Follow Me @lavidaqalbi

3/04/2018

Dear Special One...

Maret 04, 2018 0 Comments

Dear Special One,
Dulu hidup adalah kutukan bagiku. Dulu aku putus asa untuk mencari sesuatu yang bisa mengisi rasa kekosongan dan kesepian yang melubangi dasar hatiku. Dulu aku berada di roda kehidupan paling bawah. Bahkan aku telah berpikir untuk mengakhiri segalanya saja. Dulu aku tidak punya harapan, tidak mengerti apa tujuanku hidup. Hidup seolah mempermainkanku, menginginkan kemusnahanku. Dan aku hampir mengabulkannya.
Tapi suatu ketika, di waktu yang begitu tepat, kamu datang dengan tangan yang mengulurkan bantuan sambil tersenyum manis. Tawamu mengisi lubang hitamku. Kamu adalah laki-laki yang tulus, baik, dan pengertian. Kamu tidak seperti laki-laki yang lainnya, kamu berbeda. Aku merasa bahwa aku tidak pantas untukmu. Sangat tidak pantas
Aku masih ingat pertama kalinya kita saling berbicara. Saat itu di pelajaran Bu Eunha (nama disamarkan), guru matematika di kelas kita. Aku begitu ceroboh, lupa membawa kacamataku. Tanpa kacamata, pandanganku buram. Aku tidak bisa melihat papan tulis dengan jelas. Aku memicingkan mataku, berharap agar setidaknya bisa mengurangi keburaman mataku. Ternyata kamu menyadari aku yang saat itu dalam kesusahan. Lalu kamu bertanya, "Kenapa, Da?". Suara baritonmu menyapa indra telingaku, aku menoleh ke kanan. Mendapatimu dengan senyuman dan tawa yang entah alasannya untuk apa. "Aku lupa membawa kacamataku. Aku tidak bisa melihat papan tulis dengan jelas," jawabku sekenanya. Kamu tertawa kecil, bahkan ketika aku menulis sekarang ini, aku masih teringat jelas akan suara tawamu.
Tanpa ku duga, kamu mengambil buku tulisku. Kamu menuliskan rumus matematika yang ada di papan tulis ke buku tulisku. Dan aku mencoba untuk menetralisir detak jantungku yang berdegub kencang, kaget karena tiba-tiba kamu merebut bukuku tanpa aba-aba. Kamu benar-benar seperti laki-laki sejati saat itu. Aku sangat berterima-kasih padamu.
Jadi, uh... Terima-kasih :)
Lihatlah, aku masih menyimpannya. Aku sendiri tidak tahu mengapa aku melakukan hal ini *tepok jidat*.
Oh ya, aku ingat saat itu kamu bermain bola voli di kelas. Kemudian tanpa sengaja bola volimu mengenai kepalaku. "Eh maaf, Da" kamu meminta maaf sambil tersenyum bersalah. Aku hanya menatapimu, tatapan yang tidak mengenakkan, seperti akan membunuh (tidak, aku bercanda). Tapi seandainya kamu tahu bahwa saat itu aku mempunyai masalah dari rumah, yang membuat suasana hatiku tidak enak. Jadi maaf karena kamu harus menerima tatapan membunuhku saat itu. Karena setelah aku menatapimu seperti itu, kamu terdiam dan tersenyum canggung lalu kembali memainkan bola voli. Pasti rasanya canggung, ya? Maaf, ya...
Tak lama kemudian, entah bagaimana aku melupakan kejadian itu. Harusnya kita masih bercanggung ria, bukan? Tapi karena aku pelupa, seolah aku tidak ada masalah sama sekali denganmu. Selanjutnya, bangkumu yang ada di belakang bangkuku karena rolling yang diadakan seminggu sekali. Aku masih ingat bagaimana kamu menunjukkan sulap konyolmu, apakah itu sulap menghilangkan kertas? Ah, aku lupa lagi. Pokoknya kamu saat itu menunjukkan sulap, tapi tidak padaku. Lebih tepatnya pada teman sebangkuku. Karena kamu awalnya memanggil nama teman sebangkuku untuk berbalik dan menyuruhnya untuk melihat pertunjukan sulapmu. Mau tak mau, aku yang penasaran pun ikut membalikkan badan. Ku lihat begitu bangganya kamu bisa menipu temanku itu. Lucu sekali. Tapi sadarkah kamu, bahwa aku sempat melihatmu beberapa kali melirik ke arahku ketika bermain sulap itu? Entah kamu melirikku, atau mungkin aku saja yang terlalu percaya diri dan terjebak dalam fantasiku.
Lalu aku ingin bercerita tentang jaket hoodie kita yang sama, well... Tidak seluruhnya sama. Hanya saja warnanya sama, abu-abu. Kamu abu-abu tua dan aku abu-abu platinum. Dulu sebelum aku memakai jaket ke sekolah, kamu selalu memakai jaket hoodiemu yang berwarna coklat. Tapi semenjak aku memakai jaket hoodie abu-abuku, tiba-tiba sehari selanjutnya kamu memakai jaket hoodie abu-abu pula. Awalnya kupikir jaket hoodie coklat favoritmu sedang dicuci sehingga kamu memakai yang lain. Karena teman-teman yang lain, mereka masing-masing punya jaket favorit. Dan ketika jaket favorit mereka dicuci, mereka akan memakai jaket lain untuk sehari saja ketika jaket mereka dicuci. Tapi sehari kemudian mereka kembali memakai jaket favorit. Sedangkan kamu, kamu tidak pernah memakai jaket hoodie coklatmu yang biasa kamu pakai lagi. Apakah kamu mencoba menyama-nyamaiku? Lagi-lagi, mungkin ini hanyalah sekedar fantasiku.
Oh iya... Sekedar info, abu-abu adalah warna favoritku. Kemudian baru coklat. Aku punya dua jaket hoodieabu-abu dan satu sweater abu-abu.
Sejujurnya, pernah saat itu jaket hoodie abu-abumu tidak kamu pakai lagi karena kamu memakai jaket hoodie merah, aku pikir memang aku saja yang terlalu berpikir jauh. Mungkin ini semua tidak berarti apapun untukmu. Tapi sehari kemudian, yang kupikir kamu akan memakai jaket hoodie coklat favoritmu. Ternyata saat itu kamu memakai jaket hoodie abu-abu. Dan aku tidak bisa menahan rasa bahagiaku,
karena sesungguhnya... aku memiliki rasa terhadapmu.
Walau sampai sekarang aku masih tidak tahu kenapa kamu jadi sangat menyukai jaket hoodie abu-abu.
Aku sudah memiliki rasa terhadapmu ketika kamu begitu ramah padaku, ketika orang lain jarang menghargaiku seperti yang kamu lakukan. Aku sudah memiliki perasaan itu sejak lama. Mungkin jika orang lain tahu siapa dirimu ini, mereka akan mengira aku menyukaimu karena fisikmu. Ya, kamu memang tampan. Kamu memiliki kulit putih, tinggi semampai, hidung mancung, bibir berwarna cherry, bentuk mata elang, dan suara yang indah. Tentu, siapapun akan mengira itu. Tapi aku menyukaimu bukan karena itu.
I like you for so much more than that
Aku tipe orang yang susah percaya pada orang lain. Percaya saja susah, apalagi jatuh cinta? Tidak semudah itu. Jadi... Apa yang membuatku menyukaimu jika bukan fisik? Tentunya itu adalah kepribadian. Setelah semua fisik hampir sempurna dan kehidupan yang patut disyukuri itu, kamu tidak sombong. Kamu tidak semena-mena seperti beberapa orang lain yang pernah ku temui. Kamu berbeda. Kamu tidak memanfaatkan semua itu untuk merendahkan orang lain yang tidak seberuntung kamu. Kamu tidak memilih teman. Kamu menghargai semua orang. Kamu bijak dalam berpikir, disaat seringnya laki-laki yang kutemui, mereka kekanak-kanakkan dan egois. Temanku pernah bilang bahwa saat itu kamu pernah ditanyai, "Kenapa tidak berpacaran? Kamu 'kan banyak yang suka,". Kemudian temanku bilang bahwa kamu menjawab, "Memang apa untungnya berpacaran?". Aku tidak bisa bertaruh jika itu benar karena itu tidak keluar dari mulutmu sendiri. Tapi jika itu benar, maka... Wow.
Semenjak kedatanganmu di kehidupanku, aku jadi mempunyai semangat hidup. Dulu hidupku hitam-putih, tapi kamu datang membawa pelangi. Dulu aku hendak pasrah ketika tenggelam karena batu yang terlali di kedua kakiku. Tapi kamu membantuku melepas talinya. Aku perlahan mengambang ke permukaan, dan akhirnya aku bisa bernapas setelah sekian lama.Dibalik label 'teman sekelas', aku menaruh harapan jika kamupun memiliki perasaan yang sama terhadapku. Tapi aku juga berharap agar selamanya kamu tidak mengerti perasaanku. Aku sendiripun ingin jauh-jauh dengan yang namanya pacaran. Aku pernah dikhianati seseorang di masa lalu, dan itu membuatku membenci pacaran. Jadi lebih baik kupendam saja rasa ini. Aku lebih bahagia bisa menjadi pengagum rahasiamu (:
Lagipula jika perasaanku terbongkar, bisa mati aku. Salah satu temanku ada yang juga menaruh rasa terhadapmu. Ia sering bercerita tentangmu padaku. Dan aku harus menahan rasa cemburu yang membakar, berpura-pura baik-baik saja. Aku mencoba tenang, aku mencoba bahagia ketika temanku menceritakan moment kalian berdua. Lagipula, senyum di wajah temanku sebenarnya membuatku senang. Aku lebih memilih temanku bahagia, karena kebahagiaan temanku adalah kebahagiaan ku juga. Jadi biarkan saja aku menenggelamkan perasaan ini.
Adakah kamu tahu? Semenjak kita berpisah karena kenaikan kelas, aku melihatimu dari kelasku diam-diam. Aku berangkat pagi-pagi hanya agar bisa melihatmu lewat kelasku menuju parkiran. Aku sedikit menelatkan jadwal pulangku hanya agar bisa melihatmu. Aku menambahkan doa di shalatku agar saat rolling bangku, aku mendapat bangku paling belakang dekat jendela. Karena di situlah tempat paling strategis untuk melihati kelasmu.
(Hua, aku merasa bodoh)
Ingatkah kamu saat akan diadakan Ulangan Akhir Semester Gasal kelas 11? Kita tidak sengaja berpapasan di dekat perpustakaan. Dari kejauhan aku melihatmu berbincang dengan temanmu, sambil berjalan perlahan ke arahku. Aku sangat malu bertemu denganmu, jadi aku menundukkan kepalaku.
Saat semakin dekat, kamu menyadariku. Kamu menyapaku setelah sekian lama kita tidak pernah bertemu, "Eh, Da. Lama tidak bertemu!" sambil tersenyum manis.
Lagi. Aku begitu kaget, takjub dengan apa yang terjadi. Aku kelabakan dan aku kesulitan mencerna kata-kata apa yang harus kubalas saking syoknya. Jadi aku hanya membalas dengan gugup, "Haha, iya..." dan tertawa canggung.
Ah, rasanya aku akan gila saat itu. Malamnya kamu sukses membuatku susah tidur. Tapi untuk pertama kalinya, karena sapaanmu, walau di rumah keadaan sepi dan biasanya aku membencinya. Kali ini tidak, aku bahkan tidak peduli lagi dengan rasa kesepianku. Kekuatanmu padaku benar-benar luar biasa. Sulap apalagi kali ini yang kamu pakai, mata elang?
Saat ku ceritakan itu pada teman dekatmu (yang juga dekat denganku), dia bilang dia tidak percaya. Karena temanku bilang kamu orangnya jarang menyapa orang lain. Tapi aku meyakinkannya, walau ia tetap tidak percaya. Huft. Tapi apakah itu benar? Apakah hanya aku orang yang kamu sapa? Aku merasa gila rasanya karena terlalu senang.
Ssstt... Tolong biarkan saja aku terjebak dalam fantasi ini walau mematikan.
Tapi beberapa waktu ini, kita jarang bertemu. Lebih tepatnya, aku sering melihatmu. Tapi kadang kamu tidak menyadari keberadaanku. Kamu terlalu sibuk dengan sekitarmu.
Sampai akhirnya, saat itu kelas 11 disuruh berkumpul di aula sekolah untuk mendapatkan sosialisasi dari tempat bimbingan belajar.
Ketika selesai, semua berbaris melewati lorong sekolah. Saat itu aku menyingkir dan menali sepatuku.
Kemudian aku selesai menalinya dan berdiri tegap. Aku tidak sengaja melihatmu dan kamu segera mengalihkan pandangan. Aku yakin, saat itu kita berkontak mata. Atau mungkin aku hanya salah lihat, entahlah.
Akhir kata, aku hanya akan mengatakan ini. Kamu punya kepribadian yang baik, tolong jangan berubah ya. Kamu membuatku terus bertahan. I am holding onto life for dear you. Dan asal kamu tahu...
Kamu telah menyelamatkan nyawa seseorang.

3/03/2018

[WARNING: SPOILER] 13 Reasons Why: Jangan ada Hannah Yang Lain Lagi

Maret 03, 2018 0 Comments

Akhir-akhir ini aku seolah dibayangi dengan serial Netflix yang kutonton bulan Maret tahun lalu, 13 Reasons Why. Serial itu benar-benar membuatku melihat kehidupan ke arah yang lain dari sebelumnya. Serial yang mengajarkanku banyak sekali pelajaran. Tentang kehidupan, tentang kematian, dan tentang bagaimana menyelamatkan hidup seseorang.
Serial ini bukan serial super-hero. Melainkan sebuah serial yang menceritakan tentang tokoh utamanya, Hannah, yang bunuh diri. Latar waktu dibuat maju-mundur, membuatku awalnya bingung dengan ceritanya. Tapi semakin episode berlanjut, semakin aku mengerti. Mengerti bahwa dunia ini penuh dengan kerusakan. Mimpi masa kecilku tentang indahnya dunia seakan hancur lebur. Aku menyadari bahwa dunia tidak seindah yang kupikirkan.
Well, actually the world is beautiful. It's just the society that become disgusting.
Hannah Baker, pelajar akhir SMA, yang baru saja pindah ke Liberty High. Dia cantik, lucu, dan terbuka dengan semua orang. Awal kepindahannya, semua terasa sangat indah. Berjalan mulus tanpa gangguan. Ia punya teman baik, bernama Katt, yang juga siswa Liberty High. Namun sayangnya, Katt harus pindah ke kota lain. Karena kepindahannya, Katt mengadakan pesta perpisahan. Semua siswa Liberty Highpun diundang. Keinginan lain Katt adalah memperkenalkan Hannah lewat pesta itu.
Katt memiliki teman masa kecil, namanya Clay Jensen. Laki-laki yang belum pernah berpacaran dan tidak tahu apapun tentang wanita. Bisa dibilang Clay itu polos. Dan Katt berharap Clay dan Hannah bisa berteman. Tentu, mereka berdua akhirnya berteman. Tapi tanpa diketahui siapapun, diam-diam Clay menyimpan rasa pada Hannah. Ia yang tidak punya pengalaman dengan wanita, ia begitu bingung dengan apa yang harus dilakukan.
Selanjutnya, Katt mempunyai mantan, bernama Justin Fooley. Salah satu atlet favorit Liberty High. Saat pesta, Justin dan satu temannya yang lain, Zach, melakukan hal bodoh. Mereka berdua tanpa sengaja jatuh dan membuat saluran air yang tertutup menjadi terbuka. Akhirnya mereka tersemprot air itu dan basah. Hannah, Clay dan Katt melihat itu. Hannah dan Katt tertawa akan kekonyolan Justin dan Zach. Katt memperkenalkan Hannah ke Justin dan Zach, "Yang itu Justin Fooley, dia punyaku. Dan Zach yang itu, dia untukmu". Tapi ketika Katt dan Clay masuk duluan, Hannah masih berdiam. Lalu dia melihat Justin yang tersenyum padanya. Di saat itulah, Hannah jatuh cinta pertama kali. Dia terpesona dengan senyum dari Justin.
Cinta pertama, masa-masa yang indah. Masa dimana baru saja menemukan bahwa ada perasaan lain selain marah, sedih, dan bahagia. Bagaikan bayi yang baru menemukan suatu hal yang baru.
Cinta pertama, waktu dimana kita tersadarkan bahwa kebahagiaan dengan mudahnya didapat karena kehadiran seseorang. Waktu dimana kenyataan lebih indah daripada mimpi.
Kenangan Hannah dan Justin benar-benar membekas buatku. Karena mengingatkanku pada cinta pertamaku. Tapi untungnya, cinta pertamaku tidak seburuk Justin. Yang membuatku teringat dengan cinta pertamaku adalah scene dimana Hannah untuk pertama kalinya rela menjadi si kepo hanya untuk seorang Justin. Dia mencetak jadwal kelas Justin. Lalu dia menunggu di depan kelas Justin, dan saat Justin keluar dari pintu, ia pura-pura menabrakkan diri. Hanya agar bisa mendapatkan percakapan kecil di antara mereka. Imut sekali, 'kan? Sedangkan tentang cinta pertamaku, dia yang menjadi Hannah. Dia yang menabrakkan diri ke aku, lalu setelah kami berpacaran, dia akhirnya mengaku. Bahwa saat itu ia begitu bodoh karena menabrakkan diri hanya untuk bisa bercakap denganku. Masa-masa itu benar-benar membuatku rindu.
Tapi terkadang, bukankah kenangan itu memang lebih indah karena ia telah terjadi dan tak bisa kembali?
Cinta pertama Hannah, Justin, juga adalah orang yang menjadi ciuman pertamanya. Hannah memimpikan ciuman yang polos. Maka dari itu, Hannah memilih tempat kencan pertama mereka adalah tempat bermain. Saat itu, Hannah dari atas seluncuran mengangetkan Justin. Justin bilang, "Turunlah! Aku akan menangkapmu,". Hannahpun turun dengan berseluncur, sambil Justin mengambil foto Hannah lewat handphonenya. Ketika Hannah sudah sampai di bawah, terjadilah ciuman yang polos itu. Benar-benar seperti yang Hannah harapkan. Setelah itu, merekapun kembali ke rumah masing-masing. Hannah pergi ke arah kiri, Justin ke arah sebaliknya. Hanya itu.
Tapi esoknya di sekolah, Hannah dikejutkan dengan foto di grup sekolah. Foto dirinya, yang diamil Justin. Yang menampilkan roknya yang pendek dan sedikit terbuka. Orang-orang mulai berbisik merendahkan mengganggap Hannah sebagai slut. Hannah menatap Justin, bingung mengapa Justin melakukan itu. Tapi Justin hanya mengendikkan bahu tidak peduli. Seolah yang dilakukan Justin bukanlah hal besar.
Hannah, tidak punya Katt, dia kehilangan Justin. Siapa juga yang mau berurusan dengan orang seperti Justin? Hannah kesepian. Dia siswa baru, dia belum punya teman. Bagaimana bisa ia berani melawan? Ia tidak punya pendukung. Akhirnya rumor semakin parah, dan Hannah hanya bisa terdiam, menahan sakitnya seorang diri. A piece of her just died.
Setelah Justin, Hannah si siswa baru di panggil guru BK sekolahnya. Guru BK itu bernama Ms. Antily. Dia mempertemukan Hannah dengan Jessica Davis. Kata Ms. Antily, mereka berdua siswa baru. Jadi mereka dipertemukan Ms. Antily agar jika saling bertemu di lorong, mereka bisa saling menyapa. Supaya mereka berdua tidak kesepian. Hannah yang pesimis dalam hati meragu, "Apakah orang dewasa tahu bagaimana pertemanan terjalin?".
Tapi Hannah dan Jessica seakan tidak tertarik. Tanpa diduga, ternyata dua orang ini mempunyai selera humor yang sama. Jessica bilang, "Ms. Antily, aku sangat yakin Hillary adalah orang yang keren. Tapi-". Belum sempat Jessica melanjutkan perkataannya, Hannah memotong, "Tunggu, jika kita akan menjadi teman yang baik, harusnya kau tahu jika namaku Hannah". "Oh, itu bukan namamu?". "Tidak. Hannah,". "Oh, sial. Aku sudah mendapatkan kalung persahabatan dengan ukiran nama Hillary,". Hannah bilang pada Ms. Antily, "Apakah ada siswa lain bernama Hillary agar bisa dipasangkan dengan Jennifer?". "Jessica," Jessica membenarkan. "Ya, benar. Jissabel,". "Tak masalah, Harriet.". "Uh, bolehkan aku berteman dengan Jissabel? Kita akan menjadi teman yang amat keren!". Jessica tersenyum menahan tawa. Ms. Antily tertawa bangga, "Lihat. Lihatlah humor kalian yang saling melengkapi. It's a perfect match,". Hannah tersenyum malu, "Yap.". Jessica mengangguk, "Sangat".
Mereka menjadi sahabat. Setiap pulang sekolah, mereka akan bertemu di kafe dekat sekolah mereka, cafe Crestmont. Tempat itu adalah tempat mereka menceritakan semua keluh kesah mereka. Jessica adalah sahabat pertama Hannah. Hannah merasakan betapa serunya shopping bersama Jessica, atau bergosip tentang rumor sekolah yang tidak penting.
Hari-hari berikutnya di cafe Crestmont, Jessica menyadari ada laki-laki di sudut ruang yang menatapi mereka berdua. Jessica memberi Hannah sinyal. Mereka berdua bingung, sebenarnya di antara mereka berdua, siapakah yang di tatapi laki-laki itu?
Merekapun menghampiri laki-laki itu. Rambut blonde dan terlihat kebingungan. "Hey," sapa Hannah dan Jessica. Seketika laki-laki itu dikelilingi mereka berdua. "Siapa namamu?" tanya Jessica. "Alex. Alex Standall." jawabnya. "Well, halo Alex Alex Standall." Hannah membalas.
"Kami melihatmu sedang menatapi kami. Dan kami penasaran siapakah yang kamu tatapi?". Laki-laki itu bingung, ia pun menjawab "Aku baru di kota ini." Aw, poor Alex.
Mereka bertigapun menjadi dekat dan menjadi sahabat. Kemana-mana selalu bertiga. Mereka punya sebutan, "FML," singkatan dari F*ck My Life. Biasanya mereka gunakan jika salah satu dari mereka punya masalah dan butuh bantuan karena hidup mereka sedang kacau karena sesuatu. Jika salah satu dari mereka meletakkan tangan di atas meja dan bilang "FML," maka mereka butuh bantuan. Dan yang lain akan meletakkan tangan di atas tangan orang pertama sambil membalas, "FML,". Aku suka persahabatan mereka. Seakan memiliki simbol bahwa apapun yang dilalui teman kami, kami akan melewatinya bersama-sama. Sweet, right?
But sometimes, the most sweet thing could be poisonous.
 Alex tidak pernah lagi datang ke kafe Crestmont. Lalu tinggal Jessica. Tapi kemudian Jessicapun berhenti mengunjungi kafe. Tinggal Hannah yang masih mengunjungi kafe Crestmont. Lagi-lagi, ia kesepian. Ia tidak tahu kemana dua sahabatnya itu pergi.
Saat itu Hannah hendak memasuki kafe, di ambang pintu ia bisa melihat Jessica dan Alex yang sedng bermesraan. Mereka berpacaran. Ia ingin bergabung tapi ia juga tidak ingin menganggu. Akhirnya ia pergi dari kafe, merasa bahwa ia ditinggalkan dan tidak dianggap teman lagi oleh mereka.
Suatu saat, ada list buatan Alex yang berjudul "Who's HOT and Who's NOT". Yang jika diartikan berarti tentang daftar murid yang menurutnya menarik atau tidak. Hannah masuk dalam kategori HOT, ia mendapatkan gelar, "The Best Ass,". Kalian pasti mengerti maksudnya, bukan? Nama Jessica ada di samping nama Hannah. Tapi Jessica masuk ke kategori NOT, ia mendapatkan gelar, "The Worst Ass,". Hannah tidak setuju, ia tersinggung. "Jessica is so much prettier than me (Jessica jauh lebih cantik daripada aku,". Saat Hannah bercerita pada Clay, Clay bingung. "You made into the Hot List,". Hannah tidak percaya rasanya, "Seriously, Clay?" dan dia kesal pada Clay. Di sini Hannah kekanak-kanakkan, mana Clay tahu jika ia tidak bilang yang ia maksudkan. Memangnya Clay peramal?
Gara-gara list itu, pertemanan Jessica dan Hannah yang merenggang menjadi tambah hancur. Jessica menemui Hannah dan meminta Hannah untuk menemuinya. Jessica tidak bilang dimana tempatnya, tapi Hannah tahu bahwa tempat yang dimaksud adalah cafe Crestmont.
Saat Hannah sampai, ia melihat Jessica dengan tangan bersilang di dada dan ekspresi marah. Hannah mencoba tersenyum dan meletakkan tangannya di atas meja, "FML?". Jessica menatap Hannah merendahkan.
"Mungkin rumor tentangmu benar. Aku tahu itu!" kesal Jessica pada Hannah.
"Kamu bisa mendengar rumor, tapi kamu tidak bisa mengatahuinya." balas Hannah mencoba bersabar.
"Kita dulu teman. Bagaimana bisa kamu mengkhianatiku seperti ini?"
"Seperti ini? Apa yang kulakukan?"
"Apakah kamu yang berpacaran dengan Alex sekarang?"
"Tidak! Bagaimana bisa kamu- tentu saja tidak, ia menyukaimu. Kamu menyukainya. Akulah yang tersingkir,"
"Dan itu membuatmu kesal, 'kan?"
Hannah mengangguk, "Sedikit. Maksudku, itu membuatku sedih. Kenapa tidak bilang padaku?"
"Mungkin aku takut akan sesuatu seperti ini."
"Sesuatu seperti apa?" tanya Hannah bingung.
Jessica melempar kertas berisi List Who's HOT and Who's NOT punya Alex yang sudah menyebar, mungkin sudah difoto-copy berlembar-lembar. Hannah benar-benar benci ini. Ia mulai berpikir bahwa semua salah Hannah. Dan maka dari itu, selamanya itu adalah salah Hannah.
"Jess, ayolah. Kamu tahu semua ini tidak berarti apa-apa,"
"Don't act innocent, (jangan sok polos)"
"But I am innocent! I had nothing to do with this. Alex did this on his own, (tapi aku memang tidak tahu apa-apa. Aku tidak ada hubungannya dengan ini. Alex melakukannya karena keinginannya sendiri)"
"Dia tiba-tiba putus denganku, karena keinginannya sendiri?"
"Aku tidak tahu dia putus denganmu..." Hannah merasa bersalah.
Mata Jessica berkaca-kaca, "Well, aku hanya akan mengatakan ini. Nikmatilah, karena kamu akan melakukannya, 'bukan? Because that's what sluts do,".
Hannah benci, lagi-lagi sebutan itu. Ia mencoba tenang, tapi ia tidak kuasa untuk menahannya lagi. "Well, fuck you". Kemudian Jessica menamparnya. Membuat beberapa pengunjung kafe Cresmont melihati mereka berdua.
Jessica tersadarkan, ia merasa bersalah. Namun akhirnya, ia memutuskan untuk pergi. Hannah merasakan pipinya terasa panas, ia memegang pipinya. Lalu ia terduduk dan mencerna hal yang baru saja terjadi, ia syok.
Friendship is complicated.
Keesokan harinya, Hannah melabrak Alex. Saat itu Alex yang baru saja olahraga sedang ganti baju di ruang ganti. Banyak laki-laki yang sedang ganti baju, dan menyumpahi Hannah.Bahkan ada Clay juga di situ. Tapi Hannah tidak peduli. Ia berteriak pada Alex, "Alex! Alex Standall! What the hell? Apa yang kamu pikirkan?! Seriously?!" Alex terdiam, dia bingung harus menjawab apa. Seorang laki-laki menyela pembicaraan, "Ayolah! Kau tidak boleh berada di sini," dia adalah Zach. Hannah memutar bola matanya, "Kenapa tidak boleh? You've been staring at my ass all day,". Justin juga ada di sana, ia tersenyum merendahkan. Guru olahraga mereka memotong permbicaraan, "Hey. Keluarlah. Ini ruang ganti pria,"."Kita belum selesai," ucap Hannah sebelum meninggalkan Alex. Clay melihati Hannah. Para laki-laki menyoraki Hannah, saat menuju ke pintu keluar, Hannah memberikan jari tengah. Setelah Hannah keluar, Justin mendekati Alex. "Oh, man. Just becareful. She's crazy b*tch," ucap Justin sambil tertawa.
Gara-gara list itu, tiap kali Hannah berjalan. Laki-laki akan mengganggunya. Dan seolah sebutan slut menjadi nama depan Hannah. Tiap Hannah berjalan melewati lorong, para laki-laki menatapi pantat Hannah. Ya, gila, bukan? Aku memikirkan perasaan Hannah saat itu, pasti ia merasa harga dirinya diinjak-injak. A piece of her just died. Again.
Gara-gara list itu, citra Hannah menjadi buruk. Ia sering dilecehkan. Tapi ia masih berharap akan ada laki-laki yang mencintainya, karena apa adanya ia. Bukan karena tubuhnya. Sedih sekali menjadi Hannah. Dia dilabeli sebagai slut karena rumor yang belum tentu benar. Dia ditinggalkan teman-temannya karena kesalahan teman-temannya sendiri. Di akhir, she got raped. And that's why she killed herself. Seandainya Hannah tahu, bahwa masih ada Clay yang setia menemaninya. Masih ada kedua orang-tunya yang peduli. Dia masih akan ada di dunia ini. Seandainya teman-temannya sadar bahwa yang mereka lakukan itu telah membunuh sebagian diri Hannah. Seandainya teman-temannya sadar bahwa Hannah hanya butuh teman. She was desperate for someone to listen. Tapi dia sendirian, tidak ada seorangpun yang mendengar keluh-kesahnya.
Serial ini benar-benar membuka mataku. Bahwa ketika mau melakukan sesuatu, harus dipikir bagaimana perasaan orang lain terlebih dahulu. Bahwa setiap orang mempunyai masalah masing-masing dan aku harus baik pada mereka agar tidak menambah masalah mereka. Serial ini membuatku sadar bahwa kadang orang terlalu egois dan tidak mau memikirkan perasaan orang lain. Serial ini memberiku banyak pelajaran. Setelah orang-orang melewatkan tanda-tanda Hannah yang ingin bunuh diri, mereka juga melewati tanda-tanda Alex akan bunuh diri. Padahal seandainya jika setidaknya ada satu orang yang mau mendengar mereka, jika setidaknya ada yang mengerti sinyal bunuh diri mereka, mereka akan bertahan. Sayangnya, tidak ada seorangpun yang mengerti sinyal mereka karena terlalu sibuk mengurusi diri mereka sendiri.
Aku benar-benar berharap agar masyarakat kita berubah. Bunuh diri itu bisa dicegah. Tapi masih saja, ada yang belum mengerti. Kumohon, amatilah lingkungan sekitarmu. Jika dirasa ada yang memberi sinyal bunuh diri, perubahan signifikan, tanya. Beritahu mereka bahwa kamu peduli.

P.S: Untuk siapapun yang membaca ini, mungkin jika belum ada seorangpun yang bilang ini padamu, kamu sempurna dan berharga.
P.S.S : Aku terkadang berpikir bahwa akan sangat canggung bila berkata 'I love you dan aku peduli padamu' kepada keluargamu atau orang yang kamu cintai. Tapi, bisakah aku memintamu melakukan sesuatu? Bisakah kamu sedikit meluangkan waktu dan mengatakan seseorang yang penting bagimu bahwa kamu menyayanginya dan bersyukur akan kehadiran mereka? Pertama kali, mungkin akan sedikit canggung dan susah. Tapi seiring waktu berjalan, pasti akan terbiasa. Percayalah padaku. Senyum yang mereka beri setelah kamu melakukannya akan terasa sangaaaaat membahagiakan! Mari menghargai apa yang kita punya sekarang. Maka sekarang, biarkan aku yang melakukan ini. Ya, kamu! Kamu yang sedang membaca ini. Aku sangaaaaaaat menyayangimu, walau aku tidak tahu kamu hehe. Tapi aku bersyukur kamu berada di dunia ini dan kamu hidup sekarang ini. Jaga dirimu baik-baik ya! 

3/02/2018

Aku Ingin Menulis Takdirku Sendiri

Maret 02, 2018 0 Comments
Pagi ini kudapati diri duduk manis di bangku sekolah. Berseragam pramuka lengkap dan jilbab yang membalut rapi kepalaku. Aku membuka buku pelajaran (KIMIA), ku baca halaman demi halaman. Mencoba memahami apa yang dimaksudkan si penulis. Tapi tetap saja, aku tidak bisa paham.
Aku mengerahkan pandanganku ke sekitar ruangan. Ku lihat teman-teman sekelasku begitu antusias mempelajari pelajaran. Mereka begitu menggebu-gebu, mencoba memahami sampai titik darah penghabisan. Mudah bagi mereka. Tidak denganku.
Acap kali aku membaca dan mencoba memahami, pikiranku tidak mau fokus. Ia tidak mau memasukkan pelajaran itu ke dalam otak. Ia malah sibuk memikirkan masalah-masalah yang menjengkelkan, membuat informasi pelajaran yang kupelajari seolah tidak bisa masuk karena terpental jauh-jauh. Aku benar-benar ingin menembak kepalaku. Supaya pikiranku itu bisa diam, tenang, dan tidak menjengkelkan lagi.
Ku dengar obrolan lalu-lalang teman-temanku. Mereka saling berdiskusi tentang pelajaran. Saling bertukar informasi tentang pelajaran KIMIA. Mereka saling belajar bersama. Aku ingin ikut. Aku pun ingin belajar dengan mereka. Tapi aku mengurungkan niatku. Pikiranku lagi-lagi tidak mau berkompromi denganku. Ia memberiku informasi-informasi negatif, "Percuma kamu ikut belajar dengan mereka. Kamu tidak akan bisa. Orang bodoh sepertimu hanya akan mempersulit mereka. Duduk saja dan diamlah!". Aku tidak mau mempersulit teman-temanku, yang akhirnya menghasilkan diriku terdiam di bangku. Menghabiskan waktu yang seharusnya bisa kugunakan belajar untuk melamun.
Saat soal ujian dibagikan, tentu aku tahu aku akan gagal. Aku tahu benar aku akan kesulitan menjawab soal-soal ini. Aku merasa menjadi makhluk terbodoh, makhluk tergagal di dunia. Aku mengutuki diriku sendiri. Membenci kenapa hari kemarin tidak kugunakan dengan baik untuk belajar.
Tapi waktu terus bergulir, mau tidak mau aku harus mengerjakannya. Dengan rumus hapalanku yang pas-pasan, aku nekat menjawab sebisaku. Rasanya saat itu aku ingin segera mati saja, aku ingin tenang. Aku sudah lelah hidup di bawah tekanan hidup terus-menerus.
Setelah KIMIA selesai, maka aku harus siap menghadapi SEJARAH. Syukurlah, saat itu waktu untuk istirahat. Dan ada dua temanku yang mengajakku belajar bersama, walau kemudian satunya menghilang. Dengan satu temanku yang tersisa tadi, kami saling berdiskusi pelajaran. Ia mengajakku belajar bersama di bawah pohon rindang, "Cari oksigen," katanya. Aku bersyukur, karena setidaknya aku siap untuk menghadapi SEJARAH, tidak seperti KIMIA tadi pagi.
Aku tersenyum tipis ketika mendengar bel pulang sekolah terdengar, "Akhirnya aku bebas dari penjara ini,". Setelah aku berucap selamat tinggal pada teman sekelasku, aku mempercepat langkahku keluar dari kelas. Aku menuju ke parkiran tempat sepeda motorku berada. Dalam perjalanan, aku bertemu dengan teman-temanku dari kelas lain. Mereka menyapaku, akupun menyapa mereka. Kami bertukar senyum dan bertukar cerita singkat. Harus ku akui, waktu pulang sekolah adalah surga dunia para pelajar. Dan aku merasa sangat bahagia di saat ini.
Dalam perjalanan menuju ke rumah, aku menyenandungkan lagu sambil menyetir. Kecepatan motor ku pelankan, aku benar-benar ingin menikmati pemandangan yang kulihat. Karena jalan menuju rumahku melewati hamparan sawah hijau yang dipenuhi padi-padi segar. Belum lagi bahwa tadi adalah jam 11. Waktu dimana langit begitu biru, berhiaskan segores awan putih bak kapas, bersinar dengan cantik ditemani matahari. Aku menikmati kesendirianku. Merasakan sejuknya angin yang memeluk tubuhku. Aku suka. Aku tidak mau terlalu cepat sampai di rumah.
Tapi mau tak mau, akhirnya aku sampai juga. Begitu aku masuk ke dalam rumah, suasana hatiku murung. Sepi, tidak ada orang. Aku benci kesepian. Mungkin kalian akan bingung, padahal tadi aku menulis bahwa aku menikmati kesendirianku. Tapi baru saja, kalian membaca tulisanku bahwa aku benci kesepian. Aneh, bukan?
Aku menikmati kesendirianku. Tapi aku benci kesepian.
Aku susah menjelaskannya lagi. Pokoknya, itulah yang kurasakan. Kesepian yang kurasa ini sangat menyiksaku. Aku merasakan kekosongan yang luar biasa. Dulu kupikir itu karena lapar. Tapi tidak peduli seberapa banyak makanan yang ku lahap, rasa kosong itu tidak terisi. Padahal semua orang yang mengenalku tahu bahwa aku susah makan. Bahkan saat itu, berat badanku naik 5 kg dalam sekejap. Ternyata, rasa kosong itu adalah rasa sepi. Rasa kosong itu melubangi hatiku, seperti galaksi, tidak peduli seberapa banyak makanan yang kumakan, tidak akan terisi. Karena itu bukan rasa lapar, itu adalah rasa kesepian.
Aku mencoba mencari-cari di internet, mengetik di search bar Google Chrome, "I feel so empty. What should I do?". Artikel-artikel itu menyuruh untuk berbicara dengan kerabat, melakukan hobi yang disukai, memakan makanan yang diinginkan, dan lain-lain. Aku sudah melakukannya, tapi tetap saja, rasa kosong itu tidak juga segera terisi.
I am lonely like crazy.
Aku mencari artikel lain, di sana disebutkan agar aku harus mengetahui penyebab rasa kekosongan yang kurasa terlebih dahulu. Akupun mencoba untuk lebih memahami diriku sendiri. Bagaikan mendapat sebuah ilham, akhirnya kudapatkan jawabannya. Ternyata aku merasa kekosongan paling ekstrim adalah saat aku sepulang dari sekolah. Bayangkan, di sekolah aku dikelilingi oleh banyak orang, teman-teman sekolah. Kami bercanda, tertawa bersama (meski kadang aku memalsukan kebahagiaanku), berbincang, dan bermain. Kemudian di saat aku masuk ke dalam rumah yang sepi, aku kehilangan keramaian itu dalam sekejap. Saat aku masuk ke dalam kamar, hanya kudapati diriku dan bayangan hitamku. Tidak ada siapapun, selain aku.
Saat sudah kutemukan alasannya, saatnya untuk mencari jawaban atas masalahku ini. Aku mencoba bertanya pada temanku tentang rasa kosong itu. Masing-masing dari mereka punya jawaban yang berbeda. Ada yang bilang mereka mengatasi rasa kosong dengan bermain games, membaca novel favorit, menonton drama korea, dan lain-lain. Aku sudah mencoba itu semua, namun tidak sampai tiga hari, aku bosan. Dan aku kembali merasakan kesepian.
Aku ingin bahagia, tapi aku tidak bisa. Siapa juga yang ingin rasa kesepian, yang hampir bertetangga dengan rasa sedih? Tak ada. Tak satupun makhluk di dunia ini menginginkan dua rasa itu. Tidak jarang, teman yang kutanyai seakan menjawab, "Berhentilah berdrama. Jika ingin bahagia, maka bahagialah.". Aku jadi ingin tertawa, jadi mereka berpikir bahwa aku memilih untuk bersedih?
Aku harap mereka tahu, bahwa semua hal yang kurasa ini, aku tidak punya kontrol. Aku tidak punya remotnya. Karena malah, sesungguhnya aku adalah robotnya. Aku yang dikontrol.
Tanggapan orang dengan pemikiran seperti itu membuatku yang tertutup, menjadi lebih tertutup. Aku tidak berbicara jika tidak penting. Aku tidak berani untuk memulai pembicaraan lebih dahulu karena aku takut jika orang yang kuajak bicara terganggu denganku. Kepribadianku ini membuatku dikira sombong dan sok. Seandainya mereka tahu yang sesungguhnya...
Akupun ingin bahagia. Akupun ingin bisa menghentikan suasana hati berbela-sungkawa yang terus-terusan mengangguku. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak punya remot controlnya. Aku ingin menulis takdirku sendiri. Tapi aku adalah robotnya. Aku bukan Tuhan. Aku cuma manusia.

P.S: Untuk siapapun yang membaca ini, mungkin jika belum ada seorangpun yang bilang ini padamu, kamu sempurna dan berharga. Aku ingin melihat wajah kalian satu-persatu. Aku bisa membayangkan betapa cantik dan tampannya kalian semua. Sudahkah kamu makan dengan baik hari ini? Sudahkah kamu meminum air putih yang cukup? Jaga dirimu baik-baik, ya. Jangan menyalahkan dirimu jika kamu belum melakukan hal yang seharusnya kamu lakukan hari ini, kamu bisa melakukannya lain kali. Semua akan membaik. Aku masih bangga padamu, oke? Aku menyayangimu!

Tengah Malam Ini

Maret 02, 2018 0 Comments

Ketika bintang dan bulan di langit sudah berselimutkan awan hitam bersiap untuk pergi ke alam mimpi. Bahkan angin dingin yang terus-menerus berhembus menampar kulitku, menyuruhku untuk segera tidur. Namun tepat tengah malam ini, aku kembali tidak bisa tidur. Tenang saja, ini sudah biasa terjadi. Sejak kelas 5 SD, aku sudah mengalami insomnia. Jadi ini bukan masalah besar. Insomniaku bertipe seperti ini: Seberapapun lelahnya tubuhku, seberapapun minimnya energiku, seberapapun inginku untuk tidur, aku tidak akan bisa. Kenapa? Karena semua masalah dan rasa takutku akan masa depan atau semua perasaan gelisah dan khawatirku sedang bercampur-aduk di dalam pikiranku. Jantungku tidak tenang, ia berdetak cepat terus-menerus. Jika begini, bagaimana bisa aku tertidur?
Untunglah ada si penyelamat, si teman terbaikku, yang selalu ada untukku di saatku paling terpuruk. Siapakah dia? Obat tidur. Iya. Obat. Haha, kumohon jangan mengkasihaniku. Ini tidak apa-apa, I already get used to it anyway.
Tentu menyiksa. Namun aku sudah terbiasa dengan ini semua. Sampai-sampai, menurutku sudah bukan hal yang aneh, bagai kebiasaanku tiap malam. Bagaikan makananku sehari-hari. Tanpa sahabatku itu, dunia ini mungkin rasanya akan menjadi neraka di penglihatanku. Tentu itu berbahaya, bisa menyebabkan kecanduan. Namun tanpanya, aku bisa apa? Jika aku tidak menelan sahabatku itu, bagaimana nasibku di sekolah? Bisa-bisa keesokan harinya aku dimarahi guru karena tertidur di jam pelajarannya. Tentu aku tidak mau itu terjadi.
Sungguh, akupun ingin menjadi normal. Bisa tidur tepat jam delapan malam kemudian bangun jam lima subuh tanpa alarm yang menganggu indra pendengaranku, yang pastinya akan sukses membuat hatiku tidak mood seharian. Akupun ingin menjalani aktivitasku di sekolah dengan senyum ceria dan semangat membara hingga pulang sekolah.
You have to smile, smile like you're really excited.
Namun nyatanya, selama ini aku hanya bermain peran. Seperti dalam drama picisan yang biasa kalian lihat. Aku hanya memalsukan kebahagiaanku. Semua senyum di wajahku yang kalian lihat, semua tawaku yang kalian dengar, dan semua semangatku yang kalian lihat, itu semua palsu. Itulah alasan mengapa saat awal jam pelajaran sekolah, aku bisa terlihat sangat bahagia. Namun kebahagiaan itu hanya sementara, karena semakin matahari menurun, semakin pula semangatku menurun. Berpura-pura bahagia itu melelahkan. Ada beberapa temanku yang menyadarinya, beberapa dari mereka bahkan menganggapku freak, mengataiku berkepribadian ganda, dan lainnya.
Tak sedikit pula yang menyebutku fake. Tak apa. Sebenarnya akupun merasa aku telah berubah, seperti bukan diriku yang sebenarnya. Tapi bagaimana jika keadaannya kubalik, misalnya aku ke sekolah dengan muka lesu, ekspresi dingin, dan bibir cemberut karena kekurangan tidur semalaman. Apakah kalian mau berteman denganku? Apakah kalian mau mengajak seseorang yang jutek seperti itu untuk berbicara? Tentu tidak, bukan? Beginilah susahnya diriku. Jadi seperti ini salah, jadi seperti itu salah. Lalu aku harus bagaimana?
Aku tidak sebaik yang kalian pikirkan, tapi aku juga tidak seburuk yang kalian kira.

Alasan lain aku tidak bisa tidur adalah memikirkan bagaimana gilanya dunia ini. Suatu kali aku sedang menjelajahi dunia maya. Kutemukan sebuah artikel yang berisi tentang seseorang yang bunuh diri. Kupikir isi komentarnya akan dipenuhi oleh ucapan bela sungkawa dan doa. Namun yang ditangkap oleh kedua mataku adalah sumpah serapah. Mengatai orang yang bunuh diri itu lemah, bodoh, dan tidak dekat dengan Tuhan. Little did they know, orang-orang seperti merekalah yang membuat orang menghilangkan nyawanya sendiri. Little did they know, bahwa ketika orang memikirkan bunuh diri, mereka tidak berpikir hal lain selain mengakhiri hidup mereka. Mereka merasa putus asa. Dan orang yang putus asa tentu awalnya meminta pertolongan. Namun pastinya, jika orang itu di akhir bunuh diri, orang yang dimintai tolong telah gagal menolong. Entah gagal menolong, atau berpura-pura berpikir bahwa orang yang minta tolong baik-baik saja jadi ia sengaja tidak menolong, atau memang tidak paham sinyal bunuh diri yang diberi. Bunuh diri adalah sesuatu yang bisa dicegah. Kumohon, Indonesia, dan seluruh dunia, berubahlah.
Di negara tercinta kita ini, hidup kita diwarnai dengan stigma;
Depresi sama dengan gila,
bicara agama sama dengan fanatik,
tidak pandai matematika sama dengan bodoh,
bicara lintas agama sama dengan liberal, dan sebagainya.
Aku tidak suka dengan sifat manusia yang kadang memiliki kekejaman lebih dari binatang. Meskipun dengan berat hati, aku harus menerima kenyataan bahwa akupun manusia. Namun aku tidak mau menjadi orang-orang yang menjadi para pekomentar di atas. Aku ingin tumbuh menjadi bijak dan dewasa, meski saat itu aku masih berumur 10 tahun. Aku mencoba untuk mengurangi rasa egoisku. Aku mencoba untuk mengerti bahwa apapun yang dilakukan seseorang, baik maupun buruk, selalu mempunyai alasan dibaliknya. Aku selalu berusaha memahami alasan orang lain melakukan sesuatu sebelum aku berkomentar. Aku tidak mau menyakiti pihak manapun. Aku menjadi lebih berhati-hati dalam memilah kata. Bahkan aku mulai berpikir bahwa, tidak apa-apa bila aku yang harus membawa semua masalah dunia asalkan semua orang bahagia. Kelihatannya aku begitu melebih-lebihkan, ya? Tapi sungguh, inilah yang ada dipikirkanku. Dan untuk pertama kalinya, aku mengekspresikannya.
Aku ingin dunia ini dalam keadaan suka-cita. Aku benci menerima kabar di akun Instagram UNICEF tentang wajah miris anak Palestina yang dipenuhi tangis. Aku benci mengetahui bahwa masih ada saja orang yang mendapatkan kesenangan dengan membuat orang lain menderita. Bullying, assault, labelling, cat-calling, dan hal menjijikkan lainnya yang tidak bisa kusebutkan.
Aku ingin semua orang lebih menghargai sesamanya, tidak peduli apakah dia laki-laki atau wanita, tidak peduli apa agamanya, sukunya, ras, dan etnik. Hargailah sesamamu karena semata-mata ia juga manusia. Ia punya hati sepertimu. Berpikirlah sebelum berkata. Dan ingatlah, bahwa cinta itu lebih dipuja daripada benci. Jadi, daripada mencari kesenangan dengan menebar benci, mulailah untuk mencoba mencari kesenangan dengan menebar cinta.
Wah, di dashboard laptop kiri-bawah sudah hampir menunjukkan jam satu pagi. Padahal nanti jam 5 pagi aku harus belajar karena akan ada penilaian tengah semester. Aku benar-benar harus tidur. Selamat malam, dunia. Selamat malam kepada matahari, bulan, dan bintang.
P.S : Siapapun yang membaca ini, kamu berharga. Kamu berhak untuk tertawa, bahagia, dan dicintai. Tunggulah. Rencana Tuhan adalah yang terbaik. Percaya padaku, diakhir semua akan membaik. Kamu tidak pernah sendirian. Jika kamu sekarang ini sendirian, percayalah yang di Atas sedang mengamatimu dengan tatapan bangga. Melihatmu mampu bertahan dikala badai yang Ia beri berdatangan. Jadi, bertahanlah. Hiduplah. Berbahagialah. Dan bersuka-citalah.
P.S.S : Kamu tahu, jika kamu sedang merasa sedih sekarang ini...  Saran terbaik yang bisa aku beri adalah minumlah air putih sampai merasa baikan, berceritalah pada orang yang kamu pedulikan, mandi, bersepeda pancal, atau tidur. Dengarkanlah musik favoritmu, bernyanyilah, menarilah, biarkan androphine dalam tubuhmu terlepas di dalam tubuhmu. Semua akan menjadi lebih baik, okay? Aku janji. Tapi ku mohon, jagalah kesehatanmu 
P.S.S.S : Juga ingatlah, bahwa kamu unik dan berharga sesuai apa adanya kamu. Kamu selalu boleh berubah untuk menjadi lebih baik, tapi bukan berarti sekarang ini kamu buruk. Aku menyayangimu!

