Follow Me @lavidaqalbi

3/20/2018

Pilihan


Pilihan - Lav
Langit menangis kembali,
Guntur berteriak marah padaku.
Diri hanya bisa meringkuk di bawah selimut.
Kegelapan telah memeluk erat.
Lama sekali, diriku terperosok dalam gelap malam.
Segala kalimat yang dulu terucap,
"Dulu aku sendirian, semua mata yang menusuk padaku.
Aku yang menahan hari dengan tangis dalam diam."
Waktu kadang dapat bertindak kejam,
Membunuh dengan senyum bagai psikopat.
Namun iapun yang akan bertindak bagai penyembuh.
Kontradiksi ini, akan kupegang erat selalu.
"Seekor kepompong tidak berguna",
Lontaran caci-maki itu membuatku menutup diri.
Namun sebelum menghela nafas terakhir,
Mataku yang mulai tertutup berubah menjadi sayap.
Kenangan gelap masa lalu membangunkanku,
Berjanji pada diri, "aku akan terbang saat ini,
selagi hatiku yang mulai bermimpi."
Akan kutumpahkan segala hal yang ku tahan sejak dulu.
Dulu ku pikir aku sudah dekat dengan waktu terakhirku,
Tapi kini aku akan mengangkat kepala,
Walau segala cemooh ditumpahkan padaku.
Bunga bermekaran, maka begitupun diriku.
Aku memang pernah tersesat,
namun bagian dari diriku itu sudah hilang.
Jadi mulai sekarang, aku terbang lebih tinggi,
layaknya kupu-kupu yang menyusuri langit.
Semua air mata yang jatuh,
hujan badai yang membuatku terperosok dalam gelap,
Kini aku melambaikan tangan.
Berteriak selamat tinggal pada mereka.
Terpaan hangatnya angin menyambut hadirku.
Langitpun bersinar dengan cantiknya,
Maka disinilah diriku, menikmati di bawahnya.
Hidup ini penuh dengan keindahan.
Bagai kupu-kupu,
Yang harus menjadi ulat menjijikkan terlebih dahulu,
Yang harus menjadi kepompong tak bermanfaat terlebih dahulu,
Agar bisa terbang dengan cantiknya.
Bagai bunga,
Yang harus menahan tiap badai dari hujan,
Yang harus menahan dingin tiupan angin,
Agar bisa tumbuh dan bermekaran dengan cantiknya.
Begitupun kita semua,
Yang harus menahan segala tangis dan teriakan,
Yang harus bertahan dikala badai berdatangan,
Agar bisa menjadi lebih baik di masa mendatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar