat tidak pantas, namun satu yang kuminta... Yaitu tolong hentikan DNA ini. Aku sangat takut.

6/14/2020

fourteenth of june.

Juni 14, 2020 0 Comments
Now Playing ; Lewis Capaldi - Before You Go

Tepat 19 tahun yang lalu, seorang bayi mungil lahir ke dunia. Ia menangis, namun semua di sekitarnya malah tersenyum bahagia. Bayi itu kebingungan, bertanya pada entah siapa "Dimana aku?". Namun tiada yang memahami maksudnya, bayi itupun semakin menangis keras.
Bayi itu adalah diriku, 19 tahun yang lalu. Aku berulang-tahun hari ini. Ada perasaan takjub sekaligus sedih yang kurasakan, 2 tahun yang lalu benar-benar sebuah neraka bagiku. Kupikir aku tidak akan hidup sampai sekarang, mengingat sudah berapa kali usaha bunuh diri yang kulakukan. Tapi bisa kalian lihat sekarang, aku selamat dari diriku sendiri. Aku berbahaya untuk diriku sendiri, juga untuk orang lain sebenarnya. Kadang aku berpikir, "Apakah aku benar-benar tidak waras? Perlu dirawat di Rumah Sakit Jiwa?" tapi kutepis pikiran itu. Aku masih dalam fase denial, dimana aku merasa diriku sehat dan tidak apa-apa. Saat keadaan sesungguhnya yaitu mentalku benar-benar kacau, sebenarnya mungkin pikiranku itu benar.
Aku sudah belajar selama 19 tahun, tentang kehidupan.
Aku sudah menahan sakit selama 19 tahun, menghadapi jahatnya dunia dan manusia yang mendampratku berkali-kali.
Aku sudah merasakan nestapa selama 19 tahun ; ditinggalkan, dikhianati, dikecewakan, dikucilkan, lalu dicemooh.
Aku sudah berjuang untuk hidup selama 19 tahun, hidup di pikiranku yang rusak dan kacau ini.
Aku sudah pernah menjeritkan 'tolong', namun orang di sekitarku memilih untuk menutup mata mereka.
Bukannya orang-orang tidak peduli, namun mereka berusaha untuk berlindung dariku.
Karena pikiranku yang rusak ini telah membuat orang-orang di sekitarku terjatuh dalam nerakaku.
Aku merasa kesepian, sendirian. Dan rasa itu semakin hari semakin menggerogoti diriku. Aku menjadi tidak bisa percaya pada siapapun dan semakin merasa tidak ada yang peduli padaku.
Sering kali aku berpikir, sambil melihat cutter atau pil-pil obat yang ada di atas meja sambil berdialog dengan diriku sendiri "Untuk apa berada di sini jika hanya untuk merasakan sakit dan membuat orang-orang di sekitarku ikut sakit? Sepertinya lebih baik jika aku pergi. Mungkin kali ini aku akan berhasil, tidak gagal seperti yang dulu".
Minggu lalu, aku kembali self-harm. Hingga detik ini. Baru saja kemarin malam aku melakukannya lagi. Dan malam-malam sebelumnya, lalu malam-malam selanjutnya juga akan. Sudah seperti candu bagiku. Aku tahu pikiranku bilang bahwa hal tersebut salah dan kacau, namun mentalku seolah buta dan tidak bisa menyadarkan diriku. Mentalku yang kacaupun menang. Aku kembali seperti dulu. Kamu pasti kecewa ya mengetahui fakta bahwa aku kumat lagi? Tidak hanya dirimu, aku lebih kecewa lagi dan begitu membenci diriku sekarang. Kalian tahu 'kan betapa susahnya menghilangkan kecanduan ketika sekali saja kumat? Sekarang, aku sama sekali belum bisa berhenti. Aku kesusahan.
Aku takut untuk meminta tolong langsung, karena pernah ada seseorang yang bilang padaku "Kalau sama aku, kamu jangan pura-pura bahagia ya. Kalau ingin minta tolong, langsung bilang saja padaku,". Tapi ketika aku meminta tolong, ia pergi. Dan aku kembali menahan sakit.
Monster di kepalaku benar-benar parah. Dulu ia hanya datang dua bulan sekali, lalu berlanjut menjadi datang tiap malam hari, kemudian sekarang bahkan ia menyerangku di siang hari. Setiap detiknya aku tersiksa. Sakit sekali rasanya. Tapi aku harus kuat, bukan? Meski sakit, aku harus tetap bertahan. Sesakit apapun.
Aku akan menabung uangku, aku harus berobat. Aku tahu ini sudah tidak benar. Pikiranku sudah kacau, bahkan lebih kacau daripada tahun lalu. Aku harus ke psikiater, bahkan jika harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa pun akan kulakukan agar bisa sembuh. Karena aku sungguh tidak kuat, rasanya sakit. Aku harus sembuh, persetan dengan orang yang menganggap hal itu tabu. Aku hanya ingin sehat.
Di ulang-tahunku tahun ini, aku harap ada seseorang yang bilang  "Kamu kuat sekali, Lav. Terus bertahan ya, aku di sampingmu. Kamu ga sendiri,". Aku harap, ada seseorang yang berkata bahwa aku kuat, bahwa aku tegar. Setidaknya, ada seseorang yang mengakui perjuanganku melawan ini. Setidaknya ada satu orang, maka aku akan sangat bersyukur dan merasa tidak sendiri.

6/03/2020

Nafsu Mematikan adalah Mencari Kepastian

Juni 03, 2020 0 Comments
Now Playing ; Halsey - Control

Sesuatu yang jelas. Kebiasaan yang dilakukan terus-menerus di suatu jam yang sama, seperti ritual. Segala hal berjalan sebagaimana mestinya tanpa ada perubahan. Membuat kita merasa aman, tahu segala hal sehingga mengerti apa yang harus disiapkan untuk menghindari kesalahan yang dapat terjadi.
Kepastian membuat kita merasa aman, karena mengetahui medan apa yang akan kita lalui. Sejak zaman purba, manusia menggunakan instingnya untuk bertahan hidup. Contohnya seperti saat mencari buruan untuk kebutuhan makan, nenek moyang kita mengandalkan strategi pikiran untuk memanipulasi hewan buruan agar merasa tidak terancam.
Misal, ingin memburu rusa. Biasanya, orang zaman dahulu membalurkan darah buruan rusa sebelumnya ke seluruh tubuh mereka agar ketika mereka mendekat ke buruan rusa yang baru, rusa baru tidak curiga karena aroma yang diciumnya adalah aroma spesiesnya. Ia merasa aman, ia menjadi lengah. Padahal, kejutan selalu datang tiba-tiba. Dan semenit kemudian, apa yang terjadi? Sekujur tubuhnya terpanggang dijadikan lauk-pauk, dan dia kalah.
Manipulasi, layaknya dua mata pisau. Kita bisa menggunakannya untuk hal baik maupun buruk. Hal baiknya seperti contoh yang sudah kuceritakan di atas. Hal buruknya, seperti yang pernah kujelaskan di artikel sebelumnya tentang Pembalasan Dendam dengan Teknik Manipulasi Emosi.
Inti yang sangat ingin kusampaikan dari rangkaian kata pembukaan di atas adalah bahwa manusia akan melakukan apapun agar ia merasa aman, bahkan meski harus melakukan hal yang menyakiti orang lain.
Di artikel sebelumnya, aku pernah berjanji untuk memberi-tahu kalian semua tentang taktik manipulasi. Kini aku akan mencoba menjabarkannya, namun hanya dengan beberapa petunjuk. Lalu kalian koneksikan petunjuk-petunjuk kecil yang kuberikan di artikel ini, dan hasilnya adalah taktik manipulasi yang kamu cari-cari.
Sisi positif jika kamu tahu cara manipulasi yaitu penuh kontrol, tahu segalanya, selangkah di depan orang-orang, dan yah... Bisa anggap dirimu Tuhan. Tapi sebentar, adakah manusia sesempurna Tuhan di semesta ini? Jangan dijawab, itu pertanyaan retorik.
Sisi negatifnya, kamu penuh kontrol dengan cara memaksakan segala kondisi harus sesuai aturan-aturan buatanmu. Kamu memaksakan orang-orang di sekitarmu untuk memakai topeng, demi kesenanganmu. Padahal mereka tersiksa dalam diam, dan sakit karenamu. Kenapa? Karena kamu ingin merasa aman, penuh kontrol. Seperti yang kujabarkan di atas. Segala hal sesuai rencana, jadikan seperti rutinitas. Agar berjalan sempurna. Agar kamu aman.
Kamu tahu segalanya, selalu selangkah di depan orang-orang? Dengan cara memikirkan tiap seribu satu kemungkinan yang bisa terjadi tiap malam. Overthinking tiap malam, insomnia tiap malam, merasa insecure.
Apakah kamu yakin rela mengorbankan pikiran sehatmu dan jam tidurmu hanya demi bisa memanipulasi orang lain dengan kontrol? Jika iya, maka kuberi tahu penjelasan lagi.