3/01/2018

Besok Diadakan Penilaian Tengah Semester di Sekolahku

Maret 01, 2018 0 Comments

Besok Penilaian Tengah Semester akan dimulai di sekolahku.
Jika ditanya apakah aku sudah siap atau tidak. Maka dengan lantang akan aku jawab tidak. Khususnya pelajaran KIMIA dan FISIKA. Lebih lucu lagi fakta bahwa aku anak IPA, tetapi malah kesulitan dengan dua pelajaran khusus tersebut. Tiap kali aku membuka dua buku pelajaran itu, seakan mataku akan meledak. Melihat rumus-rumus yang lebih sering kusebut bahasa alien, karena kerandomannya yang tak akan pernah bisa kumengerti.
Mata pelajaran yang besok diujiankan adalah KIMIA dan SEJARAH. KIMIA dengan larutan asam basa yang harus kuhapal, lalu SEJARAH dengan jaman kemerdekaan yang sedang mengantri untuk kuingat kembali.
Aku tidak suka mereka, aku benci. Ingin ku buang jauh-jauh, atau kubakar sekalian. Lalu kulupakan sehingga aku bisa tenang. Namun mau tak mau, aku harus bersalaman dengan mereka. Memberi mereka senyuman terindahku, dan mencoba berteman. Mau tak mau, harus ku hapus egoku agar aku besok bisa mudah mengerjakan soal yang diberi.
"Oh Tuhan, bunuh saja aku" kalimat itu seakan terlantun terus-menerus di kepalaku bagaikan merry-go-round, sungguh membuatku pusing. Terlebih bahwa sekarang ini daripada belajar, aku lebih memilih untuk menyibukkan diri menulis di blog ini. Entah kenapa, rasa untuk melampiaskan kekesalanku begitu besar hingga membuatku menjadi buang-buang waktu begini.
Aku ingin mengarahkan pistol, entah itu revolver atau shotgun, terserah tepat di dahiku. Lalu akan kutarik pelatuknya sambil tertawa, mengingat bahwa setelahnya aku akan mati. Mati berarti ketenangan. Aku ingin tenang. Karena sekarang ini aku sedang berada di posisi yang tidak tenang. Stres mempelajari hal-hal yang tidak ingin ku pelajari. Tertekan mempelajari hal-hal yang ku benci.
Tapi mana bisa? Aku tidak punya pistol, revolver, atau shotgun. Hanya buku KIMIA dan SEJARAHlah yang ada di pangkuanku. Oh, mirisnya.
Aku ingin mengutuk menteri pendidikan Indonesia. Ingin kukatakan pada beliau, "Kenapa mengajari ikan yang notabenenya pintar berenang untuk diajari memanjat layaknya monyet? Mengapa tidak mengasah keterampilan berenang sang ikan agar lebih hebat? Mengapa malah memfokuskan untuk hal yang tidak penting seperti yang Anda lakukan sekarang?". Tapi apa daya, aku ini hanya murid SMA kelas 11. Yang masa depannya saja masih abu-abu, tapi sudah sok-sokan ingin mentitah pemerintah. Aku ini hanya ampas. Hanya curut yang baru lahir sejam yang lalu. Mana mau mereka menggubrisku.
Ya sudah, daripada aku terus membuang-buang waktuku seperti ini. Mungkin aku harus mulai belajar untuk mempersiapkan esok bertarung dengan pelajaran yang tidak kusuka itu. Tak apa, aku akan melewati ini. Apapun yang terjadi, waktu akan tetap berdetik. Bumi akan tetap berputar. Hidup akan tetap berlanjut. Aku pasti bisa. Meskipun susah, aku pasti bisa.
Aku tahu, ini akan berat awalnya. Namun seperti halnya roda. Awalnya susah untuk berjalan. Namun lambat-laun, ia akan lebih enteng dan lebih mudah. AKU PASTI BISAAAA!
P.S : Sebelum kamu menutup blog ini, biarkan aku mengingatkanmu bahwa kamu sempurna. Bahwa senyummu amat indah. Dan kamu sangat-sangat-sangat berharga. Kamu tidak perlu harus menjadi tampan atau cantik, wajahmu dan tubuhmu adalah sebuah keunikan. Maha karya dari maestro terbaik, Tuhan. Jadi, kamu dibuat oleh Sang Sempurna. Maka bukankah kamupun, yang merupakan buatannya, juga merupakan kesempurnaan?
P.S.S : Aku benar-benar berharap kalian yang membaca ini baik-baik saja. Jika kamu sedang kesusahan dalam belajar atau bekerja, aku berdoa semoga semua diberi kemudahan. Dan sudahkah hari ini kamu menjaga dirimu? Kumohon lakukanlah, kamu butuh banyak energi. Jangan dengarkan orang-orang yang mencoba untuk menjatuhkanmu, kamu hebat dan hanya satu-satunya di dunia ini (kamu berharga). Kamu tidak perlu menjadi orang yang bukan dirimu untuk dicintai orang lain. Salah satu anggota idolaku, Leader BTS, namanya Namjoon. Dia menyarankan setiap orang untuk melihat ke kaca dan bilang, "Aku menyayangimu". Itu benar-benar membantuku, dan aku menyarankanmu untuk mencobanya. Be yourself, love yourself. You are beautiful. Period.