Bahkan nanti, kamu akan menjadi sangat susah dalam memberi kepercayaan pada orang lain. Karena selalu memikirkan kemungkinan terburuk pada orang lain, kamu merasa harus selalu siaga terhadap orang-orang di sekitarmu. Agar apa? Agar ketika mereka menyerang, kamu bisa dengan mudahnya mengalahkan mereka. Menyenangkan, di awal. Tapi di akhir? Bisakah kamu bayangkan penderitaan orang itu? Dan kamu juga akan menderita, ketika sadar di awal bahwa yang kamu lakukan sebenarnya juga menyakiti dirimu sendiri. Kamu ditinggalkan. Sendirian. Hanya bersama pikiranmu yang kini sudah sakit, virus-virus negatif mulai menguasai pikiranmu. Lalu di akhir? Di pikiranmu menciptakan sesesok monster iblis yang jahat. Yang lama-lama, bukan kamu lagi yang menguasai pikiranmu. Tapi monster tersebut. Tahukah kamu apa makanan favorite monster tersebut? Kehancuran. Pada dirimu sendiri, maupun orang lain.
Sisi buruk selanjutnya adalah kini kamu sakit, ditinggalkan, dan menyedihkan. Kamu memiliki monster yang hidup dalam pikiranmu, yang akan selalu menjadikanmu boneka sirkusnya. Dan kamu tidak bisa berkutik. Karena manipulasi, the deadly desire to control others, hanyalah sebuah jebakan. Jebakan dari rasa dendam terhadap seseorang. Jujurlah padaku, di awal kamu ingin mengetahui teknik manipulasi karena ingin menghancurkan seseorang kan? Itu balas dendam.
Tapi kini apa? Nyatanya kamu yang dimanipulasi. Dan sekali saja monster itu telah menemukan tempat tinggal di pikiran manusia, akan sangat susah untuknya pergi. Kamu menjadi tahanan dalam penjara yang kamu buat sendiri.
Tanpa sadar, kamu akan menjadi tukang control freak yang dibenci banyak orang. Dan sialnya? Kamu tidak bisa berhenti. Karena menghancurkan orang lain dan menghancurkan dirimu sendiri adalah makanan monster tersebut. Siapa kini yang akan membantumu keluar?
Ketika kamu meminta bantuan, kamu juga sudah tidak bisa mempercayai siapapun. Pikiranmu sudah sakit. Dan makin lama, bagai parasit, monster dalam pikiranmu akan membunuhmu juga. Ia akan membuat dirimu sendiri membencimu.
Kamu melihat begitu banyak orang yang meninggalkanmu karena kamu begitu susah untuk dimengerti. Mereka pergi satu-persatu karena kamu terus-terusan menyakiti mereka, mereka hanya ingin berlindung darimu. Kamu akan semakin menyalahkan dirimu. Bahkan melihat ke arah cermin pun jijik, tak sudi. Kamu akan membalik semua cermin di kamarmu. Tidak makan berhari-hari, tidak tidur berhari-hari. Kamu akan merasa tidak adil. Saat orang lain ingin berlindung darimu, mereka bisa pergi darimu. Tapi kamu? Jika kamu ingin berlindung dari dirimu sendiri, tak bisa karena sialnya kamu terjebak dalam penjara di pikiranmu sendiri, tidak akan pernah bisa pergi. Kecuali jika kamu mati.
Jika kamu siap mati, maka silahkan. Manipulasi semua orang sesukamu, ambil kontrol dan kekuasaan sebanyak yang kamu mau. Tapi selalu inget semua konsekuensi yang sudah kutulis di atas.
Berhati-hatilah. Beberapa hal lebih baik untuk tetap menjadi rahasia dan tidak diketahui.

3/05/2020

i wanna go to somewhere peaceful.

Maret 05, 2020 4 Comments
Kami adalah wajah-wajah manusia tanpa mata yang bisa menunjukkan empati. Bibir terjahit paksa dengan garis senyuman tiap incinya, darah keluar di tiap sela jahitan. Di tepi jalan, kulihat makhluk sesamaku bergandengan tangan dengan dada kiri yang bolong. Tidak ada jantung, hanya jiwa-jiwa yang hampa. Oksigen yang kami hirup untuk tetap hidup adalah serbuk putih yang berfungsi untuk melupakan segala kesakitan. Di dalam darah kami, mengalirkan alkohol memabukkan. Kami disebut makhluk hampa. Kami bernapas, tapi kami tidak hidup. Kami adalah monster yang ditakuti manusia-manusia normal, kamilah parasit yang hidup di kepala kalian. Kami memiliki perjanjian dengan Tuhan kalian masing-masing untuk memberi kalian surga, sebuah ketenangan, dengan cara tercepat dan termudah.
Sekarang, kutanya pada kalian "Apakah kalian senang hidup di dunia ini?", 90% akan menggelengkan kepala dengan cepat. 10%-nya lagi sudah berada di ambang jurang kematian, bergelantungan sendirian. Biar kuberi sebuah penawaran hebat, tapi hanya bagi si pemberani.
Genggamlah tangan kami, ikut kami bergandengan tangan bersama-sama. Pejamkan mata, di depan kita sudah tersiapkan surga gelap. Jatuhkan diri bersamaan dalam hitungan detik, maka rasa aman dan tenang yang telah lama dicita-citakan segera tergapai. Lihatlah sekitar kita, hanyalah berisi tentang kesakitan, nestapa, perpisahan, nan perjuangan berujung lara. Lautan mayat akibat peperangan, perceraian, pertengkaran menjadi asupan kita sehari-hari. Sudahi saja. Untuk apa berlama-lama dalam kesakitan? Kita berhak untuk bahagia. Maka sekarang, mari ke surga bersama. Ada banyak kendaraan, kalian bisa pilih :
1. Ambil pistol, arahkan ke kepalamu. Tarik pelatuk.
2. Ambil tali, lilitkan di lehermu. Tendang kursi.
3. Ambil obat-obatan, tenggak semua. Tanpa sisa.
4. Minumlah alkohol, hingga tidak sadar. Mengemudilah.
5. Ambil alat tajam, sayatkan vertikal di sepanjang pergelangan tangan.
Jangan lupa... Kendarai ke-5 kendaraan ini ketika sepi. Dijamin 100% ketenangan abadi akan langsung tercapai. Karena tidak ada satupun manusia yang akan membantumu di dunia ini. Kamu selamanya sendirian, berjuang sendirian. Tidak ada yang peduli. Tunggu apa lagi? Selamatkan dirimu sendiri dari kekacauan dunia. Di sini tidak tenang, di sini hanya berisi rasa sakit. Kamu ingin tenang, bukan? Maka segeralah lakukan. Bergabunglah bersamaku.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

that's what my monster always said inside my head every second.